MSP FIKP Unhas ajak warga Aeng Batu-Batu perangi sampah

  • Whatsapp
Pengabidan Masyarakat berlagsung dengan lancar yang diikuti oleh masayarakat desa Aeng Batu-Batu (dok: MSP FIKP Unhas)

DPRD Makassar

PEAKITA.ID – Dalam rangka mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang ketiga, tim Manajemen Sumberdaya Perairan MSP FIKP Unhas menggelar kegiatan pengabdian masyarakat di desa wisata, Aeng Batu-Batu, Galesong Utara, Takalar, Kamis, 10/11/2022.

Kegiatan diikuti 15 dosen, 10 mahasiswa Bank Sampah, dan 17 masyarakat setempat. Pengabdian ini fokus pada pedampingan masyarakat untuk dapat terlibat dalam pengelolaan bank sampah plastik demi mendukung pengembangan desa wisata tanpa sampah dan ramah lingkungan.

“Ancaman dan keberadaan sampah plastik di laut bukan lagi hal rahasia di kalangan masyarakat utamanya pesisir. Hal ini menimbulkan dampak negatif bagi desa Aeng Batu-Batu seperti dapat mengurangi estetika keindahan desa wisata,” jelas Dr. Ir. Khusnul Yaqin, narasumber dari Tim MSP FIKP Unhas di depan warga Aeng Batu-Batu.

Read More

Tidak hanya itu, lanjut Khusnul, dampak yang paling menghkawatirkan ialah terganggunya ekosistem dan biota laut yang menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat pesisir.

Menurutnya, karena pertimbangan itu pulalah, demi mengurangi dampak sampah plastik di laut, dosen dan peserta bank sampah mendampingi msayarakat Desa Aeng Batu-batu untuk mengelolanya.

Khusnul menjelaskan, pengelolaan sampah plastik dilakukan dengan cara mengumpulkan sampah plastik sesuai dengan jenisnya.

“Selanjutnya, masyarakat diajak untuk membentuk kelompok bank sampah sebagai tempat pengumpulan sampah plastic yang berada di sekitar masyarakat tersebut. Tujuan dibentuknya kelompok bank sampah ini yaitu selain untuk mengurangi sampah di laut juga untuk membantu perekonomian masyarakat,” terangnya.

Para peserta pengabdian masyarakat di antaranya dosen dan peserta bank sampah MSP FIKP Unhas serta warga masyarakat Desa Aeng Batu-Batu (dok: Tim MSP FIKP Unhas)

“Sampah plastik yang masuk di laut dikonsumsi oleh ikan yang mengakibatkan gangguan bagi pertumbuhan ikan tersebut. Untuk mencegah hal ini terjadi perlu mengurangi pembuangan sampah di laut,” jelasnya lagi.

Proses pendampingan masyarakat dalam rangka pengelolaan dan ‘perang’ terhadap sampah ini menurut Khusnul meliputi serangkaian tahapan kegiatan.

“Seperti dengan cara sampah plastik yang tadinya dibuang begitu saja dikumpulkan dalam satu tempat. Setelah dikumpulkan, masyarakat membentuk kelompok bank sampah yang teridiri dari masyarakat sekitar daerah tersebut. Jika sampah sudah terkumpul banyak selanjutnya diserahkan ke bank sampah MSP FIKP Unhas yang akan ditukar dengan uang,” papar Khusnul.

Di depan warga desa yang berkumpul di pantai saat itu, Khusnul menyatakan juga bahwa keberadaan sampah plastik di pesisir dan laut tidak semata-mata karena salah masyarakat.

“Kurangnya perhatian dan bantuan pemerintah sehingga masyarakat membuang sampah begitu saja. Tidak adanya tempat sampah membuat masyarakat di Desa Aeng Batu-Batu membuang sampah di laut yang akan berdampak pada mereka sendiri khususnya wisata desa ini,” ungkapnya.

Dia menyarankan, penerapan Bank Sampah bisa saja dilakukan di Desa Aeng Batu-Batu jika ada tempat sampah.

“Kekurangan tempat membuat masyarakat membuang sampah begitu saja karena pemerintah setempat kurang memperhatikan desa ini. Apabila difasilitasi dengan tempat sampah, menjadikan Desa Aeng Batu-Batu sebagai wisata desa tanpa sampah dan ramah lingkungan bisa saja terwujud,” sebut Hakidan  kepala dusun setempat.

Menurut Hakidan, pengabdian masyarakat yang diadakan kali ini sangat bermanfaat bukan hanya bagi masyarakat.

Mahasiswa yang ikut program bank sampah ikut juga merasa tercerahkan dengan program ini. Mereka menyatakan pengelolaan sampah plastik memang harusnya diedukasikan kepada masyarakat agar tidak banyak lagi yang berserakan mengingat bahayanya kandungan plastic ini.

“Pembelajaran sampah plastik sangat bermanfaat bagi masyarakat pesisir, mengingat mereka yang terkadang kurang memperhatikan laut, sumber penghasilan mereka. Dengan dilakukannya pendampingan ini semoga membantu masyarakat Desa Aeng Batu-Batu untuk tidak lagi membuang sampah plastik sembarangan,” jelas Fiza, peserta Bank Sampah.

Menurutnya, sampah plastik ini dapat dikumpulkan dan ditukar sehingga akan menghasilkan uang yang membantu perekonomian desa wisata seperti Aeng Batu-Batu

“Semangat para dosen dan peserta bank sampah harus terus ditingkatkan untuk mendampingi masyarakat agar dapat tercapai desa wisata tanpa sampah dan ramah lingkungan, karena jika bukan kita siapa lagi?” tutup Fiza.

 

Editor: K. Azis

 

Related posts