Semua nampak antusias terutama Mulawarman, setidaknya kalau melihat betapa instens-nya dia berbagi foto-foto karangan bunga.
PELAKITA.ID – Saya ke JK Arenatorium pukul 10.30 Wita dari Tamarunang Gowa bersama istri. Pertanyaan pertama istri adalah, “dilantik-jakikah?” “Kita berangkat saja,” kataku.
Hingga saat itu, tidak ada Whatsapp, tidak ada undangan, sementara yang lain sudah sebar foto-foto , mengenakan jaket dan berbagi di media sosial. “Saya ada undangan,” kata dr Mappatoba, stah ahli Gubernur Sulsel saat saya bertemu dengannya sehari sebelum pelantikan di Kantor Gubernur Sulsel.
Saya tetap berangkat, mengenakan kemeja warna biru gelap laut dalam sementara di grup Whatsapp alumni Unhas sudah banyak foto bertebaran di lokasi accara pelantikan, mengenakan kemeja putih.
Mengapa biru laut dalam sebab kalau ditanya, alasan saya karena suka warna biru dan mewakili entitas Kelautan yang selalu sepenuh hati mencinta untuk Unhas (sasah!).
Kembali ke lokasi pelantikan. Tautoto Tanaranggina, senior di IKA Smansa Makassar menyalami saat dia masuk ke gerbang JK Arenatorium.
Tiba-tiba sempat ciut nyali. “Kenapa yang lain semuanya berkemeja putih? Apakah mereka sudah diinformasikan sebelumnya? Oleh siapa?, Masa’ saya….”
Namun, pede terangkat sedikit saat menlihat seorang kawan datang dengan kemeja kotak abu-abu Ternyata di dalam ruangan ada banyak yang mengenakan kemeja dan warna berbeda.
Di meja tempat saya makan, sepertinya hanya saya dan kawan itu yang berbeda. Ada Rahman Pina, Ady Ansar, M. Irfam AB, Marwan Hussein dan Mulawarman. Mereka berkemeja putih.
Semua nampak antusias terutama Mulawarman, setidaknya kalau melihat betapa instens-nya dia berbagi foto-foto karangan bunga.
Kami duduk berbincang beberapa hal tentang sokko Mandoti dan dangke sajian Rahman Pina di acara itu hingga apa yang telah dilakukan PT Vale sejauh ini.
Saya sesekali berdiri merekam alumni-aliumni Unhas yang bersukacita datang ke JK Arenatorium itu – seperti Gego Sallatu dan penampilan band-nya itu – lalu saya teringat beberapa minggu lalu saya mendapat kontak dari ‘calon pejabat teras’ IKA Unhas.
Saya senang sejak sekali dengan telpon itu sebab dia menanyakan nama lengkap sahabat saya di SMA Negeri I Makassar yang kerja di bank dan merupakan lulusan Agrokompleks.
“Sahabat saya masuk pengurus, masa’ saya tidak?” Begitu pandangan saya hingga betul-betul yakin ke Tamalanrea pelantikan. Nama saya ada di barisan 600-an pengurus IKA Unhas dengan konsekuensi bukan ‘pengurus inti’ dan akan dapat jaket belakangan. Lega.
Dengan realitas itu, tidak ada yang berkurang atau mendegradasi sikap dan cinta saya untuk IKA Unhas.
Ada banyak kawan, senior atau yang selama ini telah berbuat banyak untuk IKA Unhas yang harus diberi kesempatan kedua atau diberi ruang maksimum membantu Ketua IKA Unhas Dr H. Andi Amran Sulaiman.
Senang membaca nama-nama seperti Kak Cido, Petta Cambang, Jaksa Chairul Amir hingga M. Iqbal Suhaeb masuk line up pengurus inti IKA Unhas. Mereka adalah mentor saya di IKA Smansa Makassar.
Pada situasi itu, optimisme saya kian kuat untuk IKA Unhas meski sebagian besar pengunjung cukup tersengat oleh suasana panas JK Arenatorium. Bahkan seorang Andi Amran pun menyatakan responnya atas suasana panas itu.
Banyak yang kontak. “Tidak ada ya alumni Kelautan masuk pengurus inti?” Kurang lebih begitu “Pasti ada pertimbangannya.” Jawabku pendek.
