Adopsi Karang dengan Metode Rak Spider: Murah, Efektif, dan Berdampak

  • Whatsapp
Contoh desain terumbu karang buatan (dok: Pelakita.ID)

Dengan tarif donasi sebesar Rp 50.000 per bibit, maka dari dua rak akan terkumpul dana sebesar Rp 1.500.000—pas dengan kebutuhan operasional kegiatan tersebut.

PELAKITA.ID – Upaya pelestarian terumbu karang semakin mendapatkan perhatian, baik dari komunitas lingkungan maupun individu yang peduli terhadap kelestarian laut.

Salah satu metode yang kini banyak digunakan dalam kegiatan transplantasi karang adalah metode rak spider.

Metode ini tidak hanya efektif, tetapi juga tergolong murah dan mudah diaplikasikan di berbagai lokasi pesisir.

Sebagai gambaran, berikut adalah contoh perhitungan biaya atau RAB (Rencana Anggaran Biaya) untuk menjalankan program adopsi karang dengan metode rak spider.

Kebutuhan Anggaran

Perkiraan ini tentu dapat bervariasi tergantung lokasi, ketersediaan alat, dan jumlah pelaksana di lapangan.

Untuk memulai, dibutuhkan dua unit rak spider yang masing-masing menelan biaya antara Rp 200.000 hingga Rp 300.000, tergantung bahan dan ongkos pengerjaan.

Selain itu, diperlukan perlengkapan tambahan seperti kabel ties, spidol tahan air, dan plastik untuk label name tag, dengan total biaya sekitar Rp 50.000 untuk tiap rak.

Jika pelaksana tidak memiliki peralatan selam pribadi, maka biaya sewa alat selam lengkap berkisar Rp 350.000 per orang. Namun jika hanya menyewa tabung oksigen saja—karena alat selam lain sudah dimiliki—biaya sewa turun menjadi sekitar Rp 100.000.

Bahkan bagi mereka yang memilih teknik free diving, biaya penyelaman bisa dihilangkan sama sekali. Untuk konsumsi dua orang selama kegiatan lapangan, dibutuhkan tambahan sekitar Rp 100.000.

Secara keseluruhan, total biaya untuk kegiatan transplantasi dua rak spider lengkap dengan seluruh keperluan teknis dan logistik berada pada kisaran Rp 1.500.000.

Menariknya, biaya ini dapat tertutupi sepenuhnya melalui skema donasi adopsi karang. Setiap rak dapat menampung 15 bibit karang.

Dengan tarif donasi sebesar Rp 50.000 per bibit, maka dari dua rak akan terkumpul dana sebesar Rp 1.500.000—pas dengan kebutuhan operasional kegiatan tersebut.

Berdasarkan pengalaman lapangan, dua orang pelaksana yang sudah terbiasa dapat menyelesaikan transplantasi sebanyak empat hingga lima rak dalam satu hari kerja.

Ini membuktikan bahwa kegiatan adopsi karang tidak hanya hemat biaya, tetapi juga efisien dari segi waktu dan tenaga.

Melalui pendekatan seperti ini, pelestarian terumbu karang dapat dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan publik. Masyarakat tidak hanya menyumbang dana, tetapi juga menjadi bagian dari upaya nyata menjaga kelestarian laut.

Dengan skema yang transparan, terukur, dan berdampak langsung, adopsi karang melalui metode rak spider layak menjadi model pengelolaan lingkungan pesisir yang inspiratif dan berkelanjutan.

Sumber: JARI Indonesia