PELAKITA.ID – Kajian pembangunan merupakan bidang interdisipliner yang terus berkembang, mencerminkan pemahaman yang berubah tentang pertumbuhan, keadilan, kesejahteraan, dan keberlanjutan.
Di Indonesia, pemikiran pembangunan telah melalui berbagai tahap: dari warisan kolonial dan pendekatan modernisasi, hingga kritik terhadap ketimpangan dan eksploitasi sumber daya.
Artikel ini menyajikan para pemikir utama, gagasan sentral mereka, dan contoh penerapannya dalam konteks Indonesia.
I. Fondasi Klasik (1700-an–1800-an)
Adam Smith – Invisible hand, perdagangan bebas.
- Konteks Indonesia: Gagasan perdagangan bebas dan liberalisasi ekonomi diadopsi dalam era Orde Baru melalui deregulasi dan privatisasi sektor ekonomi.
David Ricardo – Keunggulan komparatif.
- Contoh: Indonesia memfokuskan ekspor pada komoditas seperti kelapa sawit dan batubara, mengikuti prinsip spesialisasi.
Thomas Malthus – Pertumbuhan penduduk vs. sumber daya.
- Contoh: Program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia era Orde Baru dipengaruhi oleh kekhawatiran atas pertumbuhan penduduk.
Karl Marx – Konflik kelas dan eksploitasi.
- Contoh: Pengaruh pemikiran Marxis dalam gerakan buruh dan organisasi tani yang menuntut reforma agraria.
John Stuart Mill – Ekonomi kesejahteraan dan keadilan sosial.
- Contoh: Program perlindungan sosial dan subsidi seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai) dan KIS (Kartu Indonesia Sehat).
II. Teori Modernisasi dan Awal Pembangunan (1940-an–1960-an)
Walt W. Rostow – Lima tahap pertumbuhan ekonomi.
- Contoh: Strategi pembangunan Orde Baru mengikuti model linear modernisasi, menekankan industrialisasi dan stabilitas politik.
Arthur Lewis – Model dual sektor: tradisional dan modern.
- Contoh: Migrasi besar-besaran dari desa ke kota untuk bekerja di sektor industri dan jasa.
Gunnar Myrdal – Ketimpangan regional.
- Contoh: Ketimpangan pembangunan antara Jawa dan luar Jawa, memicu kebijakan otonomi daerah sejak reformasi 1999.
Max Weber – Etika kerja dan budaya rasional.
- Contoh: Penerapan prinsip good governance dan profesionalisme dalam birokrasi pasca reformasi.
III. Strukturalisme dan Teori Ketergantungan (1960-an–1980-an)
Raúl Prebisch – Sistem perdagangan global yang timpang.
- Contoh: Ketergantungan Indonesia terhadap ekspor bahan mentah dan impor barang industri.
Andre Gunder Frank – Ketergantungan dan keterbelakangan.
- Contoh: Kritik terhadap investasi asing yang dianggap mengeksploitasi sumber daya tanpa membangun kapasitas lokal.
Immanuel Wallerstein – Teori sistem dunia.
- Contoh: Posisi Indonesia sebagai semi-periferi dalam sistem ekonomi global.
Samir Amin – Delinking dari kapitalisme global.
- Contoh: Seruan untuk kemandirian pangan dan energi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
IV. Teori Pascakolonial dan Kritik Pembangunan (1970-an–1990-an)
Edward Said – Wacana pembangunan sebagai dominasi.
- Contoh: Kritik terhadap proyek-proyek donor asing yang tidak melibatkan masyarakat lokal secara bermakna.
Frantz Fanon – Dekolonisasi dan identitas.
- Contoh: Gerakan budaya lokal dan kearifan lokal sebagai respons terhadap homogenisasi pembangunan.
Gayatri Spivak – Subaltern tidak dapat berbicara.
- Contoh: Isu marginalisasi masyarakat adat dalam pengambilan keputusan pembangunan.
Arturo Escobar – Pembangunan sebagai perangkat kontrol.
- Contoh: Proyek reklamasi dan infrastruktur yang menyingkirkan komunitas pesisir dan nelayan tradisional.
Robert Chambers – Partisipasi masyarakat.
- Contoh: Pendekatan PRA (Participatory Rural Appraisal) digunakan dalam program PNPM dan pengelolaan hutan berbasis masyarakat.
V. Pembangunan Manusia dan Keberlanjutan (1980-an–2000-an)
Amartya Sen – Kapabilitas dan kebebasan.
- Contoh: Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia oleh BPS dan UNDP.
Martha Nussbaum – Fungsi dasar manusia.
- Contoh: Kebijakan afirmatif untuk pendidikan dan kesetaraan gender.
Mahbub ul Haq – Fokus pada kesejahteraan, bukan hanya ekonomi.
- Contoh: Perubahan indikator keberhasilan pembangunan dari GDP ke IPM.
Elinor Ostrom – Pengelolaan bersama sumber daya.
- Contoh: Skema Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan pengelolaan perikanan berbasis komunitas.
Herman Daly – Ekonomi ekologis.
- Contoh: Konsep pembangunan berkelanjutan dalam RPJMN dan KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis).
VI. Pemikir Kontemporer dan Gagasan Post-Pertumbuhan (2000-an–sekarang)
Ha-Joon Chang – Kritik neoliberalisme dan perdagangan bebas.
- Contoh: Perlindungan industri nasional melalui kebijakan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri).
Jason Hickel – Degrowth dan keadilan global.
- Contoh: Advokasi untuk konsumsi berkelanjutan dan pembatasan eksploitasi sumber daya.
Thomas Piketty – Ketimpangan kapital dan pajak.
- Contoh: Isu pajak progresif dan redistribusi kekayaan dalam wacana reforma agraria dan pajak kekayaan.
Kate Raworth – Ekonomi donat: batas ekologis dan kebutuhan sosial.
- Contoh: Pendekatan kota layak huni dan berketahanan iklim seperti di Jakarta dan Semarang.
Esther Duflo & Abhijit Banerjee – Kebijakan berbasis bukti (evidence-based).
- Contoh: Evaluasi program BLT, PKH, dan subsidi pendidikan menggunakan metode RCT.
VII. Pemikir Lintas Disiplin dan Pengaruh Global
David Harvey – Keadilan kota dan kapitalisme.
- Contoh: Kritik terhadap gentrifikasi dan pembangunan properti besar yang menggusur rakyat kecil.
Pierre Bourdieu – Modal sosial dan budaya.
- Contoh: Ketimpangan akses pendidikan dan jabatan publik berdasarkan latar belakang sosial.
Achille Mbembe – Necropolitik dan kekuasaan.
- Contoh: Isu pengabaian terhadap wilayah konflik dan minoritas dalam kebijakan pembangunan nasional.
Kesimpulan
Pemikiran pembangunan di Indonesia telah mengalami evolusi yang panjang dan kompleks. Dari strategi top-down yang berfokus pada pertumbuhan ekonomi, hingga pendekatan yang lebih partisipatif, adil, dan berkelanjutan.
Pemikiran para tokoh dunia ini menjadi cermin untuk memahami dan merumuskan arah pembangunan Indonesia ke depan—yang tidak hanya mengejar kemajuan, tetapi juga keadilan sosial dan kelestarian lingkungan.