Sampai pagi ini, 15 Mei 2022, saya hindari berspekulasi terkait siapa-siapa saja yang akan menduduki posisi kepengurusan IKA Unhas periode 2022-2026 sebelum SK betul-betul diberikan. Bagi saya pengurus inti atau bukan tak penting, yang utama adalah motif kita dalam berkontribusi untuk IKA Unhas.
Saya lalu membayangkan pengalaman mengurus alumni baik di SMA, di Ilmu Kelautan hingga Ikatan sarjana Kelautan Indonesia. Tantangan, kendala, gagasan, program, suka dukanya sudah dialami.
Karena itu, saya yakin, menjadi pengurus adalah ‘beban’, tanggung jawab dan tidak bisa dilihat sebagai tiket untuk berleha-leha atau sekadar petenteng ke sana, ke mari, atau ‘selfi-selfi’ kata senior itu.
Meski demikian, saya masih punya beberapa kabar baik untuk kita semua yang mencintai IKA Unhas.
Pertama, Sekjen IKA Unhas adalah Prof Yusran Jusuf, teman baik dan bukan dari kalangan politisi. Dia akademisi dan berpengalaman sebagai ‘kolaborator’ untuk banyak latar belakang dan kepentingan, termasuk politisi.
Semoga dia bisa bernegosiasi dengan baik terkait pengejawantahan visi misi Unhas dan bagaimana stakeholder kut hormat dan memberi dukungan tanpa membelenggu apalagi mendegradasi kemuliaan IKA Unhas sebagai rumah alumni.
Kedua, hadirnya seribuan orang di JK Arenatorium itu adalah representasi 202 ribu kekuatan IKA Unhas. Melihat mahasiswa dan alumni berhimpun di momen itu dan menyaksikan seorang H. M Jusuf Kalla hadir menjadi cambuk bahwa Unhas nan besar ini.
JK berpesan bagaimana alumni memberikan dukungan bagi pembangunan bangsa, bagaimana menawarkan sentuhan dan adopsi temuan-temuan, inovasi.
Ketiga, menyaksikan Gubernur, Wali Kota Makassar, Kepala Daerah, anggota DPR RI, anggota DPRD Sulsel, Bupati dari luar Sulsel, perwakilan IKA Wilayah, IKA Fakultas hingga mahasiswa Unhas menyatu di Tamalanrea rasanya bisa disebut sebagai titik balik yang kuat untuk bisa berbuat lebih banyak dan konstruktif, sinergi, kolaboratif membangun daerah bahkan Indonesia bersama IKA Unhas.
“Untuk pembangunan Indonesia bagian timur,” kata Andi Amran Sulaiman.
Keempat, sebagian besar pengurus inti IKA Unhas (jika kita setuju isttilah inti) ini adalah kolega yang sangat aktif berbagi kabar, gagasan, pengalaman melalui WAG IKA Unhas, itu artinya mereka bisa dengan mudah untuk dikontak, diajak bicara. Jadi terbuka peluang untuk menyapa dan memberi masukan.
Bagaimana dengan alumni yang tidak ada di WAG Alumni Unhas?
Kalau kompetensi ada dan meras dirindukan IKA Unhas, atau ingin membesarkan IKA Unhas, cukup besarkan IKA Departemen, IKA Fakultas. IKA Wilayah. Bagaimana kalau IKA-IKA itu tidak eksis atau hidup segan mati tak mau? Hidupkan IKA SMA atau SMP bahkan SD sekalian. Ada banyak ruang untuk membangun negeri ini. Kalau itu tidak ada, buat organisasi yang punya visi misi serupa.
Kelima, Ketua IKA Unhas sudah beberapa kali menyebut kita perlu kerja keras, kerja keras, dan sebagai besar yang ada di pengurus inti sudah sering mendengarkan itu. Sudah sering bersama-sama ketua umum.
Jadi, akan mudah untuk menyatakan mereka yang namanya ada di pengurus inti dan siapapun itu tidak berguna jika sampai satu semester pertama tidak berkontribusi apa-apa untuk IKA Unhas jika tak membagikan ide atau apa yang sudah diberikan ke IKA Unhas.
Penulis
Kamaruddin Azis | Founder Pelakita.ID
Tamarunang, 15 Mei 2022