CATATAN DENUN: Mengenang Spirit Entrepreneurship Prof Burhamzah

  • Whatsapp

DPRD Makassar

Gagasan yang diperjuangkannya bukan hanya menumbuhkan daya saing usaha kecil dan menengah rakyat tetapi juga mendorong terbukanya lapangan pekerjaan serta lahirnya spirit entrepreneurship yang kuat.

 

Read More

MAKASSAR, PELAKITA.ID – Tanggal 19 Januari 2010 atau sekitar pukul 22.30 wita, satu lagi sesepuh Sulsel yang juga ekonom kebanggaan Universitas Hasanuddin, Prof Dr H Burhamzah, MBA berpulang ke rahmatullah.

Burhamzah, adalah tokoh kelahiran Watampone pada tanggal 14 November 1934.

Masih sangat segar di ingatan pada hari minggu tanggal 17 Januari 2010, dosen kami, Dr Rakhman Laba bercerita tentang pengalaman Prof Bur, bersama Perusahaan Modal Ventura Daerah (PMVD) dan kiprahnya terkait pengembangan usaha kecil dan menengah di Sulawesi Selatan yang berdiri pada 15 tahun lalu.

Burhamzah selain sebagai guru besar ekonomi Unhas, adalah juga figur penting pada tumbuh kembangnya perusahaan besar dan top di Makassar.

Sosok dan kontribusi beliau melekat kuat pada sukses Perusahaan Sarana Ventura di Sulsel. Satu perusahaan konsultatif bagi berkembangnya usaha kecil dan menengah.

PMVD sejak berdirinya, menawarkan asistensi pada ekonomi produktif di pedesaan dan perkotaan serta menginkubasi kegiatan produktif dalam skala kecil melalui peningkatan kapasitas produksi dan manajemen agar berkembang dan dipercaya oleh bank dan lembaga keuangan lainnya.

Saya ingat tahun 1996, saat itu sekitar satu minggu setelah lebaran idul fitri bersama Sufri Laude, Nina Bashira, Andi Nurjaya dan beberapa sahabat di Lembaga Pengkajian Pedesaan Pantai dan Masyarakat (LP3M) Makassar berkunjung ke rumah beliau di Bara Baraya.

Bersama Dr Marwah Daud Ibrahim, Prof Bur adalah salah seorang kontributor, konseptor dan pendiri LSM kami yang berdiri pada tahun 1986. Saat tandang itu, saya baru beberapa bulan bergabung dengan LP3M Makassar.

Pada pertemuan itu, kami mendengarkan pengalamannya dalam pengembangan usaha kecil pada sektor perikanan, membahas peran papalele patron clent, dan berbagai tantangan pendekatan pengembangan ekonomi lokal.

Saya bahkan bertanya, “Prof, benarkah uang beredar di tanah Jawa 80 persen? dan selebihnya yang 20 persen tersebar dari Papua hingga Aceh?”.

Prof tertawa dan mengiyakan, lalu kemudian bilang, “Tentang itu bisa jadi lebih besar. perkembangan ekonomi negara kita memang mengenaskan, semua tersedot ke Jawa, tepatnya Jakarta,”.

Hasil bumi, barang mentah dikirim ke Jawa sehingga wajar jika rupiah mengalir ke sana.

Pembaca sekalian, pemikiran seperti ini yang layak dipuja oleh para penggiat LSM, dipuja untuk kemudian mencari perimbangannya, bukan?

Pertemuan kedua, sebenarnya bukan pertemuan tapi saat saya menghadiri kuliah umum (atau semacam diskusi ekonomi) di Malino pada bulan Pebruari 2009.

Saat itu, Prof Bur dipanel bersama Drs Alwy Rahman serta dipandu oleh Prof Idrus Taba. Saya tidak ingat persis pointer yang disorot oleh Prof Bur, perhatian saya tersita oleh penjelasan pak Alwi tentang esensi “benar dan baik”. Baik belum tentu benar, benar pasti baik.

Saat itu, Prof Bur terlihat sudah tidak fit lagi. Namun demikian, kehadirannya di Malino yang ditemani oleh anaknya Pak Sobarsyah memberi kesan bahwa beliau sangat peduli pada almamater kebanggaannya.

Walau hanya dua kali bersitatap langsung, saya membaca visi pengembangan ekonomi regional yang kuat dari seorang Prof Burhamzah.

Gagasan yang diperjuangkannya bukan hanya menumbuhkan daya saing usaha kecil dan menengah rakyat tetapi juga mendorong terbukanya lapangan pekerjaan serta lahirnya spirit entrepreneurship yang kuat, yang berawal dari keunggulan lokal.

Prof Burhamzah layak dikagumi dan dicintai. Beliau adalah ekonom handal dan pro rakyat kecil.

Dia sangat kritis pada dominasi negara atau korporat skala besar yang menerabas kepentingan usaha kecil. Pernah suatu ketika Beliau menyebut bahwa konstitusi atau negara belum sepenuhnya berpihak pada pengembangan ekonomi skala kecil.

Publik Sulsel mungkin banyak yang belum tahu kalau Prof Burhamzah saat menjabat Direktur Utama BPD Sulsel kerap berbeda pandangan dengan Gubernur Ahmad Amiruddin.

Data diri

Nama: Prof Dr Burhamzah MBA
Lahir: Watampone, 14 November 1934
Jabatan: Guru Besar Unhas sejak 1 Agustus 1982
Pendidikan :
* S1 di Universitas Indonesia (UI), 1962
* S2 di University if Philipines, 1975
Karier:
* Dosen Universitas Hasanuddin
* Dirut BPD Sulsel
* Komisaris Utama PT Pelindo IV

Dua posisi penting Prof Burhamzah adalah  Direktur Utama (Dirut) Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sulsel yang kini menjadi Bank Sulsel dan pernah menjadi Komisaris Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV Makassar.

Burhamzah dikenal sebagai sosok yang tegas dan disiplin namun juga humanis. Burhamzah mudah juga dikenal sebagai aktivis mahasiswa yang kritis dan keras dalam melawan sejumlah kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat.

Burhamzah adalah ayah Oky Deviana yang saat ini tercatat sebagai dosen di Fakultas Hukum Unhas dan sudah melalui jenjang pendidikan doktor (S3).

 

Denun

Sungguminasa, 20/01/2010

 

Related posts