PELAKITA.ID – Saat melihat mereka berjalan memanggul tabung Scuba, saya bergegas ke tepi pantai, mengambil sudut shoot yang pas. Jarak kami sekira 5 meter sebelum momen ini terekam.
Keduanya, sosok yang selama ini dikenal sebagai pencinta selam dan Klaners Sejati – alumni Ilmu Kelautan Unhas. Mereka berpengalaman di organisasi Marine Science Diving Club Ilmu Kelautan Unhas dengan reputasi penyelaman menakjubkan. Juga kompetensinya.
Pria yang di kiri, akademisi, pernah studi di University of Queensland, dan aktif di berbagi komunitas olahraga, minisocccer ISLA FC dan Smansa 95 FC. Dia instruktur selam dan telah memberi sertifikat penyelaman kepada banyak orang. Namanya Imran, Ilmu Kelautan Unhas 97 dan Smansa Makassar..
Yang di kanan, namanya Akhmad Rhevqi, praktisi penyelaman dan telah wara-wiri di Lautan Nusantara sebagai dive guide, penikmat keindahan bawah laut berikut rongga-rongga dan ceruk terdalam.
Karena gandrung penyelaman, dia telah diundang Eropa beberapa tahun lalu.
Dia alumni Smada Makassar, angkatan 1999, masuk Ilmu Kelautan di tahun yang sama. Kalau bicara Raja Ampat atau terumbu karang sekitar Batanta, Piaynemo, dan gugus pulau Papua Barat, dia amat kuasai.
Kembali ke foto ini. Foto ini sengaja saya ambil dengan beberrapa pertimbangan.
Pertama, sebagai pesan tentang pentingnya merawat isi lautan, menjaga dan memanfaatkan dengan bijak. Karena penyelaman dan penimbaan ilmunya di Ilmu Kelautan Unhas, jejak profesinya kini nampak istimewa.
Dengan keahlian itu, mereka – sejauh ini – telah mampu menjawab harapan sejumlah pihak. Alumni Kelautan ini nampak keren di bawah kibaran bendera di belakang itu.
Kedua, ini yang saya nikmati sebagai penyaksi kebersamaan, saling melengkapi, saling sokongnya mereka. Tidak banyak perintah, suara-suara ini itu, seakan serupa gerakan tangan dan sinar mata untuk bisa menyelesaikan tugas.
Ada yang beroperasi di dasar, ada yang snorkeling dan sesekali duck and tuck dive demi membereskan agenda, ada juga yang merekam aktivitas bawah laut dan memberi isyarat fokus.
Begitulah alumni saling jaga dan berbagi.
Ketiga, saya menikmati kebersamaan mereka yang penuh riang gembira. Meski saya tahu, keduanya bukan pria lajang lagi. Eh! Maksudku, di tengah suasana ‘kekeluargaan’ mereka tetap saling canda dan saling usik demi menstimulus semangat kebersamaan. Begitulah sejatinya soludaritas.
Nah sosodara, setelah foto yang saya ambil dan heroik plus epik ini, salah satu dari mereka menawarkan: Bagaimana kalau kita buka puasa di Tea Corner, sayapa traktirki.
“Terima kasiuh suhu!”.
Muscat, 11/3/2025.