PELAKITA.ID – Sekelompok kaum muda yang menjadi bagian dalam aksi demonstrasi di Kota Makassar dalam bulan Septermber 2019 menyadari betapa perlunya kesiapsiagaan dan penanganan bencana.
Mereka pun berinisiatif untuk menyiapkan diri, komunitas atau kelompok untuk mampu menjadi ‘rescuer’ atau paramedis. “Paramedis jalanan. Begitu kira-kira penamaannya,” kata Muhammad Walhisandi, mahasiswa Ilmu Kelautan Unhas yang mengaku bergabung dalam Paramedis Jalanan Makassar.
“Saat demonstrasi berujung kerusuhan itu, paramedis sebagai alternatif dari palang merah untuk mengawal demonstran pada saat aksi. Tetapi paramedis juga punya program solidaritas saling membantu, paramedis jalanan juga sudah ada di beberapa kota. Organisasi ini bergerak secara otonom di setiap kota,” kata Walhisandi kepada Pelakita.ID, 31 Juli 2020.
Paramedis jalanan untuk Lutra
Walhisandi dan kawan-kawannya, dengan pengalaman itu, ikut berinisiatif pula untuk berkontribusi dalam pemulihan bencana banjir bandang hebat di Luwu Utara beberapa waktu lalu melalui gagasan pembangunan greenhouse.
Untuk kegiatan pemulihan di Luwu Utara yang mereka sebut sebagai kerjasama Solidaritas Rumah Hijau Masamba dengan tujuan membangun green house/rumah tanam sekaligus memberikan pembelajaran kepada masyarakat pasca bencana alam.
“Harapannya dapat memulihkan kembali komoditas pangan secara langsung khususnya sayuran, dan pembangunan rumah tanam dengan sistem hidroponik. Ini memungkinkan untuk wilayah pasca bencana alam,” ucapnya.
“Karena setelah lahan pertanian dan perkebunan rusak, maka harus dipulihkan kembali dengan alternatif metode dan media tanam lain,” imbuhnya.
Pelaksana kegiatan ini menurutnya adalah Paramedis Jalanan Makassar dan relawan yang telah terhubung atau punya solidaritas.
“Untuk pembukaan donasi sampa 1 bulan ke depan,” kata Walhisandi yang mengaku akan tinggal di lokasi program selama 2 hingga 3 bulan untuk bisa bersama membangun dan bejalar bersama kelompok tani di Masamba.
Untuk jangka panjang, pihaknya telah menyiapkan rencana kerja untuk rumah tanam skala besar.
“Tapi kami juga untuk waktu dekat ini butuh dana untuk bangun rumah tanam dalam skala kecil. Untuk bisa suplai menyuplai dapur umum yang dibangun oleh beberapa posko,” tambahnya.
Ini dilakukan demi mempertimbangkan bahwa sekitar 1-2 bulan donasi yang mengalir ke Masamba akan menipis dan stok pangan untuk suplai ke masyarakat akan kurang.
“Jadi itu salah satu tujuannya tim ini adalah untuk bisa menyuplai kebutuhan pangan pasca bencana. Untuk sekarang baru bisa memulai pembibitan, belum bisa membangun instalasi karena kekurangan dana,” jelas Walhisandi.
Dia juga menyampaikan bahwa untuk proses panen sekitar 18 hari. “Untuk lokasi sudah dapat 3 titik lahan kosong yang sudah dikoordinasikan dengan teman di lokasi bencana sebagai masyarakat lokal di sana,” tambahnya.
“Ada 1 titik di depan kantor Camat Baebunta, 1 titik di kelapa gading Kecamatan Radda dan 1 titik akan dibuat instalasi skala kecil di wilayah pengungsian,” lanjutnya.
‘Apa yang digagas ini sebagai alternatif jangka panjang, dan untuk pangan alternatif. Semoga semakin banyak pihak yang ikut mendukung kegiatan ini,” ttup Walhisandi.
Kontributor: M. Rizki Latjindung