Wawancara Rudianto Lallo: Mengapa Nasdem hingga dukung F8 Danny Pomanto (Bagian 2)

  • Whatsapp
Rudianto Lallo, S.H (dok: pelakita.ID)

DPRD Makassar

Tentu setiap pemimpin punya gaya karakter tersendiri, kita pintar-pintarnya menyesuaikan. Rudianto Lallo, si Anak Rakyat.

PELAKITA.ID – Founder Pelakita.ID, Kamaruddin Azis mewawancarai ketua DPRD Kota Makassar, Rudianto Lallo Sarjana Hukum di ruang kerjanya di bilangan Jalan Pettarani – Hertasning. 6 September 2022.

Wawancara berlangsung saat sekelompok massa membakar ban demo BBM di Jalan Pettarani, sepelemparan bola kasti dari gedung DPRD Kota.

Read More

Pria jebolah Fakultas Hukum Unhas yang pernah berprofesi sebagai advokat, tenar dengan sebutan Anak Rakyat itu menjawab pertanyaan seputar dinamika DPRD Kota Makassar, mengapa ber-Nasdem hingga mengapa F8 yang digagas Wali Kota Makassar didukung olehnya.  Tulisan ini bagian terakhir dari dua tulisan.  Lihat di sini bagian satu.

Mengapa program Anak Rakyat dan bagaimana spirit itu dijalankan?

Kalau program, sudah pasti program dari bawah, karena dia kan masih mau dipilih. Kalau kita tidak perhatikan Dapil, konstituen kita, tidak mungkin kita terpilih kembali. Saya misalnya, suara naik 2.300 (di periode pertama) ke 5.700, kenapa naik 50 persen? Kalau kinerja kita buruk, kita lupa atau tidak peduli kampung kita, tidak mungkin dipilih.

Kenapa memilih Nasdem?

Saya berprofesi advokat di Jakarta. Ternyata jjiwa saya tidak cocok. Di mahasiswa terbiasa memimpin di organisasi, rasa-rasanya  juga karena ada pak Akkar Faizal saat itu di Nasdem. Saya juga iseng aja, dulu uji coba.

Dulu di kampus, siapa maju ketua senat kadang nunggu restu saya. Logika saya, pemilih cerdas saja (mahasiwa) saya bisa pimpin, saya masuk partai saya mau uji, sebab jangan-jangan di kampus saya bisa giliran di masyarakat saya tidak bisa. Saya bisa katakan iseng-iseng.  Saya masuk 2013 dan uji coba 2014 dan terpilih.

Mau bilang Akbar Faizal sangat berpengaruh?

Saya ber-Nasdem karena Akbar Faizal. Ini partai baru restorasi Indonesia yang tentu ada daya tariknya bagi saya yang selama di kampus terbiasa demo-demo aja, parlemen jalanan.

Bagaimana bisa menghidupi kampanye saat maccaleg, padahal bukan orang kaya?

Pasti, kalau bicara finansial pasti gugur. Tetapi uang bukan segalanya, kalau kita sering berinteraksi dengan masyarakat, aspirasi keinginan untuk kita bisa tunaikan, maka itu akan menang dengan sendirinya.

Ilmu politiknya, bagaimana orang dikenal, bagaimana disuka, pasti disuka. Sekarang bagaimana dikenal, sementara saya profesi saya lawyer di Jakarta? Maka sebelum pemilihan saya keliling. Ini kan seni meyakinkan. Saat ketemu warga saya sampaikan, tidak akan melupakan jasa-jasa baik ibu-bapak. Maka tepilih.

Di periode kedua, yang memilih saya tidak saya tinggalkan, tidak ada yang kecewa. Kita harus responsif, peduli, care. Kalau ada masalah, ya banyaklah masalah, dan kita yang datang saat sebelum pemilihan, ada ambulans yang beredar, itu modal kecil tetapi selalu berkesinambungan.

Kita tidak datang saat mau pemilihan saja, yang datang saat pemilihan itu pasti ongkosnya besar, gaya saya yah yang seperti biasanya saja.

