H Welham Hafied, Direktur Utama PT. Anugerah Lautan Energy Jkt membagikan kesan dan harapannya saat diundang menghadiri perayaan Ultah Kabupaten Kepulauan Selayar ke-416. Dia mengguratkan tanda tangan MoU dengan Pemda demi merintis pembangunan industri pengolahan kelapa, hal yang disebutnya solusi bagi pelaku usaha kelapa dan daerah kepulauan itu.
Kabupaten Kepulauan Selayar akan berulang tahun ke-416 pada 29 November 2021. Penulis datang ke Selayar dan bersiap untuk menjadi saksi perayaan ulang tahun tersebut.
Setelah penerbangan dari Makassar pada tiga hari lalu, penulis merekam fakta betapa Selayar sungguh indah dan punya potensi sumberdaya alam yang besar. Selayar punya posisi penting untuk Sulawesi Selatan.
Hamparan terumbu karang luas, pesisir dan eksotis yang dicirikan oleh pasir pantai yang indah hingga lanskap perbukitan yang menghijau, mempunyai potensi melimpah. Dari atas pesawat, sebelum mendarat, nampak hamparan mangrove dan pesisir yang memukau.
Terkait perayaan ulang tahun tersebut ada harapan agar penulis dapat berkontribusi untuk bersama membangun Selayar. Agar bisa menjadi bagian dalam mendorong peningkatkan etos kerja guna mewujudkan Bandar Maritim Kawasan Timur Indonesia sebagaimana diinginkan oleh khalayak luas di Selayar melalui tema ulang tahun kali ini.
Bandar Maritim dan Kawasan Timur Indonesia merupakan diksi relevan posisi strategis dan betapa kompetitifnya Selayar.
Berada di ujung selatan Sulawesi Selatan dan di tengah Laut Flores serta berbatas Selat Makassar membuat Selayat sangat berpotensi sebagai Bandar Maritim, mimpi menjadikan Selayar sebagai gerbang peradaban Kawasan Timur Indonesia yang dicirikan oleh fungsi transportasi laut, simpul perdagangan dan mobilitas sumberdaya ekonomi antar pulau.
Kapal-kapal kayu pengangkut hasil bumi yang lalu lalang di antara Laut Flores dan Selat Makassar merupakan denyut sosial ekonomi yang harusnya dapat dikembangkan dan menjadi jawaban atas masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial yang masih membelenggu Selayar.
Beberapa hasil riset dan rilis Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar menyebutkan bahwa Kabupaten ini memiliki luas sebesar 1.357,03 km² dan memiliki penduduk sebanyak 137.071 jiwa, dengan kepadatan 101 jiwa/km².
Di Selayar, terdapat 2 sub area wilayah pemerintahan yaitu wilayah daratan yang meliputi Kecamatan Benteng, Bontoharu, Bontomanai, Buki, Bontomatene dan Bontosikuyu lalu yang kedua adalah wilayah kepulauan yang meliputi Kecamatan Pasimasunggu, Pasimasunggu Timur, Taka Bonerate, Pasimarannu dan Pasi Lambena menjadi bukti bahwa ada keragaman atau kekhasan sosial, ekonomi dan daya dukung lingkungan.
Meski demikian, jika membandingkan indikator pembangunan daerah seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Gini Ratio, Selayar masih jauh dari disebut maju ataau sejahtera.
Tingkat kemiskinan masih sangat tinggi dan ketimpangan pertumbuhan kecamatan dan desa juga sangat besar. Kecamatan pesisir dan pulau-pulau disebut sangat terkebelakang dan rentan secara sosial dan ekonomi. Ini bisa dilihat pada posisi Selayar dengan skor IPM yang ‘hanya’ 67,38 atau terbawah bersama Takalar dan Jeneponto.
Bandingkan IPM Sulsel yang mencapai 71,93 (masih di bawah rata-rata nasional), atau Jeneponto 64,26, Pangkep 68,72, dan Takalar 67,31.
Kecamatan pesisir dan pulau-pulau tersebut harusnya bisa tumbuh dan maju sebab mempunyai potensi yang besar seperti komoditi perikanan, potensi kelautan dan pariwisata hingga komoditi penting seperti vanili, kemiri hingga kelapa.
