PELAKITA.ID – Pusat Penelitian Perubahan Iklim Universitas Hasanuddin atas dukungan organisasi Hanns Seidel Stiftung dan Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim KLHK menggelar Focus Group Discussion Rehabilitasi Kawasan Pesisir sebagai Upaya Adaptasi terhadap Dampak Negatif Perubahan Iklim.
Acara berlangsung di Makassar, dari hari Senin hingga Selasa, 20 dan 21 Mei 2024.
Ketua Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Unhas, Prof Nasrum Massi atas nama Rektor Universitas Hasanuddin Prof Jamaluddin Jompa hadir memberikan sambutan.
Nasrum memberikan apresiasi atas kegiatan yang dianggapnya sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat terutama di kawasan pesisir dan pulau-pulau yang saat ini dalam tekanan, baik dari sisi antropogenik maupun kapasitas para pihak yang masih lemah dalam mengantisipasi ancaman perubahan iklim.
Kepada mitra dan peserta dia menyampaikan harapan.
“Semoga ada kerjasama dengan Unhas terutama Puslit Perubahan Iklim terkait fasilitasi adaptasi dan pengutana masyarakat yang bisa saja terdampak perubahan iklim,” kata Nasrum.
Dia juga mengapresiasi beragamnya peserta yang terdiri dari perwakilan kampus, berbagai perguruan tinggi, media, LSM, praktisi, swasta, dan perwakilan pemerintah daerah.
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini berisi pemaparan Kebijakan Adaptasi Perubahan Iklim di Indonesia, perannya dalam pencapaian target nasional NDC Indonesia, dan Identifikasi Kebutuhan lokal yang disampaikan oleh Irawan Asaad, ST., MSc., Ph.D yang merupakan Direktur Adaptasi Perubahan Iklim KLHK.
Selain itu, pemaparan berjudul Memahami Upaya Adaptasi Nelayan di Pulau- pulau Kecil: Sebuah Hasil Kajian dari Kawasan Spermonde dengan Nara sumber: Prof. Nita Rukminasari, Ph.D dari Puslit Perubahan Iklim Universitas Hasanuddin.
Nita adalah dosen pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas yang berpengalaman dalam penelitian, penjajakan dan pelaksanaan program penguatan kapasitas sosial ekonomi masyarakat pesisir dan berkaitan dengan resiliensi perubahan iklim.
Selain itu dipaparkan pula Strategi Adaptasi Perubahan Iklim yang Berhasil: Contoh Kasus di Wilayah Sulawesi.
Nara sumbernya adalah Tim Layanan Kehutanan Masyarakat yang membagikan pengalaman penguatan kelompok peduli perubahan iklim di Kabupaten Pinrang pada lima desa pesisir sejak tahun 2021.
Setelah itu dilanjutkan dengan penjelasan Potensi dan Tantangan terhadap Upaya Rehabilitasi di Wilayah Pesisir dengan narasumber Ir. Rijal M. Idrus, MSc., PhD, Kepala Pusat Penelitian Perubahan Iklim Unhas.
Sesi itu dilengkapi dengan paparan pengalaman Blue Forests dalam pelaksanaan program berbasis masyarakat dengan orientasi pada penguatan daya tahan dan adaptasi terhadap perubahan iklim dengan menjadikan mangrove sebagai basis tindakan.
Pemaham DAS hingga System Thinking
Paparan Blue Forests oleh Rio Fattah yang menggambarkan realitas kawasan mangrove di sejumlah titik di Sulsel, hingga penggambaran perubahan tutupan mangrove dari waktu ke waktu karena intervensi pengelolaan di Kabupaten Maros.
Pada malam hari dilanjutkan pemaparan berjudul Memahami Sistem Kompleks: Sebuah Pendekatan untuk Mengatasi Tantangan Iklim di Kawasan Pesisir yang dibawakan oleh Kepala Laboratorium Daerah Aliran Sungai Fakultas Kehutanan Unhas, Andang Suryana Soma, S.Hut., MP., Ph.D.
Sesi ini sangat menarik karena membahas realitas dan tantangan pengelolaan DAS berikut pelibatan para pihak dari hulu ke hilir. Dibahas pula dimensi banjir bandang Sulawesi Selatan dan kerentanan DAS.
Disusul sesi mendiskusikan Simulasi Skenario Masa Depan dengan bantuan Dinamika Sistem: Pembelajaran dari Proses KLHS yang dibawakan oleh Sri Hidayat, SSi., MSi., MSP.
Sri Hidayat menjelaskan pentingnya pendekatan ‘system thnking‘ dalam melihat persoalan atau isu yang ada seperti perubahan iklim ini.
Pada hari kedua, 21 Mei 2024 peserta melakukan observasi, wawancara dengan warga Untia dan melakukan penanaman mangrove.
Kegiatan Lapangan Penanaman Mangrove di daerah Untia ini dipimpin oleh Benny Ahadian, S.Hut., MSc. Kepala Balai PPI, Sudiang Makassar.
Setelah itu peserta kembali ke hotel dan mengikuti paparan atau fasilitasi terkait bagaimana mengidentifikasi pusaran umpan balik bersama nara sumber: Dr. Ir. Darhamsyah, M.Sc yang dilanjutkan pembacaan kesimpulan workshop oleh Prof. Dr. Amran Saru.
Berikut ini adalah video umpan balik peserta terkait pelaksanaan FGD
Tentang Hanns Seidel Foundation
Perwakilan Hanns Seidel Foundation Nila Puspita atas nama Julia Berger (Country Representative Indonesia).
Nila menyampaikan terima kasih atas dukungan Universitas Hasanuddin melalui Puslit Perubahan Iklim, dan unit kerja KLHK yang menginisiasi acara ini.
Nila menyebut Hanns Seidel Foundation merupakan organisasi nirlaba non pemerintah yang berdiri sejak tahun 1967.
“Adalah nama seorang perdana Menteri, Negara Bavaria, pada 1968 sebagai ketua partai CSU. Hanns Seidel mendoorng nilai-nilai kemanusiaan, pendidikan, seperti workshop semnar publikasi, training dan sejenisnya,” terang Nila.
Hanns Seidel menurut Nila hadir di 54 negara dengan kegiatan berbeda, di setiap negara tergantung di negeri setempat. Di Indonesia, salah satunye kerjasama KLHK untuk menguatkan kapasitas para pihak, perubahan iklim dan sesuai target NDF yang telah memasuki tahun kedua.
Dia menyebut saat ini sedang berlangsung Bimbingan Teknik terkait adaptasi perubahan iklim.
“Bimtek adaptasi per provinisi seperti Kalsel, di Suisel ada Pangkep, Sumsel dan Bali. Inventarisasi gas rumah kaca di Kalteng, Jawa Bali dan Nusa Tenggara. Pelatihan Humas, termasuk menggagas KKN Tematik di Universitas Lancang Kuning dan Unhas,” kuncinya.
Penulis: Denun