Nelayan Monsongan Beralih ke Budidaya Laut, Harapan Baru di Tengah Ketidakpastian

  • Whatsapp
Keramba jadi alternatif di Monsongan (dok: Istimewa)

PELAKITA.ID  – Laut adalah rumah bagi nelayan Desa Monsongan, Kecamatan Banggai Tengah, Kabupaten Banggai Laut, Sulawesi Tengah.

Namun, perubahan cuaca yang semakin ekstrem dan hasil tangkapan yang tak menentu memaksa sekitar 20 nelayan setempat mencari alternatif.

Mereka kini beralih dari melaut ke budidaya perairan dengan membangun Keramba Jaring Tancap (KJT) di perairan dangkal, tak jauh dari perkampungan mereka.

Mayoritas nelayan Monsongan berasal dari suku Bajo, yang dikenal sebagai pelaut ulung. Namun, kerasnya tantangan di laut membuat mereka mempertimbangkan pilihan lain.

KJT menjadi solusi yang menjanjikan, memungkinkan mereka tetap menggantungkan hidup pada laut tanpa harus menghadapi bahaya gelombang besar.

Bobara dan Lobster, Primadona Budidaya

Ikan bobara dan lobster menjadi andalan dalam budidaya ini. Bibit ikan diperoleh dari alam atau dibeli dari desa lain, sementara pakan memanfaatkan sumber daya lokal seperti ikan kecil, tulang pari, dan ikan pari asap yang dicincang.

Bagi nelayan seperti Disman (43 tahun), usaha ini membawa berkah.

“Torang tidak perlu lagi jauh-jauh melaut, tinggal tunggu panen, asal rajin kasih makan saja,” ujarnya. Namun, usaha ini juga memiliki tantangan.

Dinto, salah satu nelayan lainnya, harus menanggung kerugian besar saat kerambanya dihantam gelombang dan angin kencang. “Padahal seminggu lagi so ba panen,” keluhnya.

Desa Maongsongan (Kemenparekraf)

Keuntungan Menjanjikan, Tantangan Tetap Ada

Meskipun penuh risiko, usaha ini memberikan peluang keuntungan yang menggiurkan.

Dengan menebar 800 – 1.800 bibit dalam satu keramba berukuran 4×5 meter, nelayan bisa meraup untung besar.

Harga ikan bobara mencapai Rp 45 ribu per kilogram, sedangkan lobster bisa terjual hingga Rp 350 ribu per kilogram.

Hasil panen biasanya dijual ke pengepul lokal atau langsung ke pengepul besar dari Kota Banggai Laut.

Harapan akan Dukungan Pemerintah

Budidaya Keramba Jaring Tancap kini menjadi denyut nadi ekonomi baru bagi nelayan Monsongan. Selain mengurangi risiko melaut, usaha ini juga menekan biaya operasional.

Namun, ancaman cuaca ekstrem tetap menjadi momok yang bisa mengancam keberlanjutan budidaya.

Para nelayan berharap dukungan dari pemerintah daerah, baik dalam bentuk pendampingan teknis, bantuan infrastruktur, maupun mitigasi risiko cuaca.

Jika dikelola dengan baik, KJT bisa menjadi solusi jangka panjang bagi keberlanjutan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Penulis Muhammad Syukri