‘Fish Bone’ Iqbal hingga Tasrifin yang Mencuri Atensi: Catatan dari Pengukuhan Guru Besar Unhas

  • Whatsapp

PELAKITA.ID – Suasana di lantai dua Rektorat Universitas Hasanuddin pada Selasa, 18 Februari 2025, dipenuhi aura kebahagiaan.

Hari itu, empat guru besar dikukuhkan dalam seremoni yang tidak hanya sarat makna akademik, tetapi juga penuh kehangatan dan kebersamaan.

Rektor Jamaluddin Jompa kerap terlihat tersenyum saat menyimak orasi ilmiah yang disampaikan para guru besar.

Momen itu diwarnai canda, anekdot menarik, dan sesekali kekeliruan kata yang justru mengundang gelak tawa hadirin.

Di antara mereka yang tampil memukau, dua nama yang begitu mencuri perhatian adalah Iqbal Djawad dan Tasrifin Tahara.

Sensei Iqbal yang Memukau

Iqbal Djawad – penulis sering menyapanya Sensei Imba – menampilkan orasi yang kaya wawasan, membahas dimensi dan aspek penting dalam pengembangan budidaya perikanan di Indonesia.

Ia menguraikan konsep fisiologi lingkungan, bioenergetika, serta stresor yang memengaruhi organisme perairan.

Dengan penjelasan yang luas, ia membahas bagaimana fisiologi lingkungan menjadi perangkat penting dalam memahami adaptasi organisme terhadap perubahan lingkungan eksternal.

Ia menyoroti bagaimana faktor-faktor seperti suhu, kelembaban, tekanan, kadar oksigen, dan polusi berdampak pada kehidupan biota perairan, seperti ikan dan udang, bahkan hingga manusia, hewan, dan tumbuhan.

Pendekatan fish bone – yang dibahasakan oleh  Suharman, Ph.D ke penulis – turut Iqbal gunakan untuk memberikan pemahaman sistematis tentang hulu-hilir permasalahan budidaya perikanan. Dengan fish bone itu, orasi Iqbal menjadi contoh baik tentang bagaimana realitas diperiksa, bagaimana isu didedah dan dijadikan fokus bersama untuk segera mengambil tindakan.

Para guru besar pun bahagia (dok: Pelakita.ID)

Iqbal gamang dengan usaha budidaya perikanan kita yang jalan di tempat, dilambung kiri kanan oleh Vietnam hingga Thailand.

Kesimpulannya, keistimewaan Iqbal tidak hanya terletak pada kepakarannya di bidang akuakultur, tetapi juga pada jejaring akademik dan profesionalnya yang luas. Dia bisa membaca banyak hal dengan berinteraksi sesama warga Asean. Menggeledah pengalaman negeri tetangga dan melihat sisi lemah Indonesia di urusan akuakultur.

WPengukuhannya hari itu disaksikan oleh para tokoh penting, mulai dari mantan pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan seperti Dirjen Sudirman Saad, Deputi di Kemenkomarves Safri ‘Aplo’ Burhanuddin, akademisi IPB Prof Dietrich Bengen, hingga aktivis LSM dan rekan-rekan media.

Sosoknya yang dihormati di berbagai tingkatan menunjukkan pengaruhnya dalam dunia perikanan Indonesia.

Tasrifin Tahara: Akademisi dengan Jaringan Luas

Selain dua dokter yang turut dikukuhkan hari itu, perhatian khusus penulis tertuju pada Tasrifin Tahara.

Sosoknya yang relatif muda—angkatan 1994—membuatnya semakin mencolok di antara para guru besar yang dikukuhkan.

Keunggulannya tidak semata terletak pada kapasitas akademiknya, tetapi juga pada jejaring yang luar biasa luas, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Sebagai akademisi di Fisip Unhas, Tasrifin di mata kawan seperjuangannya di Fisip dikenal memiliki perpaduan sempurna antara keunggulan akademik, keterampilan mengajar yang efektif, kontribusi penelitian yang signifikan, serta kepedulian terhadap mahasiswa dan mitra kerjanya.

