Kolom Yarifai Mappeaty: Melaporkan gratifikasi pun, ANIES dapat fitnah

  • Whatsapp
Anies Baswedan - enciety.co

DPRD Makassar

“Tidak banyak yang tahu bahwa untuk membentengi dirinya dari jebakan permainan suap dan gratifikasi, Anies menciptakan sebuah mekanisme pencegahan.”

PELAKITA.ID – Di negeri ini saat ini, siapa pemimpin yang tak mempan disuap tak ciut digertak? Demi terwujudnya kesejahteraan rakyat, semoga saja banyak bupati/walikota, gubernur, dan pejabat negara  seperti itu.  Namun sejauh ini, baru ada satu satu nama layak disebut  Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta.

Beberapa hari lalu, Anies diketahui melaporkan semua bentuk gratifikasi yang terjadi dalam lingkup Pemprov DKI Jakarta. Tidak main-main, Anies menyampaikan 300 laporan gratifikasi kepada KPK yang jumlahnya mencapai 23 milyar rupiah, terjadi hingga tahun kelima masa jabatannya.

Tetapi di media sosial, berita pelaporan itu diplintir sedemikian sehingga Anies terkesan menerima gratifikasi.

Mereka membangun narasi bahwa Anies seolah-olah tahu kalau KPK telah mengendusnya, sehingga ia buru-buru melaporkannya agar tidak ditangkap. Bayangkan, betapa jahatnya mereka menyebar fitnah terhadap Anies.

Read More

Siapa mereka sampai mau melakukan hal sejahat itu? Mereka adalah musuh seluruh rakyat Indonesia yang tak menginginkan bangsa ini memiliki pemimpin terbaik. Mereka adalah antek-antek oligarki yang rela memperbudak dirinya demi fulus untuk kenikmatan hidup dirinya dan keluarganya semata.

Pokoknya, citra dan reputasi Anies harus dihancurkan agar rakyat tak memilihnya pada Pilpres 2024. Apapun caranya, Anies harus dijegal, sebab tuan-tuan mereka – kaum oligarki penguasa ekonomi negeri ini – tak menghendaki Anies menjadi presiden.

Mengapa? Sebab Anies tidak bisa diajak berkolusi. Disuap saja tidak mempan, apa lagi hanya digertak. Sebagai contoh, masih ingat mega proyek reklamasi pantai Teluk Jakarta? Di sana, meski digertak oleh seorang sekaliber Luhut Binsar Panjaitan, Anies tetap saja bergeming dan tak ragu sedikitpun untuk menghentikannya.

Buntutnya, Anies kemudian difitnah menerima gratifikasi dari pengembang reklamasi. Masih segar dalam ingatan kita, bagaimana Anies diberitakan menerima gratifikasi berupa rumah mewah pada 2021.

Tentu saja, selain karena dendam, fitnah itu bertujuan untuk menghadang Anies agar tidak maju sebagai capres.

Lucunya, foto rumah mewah yang disebar secara masif itu, disebutkan berlokasi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Namun, setelah ditelusuri oleh Drone Emprit, lokasi rumah mewah itu ternyata berada di Cipayung, Jakarta Timur. Kejahatan mereka memfitnah Anies pun terungkap.

Hebatnya, meski penyebar fitnah itu pada akhirnya ketahuan, namun Anies tak tergerak sedikit pun untuk mengambil langkah hukum. Ia hanya berusaha tabah sembari mendo’akan yang bersangkutan agar menyadari kejahatannya dan bertobat.

Tidak banyak yang tahu bahwa untuk membentengi dirinya dari jebakan permainan suap dan gratifikasi, Anies menciptakan sebuah mekanisme pencegahan.

Pejabat yang menerima gratifikasi mengisi form pelaporan lalu disampaikan kepada tim khusus untuk disimpan. Form pelaporan itulah yang kemudian dikumpulkan oleh Anies untuk dilaporkan kepada KPK. Begitulah duduk persoalan pelaporan gratifikasi yang dilakukan Anies.

Tidak hanya itu, dalam TGUPP Provinsi DKI Jakarta, terdapat organ yang disebut Komite Pencegahan Korupsi DKI (KPK – DKI). Di dalamnya terdapat Bambang Widjojanto dan Adnan Pandu Praja, dua orang mantan pimpinan KPK. Ada Oegroseno – mantan Wakapolri, Nursyahbani Katjasungkana – pendiri Kontras,  serta Tatak Ujiyati dari Indonesian Institute of Political Strategy.

Kendati begitu, Anies tak juga berhenti diobok-obok. Seluruh proyek di Pemprov DKI Jakarta di ubek-ubek dan dikutui, demi menemukan petunjuk dan bukti Anies melakukan korupsi, menerima suap dan atau gratifikasi. Yang paling mutakhir adalah LHKPN 2021 yang dirilis KPK.

Namun, mereka tentu kecewa karena harta Anies hanya bertambah 40 juta rupiah.  Bandingkan dengan Ganjar Pranowo yang tak pernah diusik, hartanya bertambah 1,2 milIar. Tetapi kita harus tetap berprasangka baik, sebab mungkin memang Ganjar Pranowo punya bisnis pribadi. Atau anggap saja Ganjar lebih pandai cari duit dari pada Anies.

Ah, Anies, nasibmu. Benar saja kamu digituin, bagaimana jika sampai terpeleset, sedikit saja, mereka semua so pasti pada tepuk tangan. Maka, berhati-hatilah.

 

Makassar, 8 Mei 2022

Yarifai Mappeaty, pemerhati sosial politik

Related posts