Tujuh langkah pengelolaan DANAU TEMPE ala Danny Pomanto (Bagian 2)

  • Whatsapp
Pengurus IKA Unhas Sulsel dan IKA Wajo di atas Rumah Apung Danau Tempe (dok: Pelakita.ID)

DPRD Makassar

“Kita ada ahli vegetasi, sedimentasi, ahli kehutanan, sehingga kita bisa punya data lengkap.”

Ketua IKA Unhas Sulsel, Danny Pomanto tentang pemanfaatan Danau Tempe secara kolaboratif antara IKA Unhas Sulsel dan Wajo.

Read More

PELAKITA.ID – Danau Tempe menjadi destinasi di hari kedua kunjungan ketua IKA Unhas wilayah Sulawesi Selatan Moh Ramdhan ‘Danny’ Pomanto di Wajo, Sabtu, 6/5/2023.

Tidak butuh waktu lama untuk bergerak dari Hotel Sallo di Sengkang untuk menyeberang ke jantung Danau Tempe dengan perahu ketinting.

Terlihat sekurangnya ada 7 unit perahu yang menghantar tetamu termasuk Danny ke rumah apung yang sedang dipromosikan oleh Arwan.

Arwan adalah alumni Perikanan Unhas yang juga sekretaris IKA Unhas Daerah Wajo, periode 2022-2026.  Dia hadir bersama Ketuanya Ir Armayani, M.Si yang juga Sekretaris Daerah Wajo pun sudah bersiap.

“Kunjungan ini selain untuk rekreasi, wisata kuliner, juga untuk mengamati kondisi dan aspek apa saja yang bisa dikembangkan di danau kebanggaan tiga kabupaten ini, Sidrap, Soppeng dan Wajo,” sebut Arwan.

Meski demikian Armayani menyebut sbenarnya bukan hanya ketiga kabupaten itu tetapi juga Sulawesi Selatan secara umum sebab beras yang diproduksi di Wajo, yang ditanam dan diusahakan warga dialiri dari sungai dan danau Tempe.

Perahu melaju. Mengarah ke utara danau, melintasi perumahan warga yang tiang rumahnya terendam air. Beberapa rumah nampak seperti pangkalan pendaratan ikan. Ada coldbox dan jaring.

Di atas perahu nampak Danny dan Maqbul Halim mengenakan life jacket.

Pagi di Danau Tempe (dok: Pelakita.ID)

Rombongan pengurus IKA Unhas yang hadir dalam misi itu di antaranya Harun Ar Rasyid, Hidayah Muhallim, Iqbal Arifin, Ema Husain, Sakka Pati, Ilham, Tarjo.

Sepanjang perjalanan Pelakita.ID mencatat sejumlah warga di atas perahu sepertinya sedang memancing. Ada juga yang sedang menghidupkan mesin perahu, pemandangan nampak artistik pada matahari 45 derajat.

Di beberapa titik nampak sampah melayang, terdapat pula benteng hidup berupa pepohonan yang berbasis.  Pohon yang disebut sebagai tanggul untuk menghindari abrasi.

Beberapa ruas tepi danau juga telah dipasangi pondasi, atau pematang.

Butuh waktu sekitar 10 menit untuk sampai ke rumah apung itu.

“Yang kita lewati tadi itu, alur sungai. Cukup dalam dan airnya seperti melube,” kata Arwan kepada Danny.

Arwan bercerita kalau sebagai alumni Perikanan dia sangat ingin melihat Danau Tempe ini menjadi sumber mata pencaharian nelayan dan warga sekitar melalui usaha perikanan air tawar dan pariwisata.

Danny yang diberi penjelasan menyebut secara umum Danau Tempe ini menggiurkan.

Masjid di tepi Danau Tempe (dok: Pelakita.ID)

“Langsung-mi semangat dan muncul ide-ide pengembangannya,” ucapnya ke Arwan yang duduk di dekat Ketua IKA Unhas Wajo Armayani.

Danny bercerita tentang apa yang disebut evidence-based program atau program berbasis bukti atau data.

Dia menyebut tidak terbantahkan bahwa Wajo maju karena produksi pertanian dan perkebunan. Wajo adalah salah satu produsen terbesar di Sulawesi Selatan bahkan nasional untuk tingkat kabupaten.

“Tapi kita juga menyaksikan kalau sedimentasi juga hebat di sini,” ucap Danny.

Dia membaca sumber daya air ini bisa bermakna dua sisi mata uang, bisa mendatangkan manfaat ekonomi namun bisa menjadi ancaman untuk warga jika meluap.

“Betul pak ketua, belakangan ini jarak jangkau luapan semakin jauh ke permukiman. Sudah semakin jauh dampaknya,” kata Arwan.

Menikmati ikan air tawar Danau Tempe dan sayur Palapa (dok: Pelakita.ID)

Tujuh pilihan

Setidaknya tujuh aspek atau pilihan langkah yang disebutkan Danny Pomanto untuk memaksimalkan manfaat keberadaan Danau Tempe sebagai wahana hidup masyarakat, modal ekonomni dan benteng lingkungan.

Pertama, melakukan identifikasi potensi, riset dan pemanfaatan teknologi mapping untuk melihat batasan, kedalaman, dan kepadatan vegetasi yang ada.