Tak heran jika ia memiliki hubungan baik dengan Wali Kota Gorontalo, Bupati di Kepulauan Togean, hingga para antropolog dunia. Dalam waktu dekat, ia bahkan akan menjalankan tugas sebagai atase di Timor-Leste.

Rekan-rekannya menggambarkan Tasrifin sebagai sosok yang unik. Ketua IKA Antropologi, Johamran, menegaskan bahwa keistimewaan Tasrifin bukan sekadar karena latar belakangnya sebagai putra Buton dan sukses diterima di Unhas, melainkan karena kemampuannya untuk diterima di berbagai lapisan sosial dan komunitas.

“Ia dikenal sebagai akademisi yang tidak hanya memahami teori, tetapi juga menerapkannya dalam penelitian yang berdampak nyata bagi masyarakat, terutama komunitas pesisir dan pulau-pulau kecil,” puji Jo.

Tasrifin Tahara, duduk kedua dari kanan bersama penulis dan diaspora Buton di Jakarta (dok: Istrimewa)

Kepakaran dan Kontribusi Nyata

Penulis ingin memberikan atensi lebih pada Tasrifin, karena itu penulis menghabiskan waktu hingga dua jam bersama koleganya di Fisip siang itu.

Setelah dia menyampaikan orasi berjudul Kebudayaan dan Kekuasaan: Pemikiran Antropologi Fease 3:0 untuk Masa Depan Kebudayaan di Indonesia, kami sampai pada kesimpulan temuan, sebagai akademisi, Tasrifin memiliki keahlian dalam berbagai bidang penting, seperti politik etnis, agama, konflik dan integrasi, kekuasaan, kebudayaan, serta antropologi maritim.

Dengan dedikasi tinggi, ia terus mengkaji dinamika sosial yang membentuk kehidupan masyarakat Indonesia.

Namanya telah tercatat dalam pengembangan antropologi maritim di Unhas, sejajar dengan peneliti dan akademisi besar rumpun Antropologi, seperti Munsi Lampe dan Edward Paelinggoman.

Dalam berbagai diskusi, ia sering menekankan pentingnya penguatan budaya maritim yang mencakup tradisi, kepercayaan, serta praktik masyarakat pesisir dalam mengelola sumber daya laut.

Baginya, kearifan lokal dalam penangkapan ikan, pembuatan perahu, dan navigasi laut adalah warisan berharga yang harus dilestarikan.

Jejak Akademik dan Dedikasi

Pendidikan tinggi Tasrifin diawali di Universitas Hasanuddin, tempat ia meraih gelar sarjana dan magister. Semangatnya dalam meneliti dan mengembangkan ilmu pengetahuan membawanya melanjutkan studi doktoral di Universitas Indonesia, hingga meraih gelar Doktor Antropologi pada tahun 2010.

Prof Tasrifin yang berbahagia bersama kawan seperjuangan (dok: Istimewa)

Sejak itu, ia aktif mengajar di Departemen Antropologi Unhas, membimbing generasi muda dalam memahami ilmu antropologi.

Selain berkecimpung di dunia akademik, Tasrifin juga aktif di berbagai organisasi profesional, seperti Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI) dan Forum Perguruan Tinggi untuk Pengurangan Risiko Bencana (FPT-PRB).

Ia juga terlibat dalam proyek penelitian strategis, termasuk penyusunan Master Plan Objek Wisata Kabupaten Banggai Laut dan peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banggai Laut.

Melalui penelitian-penelitian ini, ia memberikan wawasan dan rekomendasi berharga untuk pengelolaan wilayah serta pengembangan pariwisata berbasis budaya dan lingkungan.

Dengan keahlian, pengalaman, dan dedikasinya, Tasrifin Tahara terus berkontribusi dalam memahami serta menyelesaikan berbagai tantangan sosial di Indonesia.

Kiprahnya tidak hanya memperkaya dunia akademik, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi masyarakat luas.

Bagi penulis, bagi sosodara, hari itu, pengukuhan empat guru besar di Unhas bukan sekadar seremoni akademik, tetapi juga perayaan atas dedikasi dan kontribusi luar biasa mereka bagi ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.

Penulis: Denun

 

Related posts