YKL Indonesia, CEPF dan Burung Indonesia fasilitasi perlindungan gurita di perairan Kota Makassar

  • Whatsapp
YKL Indonesia sebagai mitra Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) dan Burung Indonesia melaksanakan Program Penguatan Ekonomi dan Konservasi Gurita Berbasis Masyarakat (PROTEKSI GAMA) di Pulau Langkai dan Pulau Lanjukang Kota Makassar. (dok: istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia adalah salah satu organisasi non-pemerintah yang gerakannya berorientasi pada tiga aspek yaitu Konservasi Ekosistem Pesisir dan Laut, pemberdayaan masyarakat pesisir dan kepulauan kecil. Yang ketiga adalah penerapan teknologi alternatif ramah lingkungan.

Saat ini YKL Indonesia sebagai mitra Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) dan Burung Indonesia melaksanakan Program Penguatan Ekonomi dan Konservasi Gurita Berbasis Masyarakat (PROTEKSI GAMA) di Pulau Langkai dan Pulau Lanjukang Kota Makassar.

Tujuan program ini memperkuat pengelolaan perikanan gurita skala kecil berbasis masyarakat di Pulau Langkai dan Pulau Lanjukang.

 

Mengapa proteksi GAMA

Di Indonesia, gurita memiliki nilai ekonomis penting dimana dalam beberapa tahun terakhir mengalami trend peningkatan ekspor. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2020 ekspor gurita berada pada peringkat ketiga setelah udang dan tuna-tongkol-cakalang. Itu pun gurita digabungkan dengan cumi dan sotong dengan nilai mencapai USD 131,94 juta.

Indonesia termasuk 10 besar eksportir gurita global dengan volume ekspor Indonesia sekitar 19 ribu ton per tahun dengan nilai rata-rata USD 98 juta/tahun, yang diekspor ke Italia, Amerika Serikat dan China. Penangkapan gurita di Indonesia didominasi nelayan tradisional dan nelayan skala kecil dengan menggunakan alat tangkap sederhana dan mesin perahu di bawah 10 Gross Tonnage [GT].

Hal yang sama ditemukan di Kota Makassar yang termasuk dalam wilayah Kepulauaan Spermonde. Gurita menjadi salah satu opsi yang memiliki potensi besar untuk perekonomian nelayan. Disamping karena penangkapan gurita di Kepulauan Spermonde didominasi oleh penggunaan alat tangkap ramah lingkungan, komoditi ini juga menjadi salah satu primadona dengan permintaan ekspor yang tinggi dari banyak negara.

Kurangnya data dan informasi terkait gurita di perairan Spermonde khususnya Kota Makassar menjadi tantangan yang perlu diatasi. Trend yang terjadi adalah terjadinya peningkatan harga gurita di pasaran yang menyebabkan para nelayan setempat mulai menjadikan gurita sebagai sasaran tangkapan dan sumber pendapatan mereka.

Namun demikian beralihnya target jenis tangkapan para nelayan ini perlu diantisipasi dengan adanya suatu rencana pengelolaan gurita yang berkelanjutan sebelum mengalami over eksploitasi, degradasi dan deplesi atau hilangnya sumberdaya tersebut.

Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia berkomitmen untuk menginisiasi sebuah upaya pengelolaan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam memanfaatkan sumber daya perikanan.

Salah satu langkah awal yang sedang diinisiasi adalah mendorong tata kelola gurita berbasis masyarakat di Pulau Langkai dan Lanjukang Kota Makassar melalui program PROTEKSI GAMA (Program Penguatan Ekonomi dan Konservasi Gurita Berbasis Masyarakat), dengan dukungan Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) dan Burung Indonesia.

Sehubungan hal tersebut, YKL menggelar diskusi online dengan tema “Gurita untuk Masa Depan Bersama” padaSelasa, 21 September 2021.

Related posts