PELAKITA.ID – Calon Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof. Ir. Muhammad Iqbal Djawad, M.Sc., Ph.D., tengah berada di Brescia, Italia, 8–12 September 2025.
Di provinsi bagian utara Italia ini, Iqbal hadir sebagai Country Coordinator Indonesia untuk ASEAN–European Academic University Network (ASEA-UNINET) dalam rangka Plenary Meeting ASEA-UNINET Brescia 2025.
ASEA-UNINET merupakan jaringan universitas yang menghimpun kampus-kampus di Eropa dan Asia Tenggara, dengan tujuan mendorong internasionalisasi pendidikan dan penelitian yang berkelanjutan.
“Saya akan berbicara mengenai kondisi terkini pendidikan tinggi di Indonesia, khususnya universitas-universitas yang menjadi anggota ASEA-UNINET. Selain itu, sebagai wakil Indonesia saya berkesempatan memperluas pengaruh akademik, baik melalui koordinasi nasional maupun kepemimpinan di kelompok kerja tematik,” ungkap Iqbal dari Brescia, Selasa (9/9/2025).
Menurutnya, pertemuan pleno ASEA-UNINET kali ini memiliki sedikitnya enam urgensi. Pertama, penguatan jejaring akademik Eropa–Asia Tenggara. Forum ini mempertemukan lebih dari 90 universitas anggota dari Austria, Italia, Indonesia, Thailand, Vietnam, Filipina, dan berbagai negara lain.
“Ini penting untuk memperluas kolaborasi lintas disiplin, terutama di bidang prioritas global seperti iklim, energi, kesehatan, digitalisasi, dan ekonomi biru,” jelasnya.
Selain itu, agenda penting lainnya adalah diplomasi pendidikan dan riset internasional, perumusan arah strategis jaringan (2025–2029), peluang pendanaan dan mobilitas akademik, kolaborasi isu global, serta peningkatan profil universitas anggota, termasuk Universitas Brescia sebagai tuan rumah.
Kehadiran Iqbal di forum ini diharapkan membawa manfaat besar bagi dunia perguruan tinggi di Indonesia, khususnya Unhas. “Indonesia harus tampil bukan hanya sebagai pengguna, tetapi juga sebagai kontributor utama dalam jaringan ASEA-UNINET,” tegasnya.
Iqbal menegaskan, universitas-universitas di Indonesia memiliki peran strategis di ASEA-UNINET, terutama pada tiga hal.
Pertama, kontribusi keilmuan dan riset strategis. Dengan keunggulan di bidang ocean sciences dan ekonomi biru, Indonesia berpotensi menjadi pusat riset kelautan, perikanan berkelanjutan, dan mitigasi perubahan iklim laut.
Kedua, penguatan mobilitas akademik dan SDM internasional melalui program pertukaran mahasiswa, dosen, dan riset bersama. Ketiga, diplomasi akademik sebagai bentuk soft power Indonesia dalam percaturan global.
“Indonesia bisa menjadi pusat kolaborasi isu global dan regional dengan menawarkan lokasi riset lapangan di ekosistem tropis, kelautan, biodiversitas, hingga energi terbarukan. Universitas di Indonesia bahkan berpeluang memimpin working group tematik, misalnya di bidang ekonomi biru, bioekonomi, atau kesehatan tropis,” terang Iqbal, Guru Besar Unhas di bidang Fish Eco-Physiology (IVc).
Sebelum berangkat ke Italia, Prof. Iqbal Djawad resmi mendaftarkan diri sebagai bakal calon Rektor Universitas Hasanuddin periode 2026–2030.
Saat ini, selain sebagai guru besar, ia juga menjabat Kepala Pusat Kajian ASEAN pada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Unhas.
Pengirim berita: Kevin Dik
