Rohinton Mistry dan Potret Korupsi dalam Sastra

  • Whatsapp
Ilustrasi Pelakita

Dalam berbagai diskusi akademik, karyanya sering dijadikan “sumber literatur pendamping” untuk memahami bagaimana korupsi bukan hanya soal angka dan kebijakan, tetapi juga tentang kehancuran martabat manusia dan kesenjangan sosial yang semakin dalam.

PELAKITA.ID – Rohinton Mistry adalah seorang penulis asal Kanada keturunan India yang dikenal luas lewat karya-karya novelnya yang kuat dan menyentuh.

Melalui tulisannya, Mistry mengangkat berbagai tema besar seperti penindasan politik, ketidakadilan sosial, dan—yang paling sering dikaitkan dengannya—korupsi di India pasca-kemerdekaan.

Meskipun ia bukan penulis esai politik secara langsung, karya-karya Mistry, terutama novel A Fine Balance (1995), kerap dijadikan rujukan dalam diskusi maupun tulisan akademik tentang korupsi.

Tema-Tema Sosial yang Kental dalam Karyanya

Karya-karya Mistry merupakan kritik sosial yang tajam. Ia menyingkap kenyataan pahit yang tersembunyi di balik retorika pembangunan dan demokrasi, terutama di masa-masa kelam seperti periode Darurat Nasional di bawah pemerintahan Indira Gandhi.

Beberapa isu utama yang ia sorot antara lain: Korupsi dalam pemerintahan, kekerasan dan brutalitas aparat, eksploitasi terhadap kelompok miskin, ketidakefisienan birokrasi, diskriminasi sosial berbasis kasta.

Mistry menulis dengan gaya yang manusiawi, tetapi juga menggugah nurani. Ia tidak hanya menyajikan fakta, tetapi juga menyorot penderitaan, harapan, dan perlawanan dari mereka yang hidup di bawah bayang-bayang sistem yang korup.

A Fine Balance: Novel yang Membongkar Luka Bangsa

Salah satu karya paling berpengaruh dari Mistry adalah A Fine Balance, sebuah novel epik yang mengambil latar waktu selama masa Darurat Nasional India (1975–1977). Dalam novel ini, empat tokoh utama—dari latar belakang berbeda—dipertemukan oleh nasib dalam realitas sosial yang sarat tekanan.

Melalui perjalanan mereka, Mistry menghadirkan gambaran yang gamblang mengenai tekanan politik dan pembungkaman kebebasan, program sterilisasi paksa, praktik korupsi di kepolisian, penggusuran paksa kawasan kumuh dan penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat lokal

Novel ini bukan sekadar fiksi. Ia adalah gugatan sastra terhadap sistem korup yang meluluhlantakkan kehidupan masyarakat kecil. A Fine Balance membuktikan bahwa sastra bisa menjadi media perlawanan yang elegan namun menghantam keras.

Dari Fiksi ke Wacana Akademik

Meskipun Mistry tidak menulis esai politik secara langsung, karya-karyanya banyak dikutip dalam tulisan-tulisan ilmiah dan esai tentang korupsi. Alasannya jelas: tulisannya menyajikan potret yang realistis dan menyentuh tentang bagaimana korupsi menembus seluruh lapisan masyarakat.

Ia menghadirkan narasi yang berpusat pada manusia biasa—mereka yang menjadi korban sistem. Ia menunjukkan akibat psikologis dan material dari sistem yang timpang. Suaranya dalam sastra berfungsi sebagai kritik sosial yang menyentuh empati sekaligus membangkitkan kemarahan yang wajar.

Mengapa Karya Mistry Relevan dalam Studi Korupsi?

Rohinton Mistry mungkin tidak menulis makalah kebijakan atau laporan riset, tetapi narasi-narasi fiksinya memberikan konteks budaya dan manusiawi terhadap isu-isu besar seperti korupsi dan tata kelola pemerintahan, sistem sosial pascakolonial, kemerosotan moral dalam sistem demokrasi.

Dalam berbagai diskusi akademik, karyanya sering dijadikan “sumber literatur pendamping” untuk memahami bagaimana korupsi bukan hanya soal angka dan kebijakan, tetapi juga tentang kehancuran martabat manusia dan kesenjangan sosial yang semakin dalam.

Rohinton Mistry bukanlah penulis esai korupsi, tetapi suara sastranya memiliki kekuatan yang tak kalah tajam. Ia menulis fiksi, namun fiksinya dipenuhi kebenaran yang menyakitkan.

Melalui tokoh-tokohnya yang terluka namun bertahan, ia mengingatkan kita bahwa korupsi bukan hanya urusan hukum atau birokrasi, melainkan krisis moral yang menghancurkan tatanan kemanusiaan.

Karyanya menjadi cermin, peringatan, sekaligus panggilan untuk berpikir ulang tentang masa depan keadilan sosial—baik di India, maupun di negara-negara lain yang menghadapi tantangan serupa.

Dalam dunia yang terus mencari keseimbangan antara harapan dan kenyataan, A Fine Balance adalah karya yang tak boleh diabaikan.

Editor Denun (dari berbagi sumber)