Memahami Anomali Cuaca dan Iklim: Penyebab, Pola, dan Teori

  • Whatsapp
Hujan bulan Juli (Ilustrasi Pelakita.ID)

Hujan Bulan Juni
Karya: Sapardi Djoko Damono

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni

PELAKITA.ID – Sapardi Djoko Damono ingin mengingatkan kita bahwa memang ada fenomena bulan Juni, tapi ini sudah masuk Juli, mengapa Tamarunang masih hujan? Mengapa Marumpa di Maros atau Manggala di Makassar masih basah?

Inikah yang disebut anomali cuaca? Mestinya kan ini musim kemarau? Apa sih anomali cuaca atau iklim itu? Sungguhkah itu hal biasa?

Sosodara, dalam bidang meteorologi dan ilmu iklim, istilah anomali merujuk pada penyimpangan dari kondisi yang dianggap khas atau rata-rata untuk suatu tempat dan waktu tertentu.

Alih-alih menggambarkan nilai absolut (seperti suhu atau curah hujan), anomali menunjukkan seberapa besar suatu pengukuran menyimpang dari rata-rata jangka panjang—yang biasanya dihitung berdasarkan periode referensi selama 30 tahun.

Dengan mengidentifikasi penyimpangan ini, para ilmuwan dapat mendeteksi kondisi cuaca dan iklim yang tidak biasa, mengevaluasi tren, dan memperkirakan risiko di masa depan secara lebih akurat.

Anomali Cuaca: Pergeseran Atmosfer yang Mendadak

Anomali cuaca adalah peristiwa jangka pendek yang mencerminkan penyimpangan sementara dari pola normal. Peristiwa ini dapat berlangsung dari beberapa hari hingga beberapa minggu. Contohnya adalah gelombang panas yang terjadi di bulan Januari di wilayah yang biasanya sangat dingin, atau hujan lebat yang turun di tengah musim kemarau.

Anomali seperti ini dapat mengganggu ekosistem, pertanian, sistem kesehatan, dan perekonomian. Meskipun sering kali muncul akibat variabilitas alami, frekuensi dan intensitasnya kini semakin dipengaruhi oleh pola iklim global dan pemanasan bumi.

Anomali Iklim: Penyimpangan Jangka Panjang dari Pola Normal

Anomali iklim merujuk pada penyimpangan yang berlangsung lama dari pola iklim rata-rata. Penyimpangan ini biasanya dihitung berdasarkan baseline jangka panjang, seperti normal iklim 1991–2020 yang digunakan oleh berbagai organisasi meteorologi dunia.

Contoh klasiknya adalah anomali suhu global, yang menunjukkan apakah suhu rata-rata Bumi lebih tinggi atau lebih rendah dibanding norma historis.

Fenomena berskala besar seperti El Niño dan La Niña—dua fase dari El Niño–Southern Oscillation (ENSO)—merupakan pendorong utama anomali iklim.

El Niño cenderung menghangatkan bagian tengah dan timur Samudra Pasifik, menyebabkan kenaikan suhu global dan perubahan pola hujan, sementara La Niña mendinginkan samudra dan memicu kekeringan atau banjir di berbagai wilayah dunia.

Apa yang Menyebabkan Anomali Cuaca dan Iklim?

Kemunculan anomali dapat ditelusuri pada berbagai faktor yang saling bertumpukan—sebagian bersifat alami, sebagian lainnya akibat ulah manusia (antropogenik). Berikut adalah penyebab utama beserta kerangka teori yang mendasarinya:

Variabilitas Alami

Sistem iklim bersifat dinamis secara alami. Pola seperti Madden–Julian Oscillation (MJO) dan Arctic Oscillation (AO) menggambarkan pergeseran sirkulasi atmosfer jangka pendek yang dapat memperkuat atau menekan cuaca ekstrem secara sementara. Fenomena ini turut menyebabkan fluktuasi curah hujan, suhu, dan aktivitas badai.

Interaksi Laut–Atmosfer

ENSO adalah interaksi laut–atmosfer paling berpengaruh terhadap cuaca dan iklim global. Ketika massa air hangat atau dingin bergeser di Pasifik tropis, dampaknya meluas ke pola angin, jet stream, dan jalur badai di seluruh benua. ENSO bertanggung jawab atas banyak kekeringan, banjir, dan pergeseran siklon tropis di dunia.

Faktor Antropogenik (Buatan Manusia)

Kegiatan manusia telah menyebabkan perubahan besar dalam keseimbangan energi Bumi. Emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO₂) dan metana (CH₄) menjebak panas di atmosfer—suatu fenomena yang dijelaskan oleh Teori Efek Rumah Kaca.

Deforestasi, urbanisasi, dan industrialisasi juga mengubah pantulan cahaya (albedo), penguapan, dan retensi panas di permukaan bumi, yang pada gilirannya memperkuat anomali iklim.

Model iklim yang dikembangkan dengan pendekatan General Circulation Model (GCM) secara konsisten menunjukkan bahwa tanpa emisi gas rumah kaca dari aktivitas manusia, skala dan keberlanjutan anomali suhu yang terjadi saat ini akan sangat kecil kemungkinannya terjadi secara alami.

Letusan Gunung Berapi

Aktivitas vulkanik dapat menyebabkan pendinginan global sementara namun signifikan. Letusan besar melepaskan sulfur dioksida ke stratosfer, membentuk aerosol sulfat yang memantulkan sinar matahari ke luar angkasa. Contohnya, letusan Gunung Pinatubo pada tahun 1991 menyebabkan anomali suhu global sekitar -0,5°C selama hampir dua tahun.

Variabilitas Matahari

Matahari mengalami siklus alami dalam produksi energinya, seperti siklus matahari 11 tahunan.

Meskipun fluktuasi ini dapat menyebabkan anomali suhu kecil, dampaknya secara umum jauh lebih kecil dibanding efek pemanasan oleh gas rumah kaca. Namun, teori seperti Siklus Milankovitch—yang menjelaskan perubahan jangka panjang orbit Bumi—berhasil menjelaskan anomali iklim kuno seperti zaman es.

Mengapa Anomali Penting?

Memahami anomali cuaca dan iklim penting tidak hanya bagi ilmuwan, tetapi juga bagi petani, perencana pembangunan, petugas tanggap darurat, dan masyarakat umum.

Anomali memberi sinyal awal akan pola yang sedang berkembang—seperti kekeringan berkepanjangan, kenaikan suhu permukaan laut, atau keterlambatan musim hujan—yang memengaruhi ketahanan pangan, kesehatan, keanekaragaman hayati, dan infrastruktur.

Dalam konteks planet yang makin hangat, membedakan antara anomali “alami” dan yang diperkuat oleh aktivitas manusia menjadi kunci dalam bidang ilmu atribusi—yang bertujuan mengukur sejauh mana perubahan iklim memengaruhi kejadian ekstrem.

Pembaca sekalian, anomali bukan sekadar keanehan statistik—mereka adalah indikator penting tentang bagaimana planet kita sedang berubah.

Seiring meningkatnya suhu global dan makin tak terduganya sistem cuaca, kemampuan untuk mendeteksi dan memahami anomali menjadi semakin penting. Baik disebabkan oleh pergeseran samudra, letusan gunung berapi, perubahan matahari, atau pengaruh manusia yang terus-menerus, anomali membuka jendela pada sistem kompleks dan saling terkait yang mengatur iklim Bumi.

Memahaminya adalah langkah pertama untuk beradaptasi terhadap masa depan yang penuh ketidakpastian.