Apa yang harus kita perjuangkan di legislatif supaya pengalokasian anggaran memenuhi harapan ‘anak rakyat’, tapi belakangan ini ada beberapa yang dikritik, contoh bangunan infrastruktur, ada F8. Pendapatta?

Artinya gini, sekarang kan persepsi publik pada infrastruktur, kadang-kadang ada pertanyaan, apa sih yang sudah dibuat Pak Rudi, oleh Anak Rakyat selama di DPRD?

Lakkang, saya perbaiki sekolah, jalan, dermaga saya perbaiki, kira-kira begitu. Ada hal yang baru dan tidak pernah seperti itu sebelumnya.

Bayangkan, misalnya, orang Lakkang hanya bayar pajak 10 jutaan, tapi uang masuk, miliaran itu kan karena perjuangan wakilnya, ada aspirasinya.

Dalam konteks Makaasar ada petugas mulia, pemandi jenazah, imam rawatib, guru mengaji atau guru pelayan agama kritsten, kenapakah tidak kita dukung, sementara mereka minta? Toh ini pekerjaan mulia, ini bukan hanya untuk Dapil tetapi kepentingan Kota Makassar.

Bagaimana dengan kepentingan keadilan gender, kelompok disabilitas di Kota Makassar, perlu diperjuangkan kan?

Memang kita kadang di DPRD masih skop daerah pemilihan, makanya kalau mau cakupannya luas begitu makanya kadang kadang saya di DPRD di bagian utara, kadang dibatasi oleh anggota lain yang juga punya Dapil lainnya, maka kalau buat untuk Anak Rakyat maka kewenangan harus diperluas.  Ha-ha-ha.

Bagaimana leadership Anak Rakyat di DPRD Kota?

Saya dalam memimpin di DPRD tidak pernah-ji ada riak, karena saya menjaga solidiitas, saya tekankan kalau kita ini bicara untuk kepentingan masyarakat. Sebagai anggota DPRD apa sih yang diinginkah oleh masyarakat kita, kalau teman-teman turun di Dapil 50 anggota maka kebutuhan terpenuhi.

Itu sebagai anggota DPRD, pemeirntah kita punya Musrenbang, naik RT RW ke kekelurahan, kecamatan, betul-berul bawah ke atas, ini perlu dijaga agar aspirasi kalangaan bawah terjawab. Memang selalu dari bawah, kelurahan, RT RW, naik kelurahan, kecamatam tapi ini kan domain eksekutif, domain kita di DPRD serap aspirasi, yang bisa perjuangkan eksekutif kalau Musrenbang.

Tapi kembali lagi, DPRD itu pengawasan, pokok pikiran itu kan dibenarkan dalam UU yang berasal dari hasil reses, berapapun hasil Pokir untuk masyatakat, kita usulkan saja ke eksekutif. Misalnya Lakkang, butuh jalan lingkungan lewat empang.

Kreativitas perencanaan Wali Kota Danny go beyond, tidak bisa dibati-bati, bagiamana melihat fenomena itu?

Kalau Pak Wali memang punya banyak ide, background beliau sebagai arsitek. Tentu setiap pemimpin punya gaya karakter tersendiri, kita pintar-pintarnya menyesuaikan. Kita support.  Sama kegiatan F8, jangan dimaknai lain, kita itu dua tahun Covid, dan kegiatan itu diapresiasi Kementerian Pariwisata dan dihadiri pewakilan provinsi, animo masyarakat tinggi, penonton banyak.

Tapi ada yang protes, UMKM?

Tidak semua orang bisa dipuaskan karena kita bukan alat pemuas. Ha-ha-ha.

Niat baik kadang-kadang tidak semua dianggap baik, itulah hidup, ada pro kotra, tapi kalau kita arif bjaksana, bagus, banyak orang terlibat banyak roang datang, banyak kepala daerah dari luar datang ke Makassar, jadi daripada tidak bikin keigatan, kita bikn saja. Dan itulah Makassar, dari abad 15 sudah terkenal.

 

Editor: K. Azis

Related posts