Pemerintah cukup efektif dalam mengambil kebijakan. Pertumbuhan sudah di atas 5 persen. – Dr H.M Amir Uskara,M.Kes
____
PELAKITA.ID – Forum Dosen Makassar menggelar diskusi akhir tahun dengan tema ‘Economy and Politic Outlook’: Evaluasi dan proyeksi optimis dan pesimis tahun 2022 menuju 2023.
Sejumlah narasumber hadir. Mereka adalah Dr Syarkawi Rauf, akademiis FEB Unhas, Dr Marzuki DEA (FEB Unhas), Dr Ilham Hanafie, Dr H.M Amir Uskara, M.Kes (anggota DPR-RI), Dr MulyadiOpu Andi La Tadampali (Fisip UI), sebagai moderator adalah Dr Adi Suryadi Culla, yang juga koordinator Forum Dosen Makassar.
Menurut Adi, bahasan mengenai ekonomi dan politik ini didasari pandangan bahwa tahun 2022 segera tutup, dan 2023 menjadi lembaran berikutnya.
“Terkait berbagai dinamika global dan domestik yang saling berkelindan, khususnya pada isu ekonomi politik, mencuat respon optimis dan pesimis, ini yang perlu kita bahas,” sebut DrAdi.
Paparan Aura
Anggota DPR-RI asal Sulsel dari PPP, Amir Uskara atau biasa disapa Aura ikut memberikan pandangannya.
Dia menyorot kemampuan bangsa menghadapi pandemic Covid-19 dimana harga komoditi melonjak dan ternyata telah menguntungkan Indonesia. Selain itu dia juga menyinggung aasumsi ekonomi makro dan target perolehan negara.
Penelusuran Pelakita.ID, Pemerintah, Bank Indonesia dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyepakati asumsi dasar ekonomi makro dan target-target pembangunan rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022.
Angka pertumbuhan ekonomi mengalami perubahan. Asumsi pertumbuhan ekonomi tahun 2022 ditetapkan di kisaran 5,2 persen hingga 5,5 persen.
Sasaran ini lebih besar dari target yang dibacakan Presiden Joko Widodo dalam pidato nota keuangan pada 16 Agustus 2021 dalam sidang bersama. Saat itu, Presiden menargetkan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5-5,5 persen.
Aura menyebutkan, pemerintah menurunkan target investasi pada 2023 hingga Rp500 triliun. Pemerintah dan DPR RI mematok target realisasi investasi pada 2023 di rentang Rp1.250 triliun—1.400 triliun.
“Pertumbuhan ekonomi mengalami perubahan. Asumsi pertumbuhan ekonomi tahun 2022 ditetapkan di kisaran 5,2 persen,” ucapnya. Dia juga menyebut prospek ekonomi Indonesia di 2023 cukup cerah, “Terkait surplus, penerimaan kita 2022,” imbuhnya.
Beberapa referensi menunjukkan Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) 2022 sampai bulan Juli masih mencatatkan surplus.
Hingga awal semester II-2022, tercatat APBN surplus hingga Rp106,1 triliun atau 0,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Politis PPP itu menyampaikan, untuk regulasi, sudah ada 2 UU yang terkait pajak, dengan tujuan mendorong supaya penerimaan bisa dimaksimalkan.
“Kondisi fiskal 2022 yang saya kira secara spefiik, dimana Menteri Sri Mulyani menyebut surplus maksimal. Namun, apakah ini memang penerimaan naik atau belanja yang banyak dipangkas,” kata Amir.
Tahun politik di 2023
Dia juga menyinggung tahun 2023 yang akan menjadi tahun politik.
”Pergerakan politik akan masif, lebih kencang dari sebelumnya. Pergerakan partai poliitik, calon legislatif dimana di 2023 akan berpengearuh ke pertumbuhan dan inflasi,” lanjutnya.
“Meski demikian secara regional dan global, kita masih bagus dibanding negeara-negara lain,” ujar dia.
Dia juga menilai Pemerintah RI cukup efektif dalam mengambil kebijakan. “Pertumbuhan sudah di atas 5 persen. Inilah hasil kerja kita,” ungkap Aura.
Meski dia optimisi di 2023, namun Amir Uskara mengingatkan perlunya kehati-hatian semisal jika Eropa menahan atau mengurangi eskpor komoditi dari Indonesia.
“Kita berdoa semoga kondisi kita tetap terjaga dan subsidi langsung bisa dibenahi,” ucapnya. Menurutnya selama ini subsidi masih menjadi sorotan karena jatuhnya bukan ke masyakarat.
“Kita anggap subsidi salah arah, kalau bisa diperbaiki saya yakin kita berjaya dan bisa menekan inflasi,” pungkasnya.
Editor: K. Azis