Webinar IKAFE Unhas: Resesi depan mata,  Dr Anas Iswanto sarankan 7 langkah antisipasi

  • Whatsapp

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Senjata perang Rusia dan Ukraina terus menyalak. dunia mengalami keguncangan dan ketidakpastian. sosial, ekonomi, politik. Masih di benua Eropa, Inggris mulai nelangsa dilanda resesi. Eropa goyah.

Masa depan dunia kian samar, potensi merebaknya resesi sangat besar. The emerging market seperti Indonesia waswas. “Daya beli turun, perusahaan rentan bangkrut, potensi pemutusan hubungana kerja atau PHK besar, pengangguran meningkat, kesejahteraan menurun, penerimaan negara turun.  Itu adalah tanda-tanda resesi,” terang Dr Anas Iswanto.

Wakil Dekan 3 FEB Unhas itu menyampaikan dimensi resensi saat menjadi salah satu pembicara pada webinar yang dibuka resmi oleh Dekan FEB Unhas, Prof Abdul Rahman Kadir, 18/10/2022.

Read More

Bersama Anas hadir pula Prof Marsuki, dan Dr Syarkawi Rauf sebagai pembicara pada webinar bertema Resesi Global 2023 dan Dampaknya bagi Perekonomian Dunia Usaha.

Acara yang berlangsung daring ini digelar sebagai rangkaian 74 tahun Dies Natalis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas berkasama IKA Unhas dan IKAFE Unhas.

Menurut Anas, resesi yang saat ini mengancam dunia adalah suatu keadaan atau kondisi dimana perekonomian suatu negara sedang memburuk.

“Resesi terlihat dari Produk Domestik Bruto atau PDB) yang negatif, pengangguran meningkat, maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut,” jelasnya.

Menurutnya, ancaman resesi ekonomi secara global semakin nyata di depan mata. Ini disebabkan kenaikan suku bunga acuan secara agresif yang dilakukan bank sentral berbagai negara untuk meredam laju inflasi.

“Ancaman resesi ekonomi yang terjadi sekarang berasal dari inflasi akibat kenaikan harga energi dan komoditas yang semakin tinggi. Terkini, inflasi di Inggris telah mencapai 9,9 persen per Agustus 2022, sedangkan Amerika Serikat berada di level 8,3 persen,” paparnya di depan tidak kurang 250 peserta webinar.

“ini gambaran krisis global yang diperpanjang oleh tensi geopolitik, seperti Rusia Ukraina itu,” imbuhnya.

Berdasarkan penelaahannya, pertumbuhan PDB Indonesia diestimasi sekitar 4,75-4,95 persen year on year di triwulan-I 2022.

“Kami berpandangan PDB berpotensi kembali ke kisaran pra-pandemi dengan tingkat pertumbuhan PDB sebesar 4,90% – 5,10 persen  year on year untuk 2022,” ucapnya.

“Walaupun dampak langsung melalui jalur perdangangan dan finansial terhadap Rusia dan Ukraina relatif rendah, dampak tidak langsung melalui peningkatan harga komoditas dan ketidakpastian global berdampak substansial terhadap Indonesia,” lanjutnya.

“Peningkatan harga komoditas, terutama energi, mendorong dampak positif terhadap Indonesia. Sebagai produsen utama batubara dan CPO, Indonesia menikmati surplus perdagangan sebesar USD9,33 miliar di Triwulan-I 2022,” sebutnya.

“Peningkatan harga memberikan ancaman inflasi pada perekonomian domestik. Walaupun belum termaterialisasi pada indeks harga konsumen (angka terakhir 2,64 persen year on year, indeks harga produsen tercatat tumbuh 8,77 persen year on year mengindikasikan adantya tekanan inflasi yang belum diteruskan oleh produsen,” lanjutnya.

Dia menyebut peningkatan harga energi juga memberikan tekanan pada sisi fiskal.

“Estimasi kami mengindikasikan naiknya harga energi akan meningkatkan belanja subsisi dari IDR207 triliun ke IDR314,4 triliun di 2022 sementara pningkatan harga energi juga akan menurunkan ruang fiskal dari sekitar 15 persen ke 11,9 persen,” ucap Anas.

“Dengan adanya potensi peningkatan beban fiskal dan mandat defisit di bawah 3 persen,” imbuhnya lagi.

Anas menyebut perlu reformasi, skema subsidi dari subsidi produk ke subsidi target penduduk sangat dibutuhkan.

“Meningkatnya tekanan inflasi selama 2022 juga membutuhkan koordinasi yang lebih solid antara BI dan Kemenkeu untuk menjaga ekspektasi inflasi agar tidak mengarah ke inflasi yang  overheating,” jelasnya.

Antisipasi

Pada webinar tersebut, Anas menyampaikan tujuh saran.  Pertama, siapkan diri jika ada PHK. kedua, pelajari keahlian baru, ketiga, jeli terhadap pengeluasn, keempat kelola investasi dengan bijak, kelima cari pendapatan tambahan.

“Keenam optimalkan belanja pemerintah, keenam bantu pelaku UMKM dan tujuh, pemerinath disarankan untuk  tempatkan dana di perbankan,” tambah Anas.

Dia mengingatkan bahwa terlalu agresif mendorong kebijakan yang memudahkan investasi dapat berdampak ke resesi. Lalu ada pengetatan kebijakan, ada kebijakan moneter, ada kebijakan atau fiscal policy dan monetary policy.

“Kedua kebjakan ini berbeda sinyal, contoh misalnya ketika ditairk subsisdi dan dialihkan ke BLT, dampaknya katakanlah kitab isa sukses di bidang fisckl dengan uang beredar tetapi kita bermasalah di monter dan pasti, kita akan siap masuk ke inflasi,” ujarnya.

Dr Anas menyebutkan bagamana perlunya sebuah koordinasi kebjakan agar bisa berjalan dengan baik. “Koindisi saat ini bisa saja baik-baik saja, tetapi besok bisa berubah denga kondisi ekonomi global yang beruabh, dan inilah yang menunjukkan ketidakmandirian ekonomi kita, Amerika batuk, kita bisa batuk darah,” ucapnya.

Meski demikian, di akhir paparannya, Anas menuliskan Indonesia telah mencapai kondisi normal pre-pandemi seiring angka PDB yang tercatat mencapai level baseline yang tumbuh di kisaran 5 persen selama dua triwulan secara berurutan. “Tanda resesi yang masih jauh dari pandangan,” pungkasnya.

 

Editor: K. Azis

Related posts