“Perlu simulasi perencanaan,”  katanya.

Menurutnya, dasar danau bisa diukur dengan sateltt. “Kita bsia tahu dengan simulasi kenaikan air, bisa dua meter, tiga meter sampai maksimal,” ucapnya.

Dia menyebut Danau Tempe terhubung dengan iklim global. “Sedimentasi di Danau Tempe ini juga bermakna sebagai subur,” ujarnya.

Dia berharap IKA Unhas Sulsel dan Wajo bisa kerja bareng untuk itu.

“Ada ahli vegetasi, sedimentasi, ahli kehutanan, sehingga kita bisa punya data lengkap,” tambahnya.

“Kita bisa punya dredger, kalau perlu kita pakai yang terapung dan paten,” ucapnya. Termasuk peluang menciptakan pulau di tengah danau.

“Dengan teknologi pemetaan, saya kira kita perlu menyiapkan peta yang berisi data informasi terkait kondisi eksistem Danau Tempe,” ujarnya.

Peta yang dimaksud adalah kondisi eksisting serta dimensi ruang dan waktunya. “Termasuk kita bisa memprediksi sebelum, kini dan potensi ancamannya,” ucapnya.

“Intinya, IKA Unhas Sulsel bersama IKA Unhas Wajo harus memprrioritaskan penelitian atau updating kondisi lingkungan, kebendacanaan dan potensi Danau Tempe,” jelasnya.

Kedua, pengembangan Danau Tempe sebagai lokasi wisata.

Menurutnya dengan melihat bahwa ada banyak turis asing hilir mudik maka ini berarti Danau Tempe menjadi pilihan dan tetap prospektif. “Kita lihat tadi ada banyak turis asing, ini modal,” katanya.

Maksud dia, harusnya bukan hanya datang dan mengambil gambar tetapi juga bisa menikmati kuliner, tersedia tempat nyaman dan bikin betah. “Ini potensi yang luar biasa,” imbuhhnya.

Ketiga, perlu perlindungan ekosistem danau. Perlindungan dalam pengertian pengelolaan untuk usaha ekonomi dan konservasi.

Danny menyebut meski sudah ada upaya antisipasi banjir atau perlindungan danau namun perlu untuk menjaga ekosistem danau sebagai ekosistem produktif.

“Bisa dengan konsep Blue Economy, seperti konsep Gunther Pauli,” ungkapnya.

Pada konsep itu dia menyebut bagaimana memanfaatkan ruang, komoditi, dengan sistem siklus produksi tanpa limbah. “Bahkan menjadi sumber energi,” katanya.

“Jangan sampai ada pencemaran, apalagi saya dengar ada ikan predator atau ikan yang dibawa dari luar dan mengganggu spesies endemi,” ucap dia.

Dia berharap ke depan, danau ini bisa dicegah untuk tidka menjadi muara pencemaran dari aktivitas warga.

Keempat, pengembangan usaha perikanan air tawar. Danny memuji ikan nila yang disantapnya sebagai gurih, taka mis.

“Ini enak sekali, nilanya enak sekali. Saya jarang makan ikan air tawar dan bisa saya habiskan,” pujinya.

Ketua IKA Unhas Wajo yang ada di samping Danny tersenyum. Ikan nila yang diduetkan dengan sayur parapa, jadi santapan nikmat.

Kelima, pengerukan sungai hingga jalur masuk ke danau. Menurut Danny, untuk menjaga Danau Tempe lebih produktif maka perlu upaya normalisasi jalur sungai yang sudah penuh sedimentasi.

Turis asing di Danau Tempe (dok: Pelakita.ID)

“Pengerukan mungkin akan sangat mahal tetapi ini salah satu solusinya,” ucap dia. Maksudnya, bisa jadi nanti titik-titik yang sudah terendap sedimentasi bisa dibuat normal kembali.  “Tidak harus hari ini,” ucapnya.

Keenam, pengelolaan kuliner komoditi asal Danau Tempe seperti ikan nila, ikan mas, hingga sidat. Dia menyebut menjadi tugas IKA Unhas Sulsel dan IKA Unhas Wajo untuk melakukan riset perikanan air tawar di sini.

“Minimal memastikan spesies apa saja yang masih ada, sebab ada saya dengar pengaruh ikan sapu-sapu membuat beberapa spesies terusik dan nyaris hilang,” ucapnya.

Yang ketujuh yang juga disinggung Danny adalah pengorganisasian nelayan atau penerima manfaat Danau Tempe untuik taat aturan atau regulasi terutama untuk usaha budidaya dan perikanan tangkap.

Dia tidak menampik bahwa mengelola nelayan atau pemanfaat bukan hal mudah karena berkaitan dengan berbagai kepenitngan, akses, dan tata kelola pemanfaatan termasuk kewenangan OPD atau level pemerintahan.

“Penggunaan ruang seperti Danau Tempe ini tidak mudah sebab ada aspek ekonomi, keruangan dan tanggung jawab atau kewenangan,” ucapnya.

“Setahu saya ini bukan kewenangan penuh Pemda Wajo, kita perlu koordinasi dan sinergi dengan pihak lebih tinggi seperti Pemerintah Provinsi dan Pusat. Tugas kita di IKA untuk kolaborasi dan inisiasinya,” kuncinya.

 

Penulis: K. Azis

Related posts