Memilih kelapa atau kemiri dan kenari
Jika menyebut Selayar, maka kita biasanya mengingat potensi kelapa, kemiri dan kenari. Jika mengenang Selayar maka kita teringat sejarah panjang bagaimana kabupaten kepulauan berjuluk Tanadoang ini membangun dirinya dari masa ke masa.
Bagaimana pulau-pulau seperti Jampea, Bonerate, Kalaotoa hingga Pulau Selayar sendiri menjadi jalur perdagangan kelapa atau kopra.
Ada beberapa hal yang mestinya bisa menjadi basis untuk menyusun rencana usaha yang lebih baik terkait potensi kelapa di Selayar.
Paling tidak, kita jadi paham bahwa sejarah panjang pengelolaan kelapa memberi makna bahwa warga atau para pihak yang ada mempunyai pengetahaun tentang perkelapaan. Lalu yang berikutnya adalah keterampilan berkebun.
Meski kelapa tidak serumit tanaman lain namun warga Selayar dikenal terampil dalam bercocok tanam kelapa hingga memahami hulu-hilir bisnis perdagangan kelapa. Sayangnya, mereka tak bisa mengendalikan harga dan lemah bargainining power-nya.
Oleh sebab itu, diperlukan ekstensifikasi usaha atau keragaman bisnis terkait kelapa ini atau dengan kata lain, berdagang kopra yang telah digeluti selama ini bisa jadi tak relevan lagi sebab saat ini ada pilihan untuk mendapat nilai tambah jika kelapa dimanfaatkan menjadi santan kelapa, bubuk kelapa, VCO, karbo aktif dan lain sebagainya.
Tentu jika semua akan dibuat dalam skala industri untuk kebutuhan domestik dan ekspor.
Potensi pengembangan industri tersebut sangat besar dan terbuka sebab sampai saat ini produksi biji kelapa di Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan sentra terbesar di Indonesia memang belum dikelola secara maksimal.
Sebuah pusat industri pengolahan kelapa menjadi penting. Harapannya, dapat menyerap tenaga kerja ribuan masyarakat Selayar dengan sistem inti plasma dimana strategi yang akan dikembangkan adalah pengembangan lahan perkebunan kelapa, penanaman kelapa baru, pengorganisasian petani kelapa dan perbaikan sistem mata rantai bisnis dalam hal ini sistem logsitik dan pendistribusiannya.
Pedagang-pedagang kelapa yang telah eksis selama ini akan diberi akses untuk memperoleh harga pantas demi menghidupkan industri pengolahan kelapa tersebut.
Tercatat bahwa khusus untuk kelapa, luas arealnya di Selayar mencapai 19 526 hektar dan ini telah dimanfaatkan sebagai sumber kopra dengan produksi mencapai 25 ribu ton.
Ini merupakan peluang untuk dapat dikembangkan menjadi industri pengolahan kelapa terpadu dengan produk turunan seperti kopra, VCO, briket, keset kaki, minyak goreng, handycraft.
Hemat penulis, potensi kelapa yang tersebar di pesisir dan pulau-pulau seharusnya menjadi sumber kekuatan ekonomi daerah yang dapat menciptakan lapangan kerja dan menambah pendapatan asli daerah.
Berita beberapa waktu lalu yang menyebutkan bahwa petani kelapa sedang susah karena harga kopra jatuh serta memunculkan keputusasaan sosial karena harga tak kunjung naik dari kisaran 3 ribu per kilogram mestinya memunculkan alternatif pemikiran. “Jangan-jangan memang kita tak harus menjualnya dalam bentuk kopra tetapi bagaimana dengan menghasilkan produk olahan dan itu dilakukan di Selayar, di Tanadoang?”.
Terkait industri kelapa ini, di momentum Hari Ulang Tahun Selayar ke-416, penulis berharap ada sinergi dan dukungan konkret dari berbagi pihak untuk bersama membenahi usaha yang prospektif ini.
Hulu-hilir berinvestasi di Selayar berkaitan dengan kemudahan perizinan, ketersediaan dan keberlanjutan pasokan komoditi, akses yang terbuka melalui transportasi udara, darat dan laut, hingga dukungan masyarakat.
Mari membaca bismillah, semoga industri pengolahan kelapa yang diidamkan ini bisa berjalan sesuai rencana dan harapan kita semua.
Selamat ulang tahun Selayar ke-416, gaspol!
Editor: K. Azis