Nilai-nilai kegotongroyongan, jalinan kekerabatan, solidaritas, adalah modal yang dapat kami banggakan jika bicara Sorong Selatan. Tetapi apapun itu, semua membutuhkan perhatian dari pemimpin pemerintahan untuk memanfaatkan potensi ini, jadi jangan sampai diabaikan. – PIETERS KONDJOL
PELAKITA.ID – Nama Pieters Kondjol sudah tak asing lagi di Sorong Selatan, di Kota Sorong hingga di Ibu Kota Papua Barat, Manokwari. Mantan Ketua DPRD Papua Barat ini dikenal sebagai pria yang rendah hati, sabar dan tenang menghadapi segala macam dinamika Pemerintahan dan perkembangan sosial politik di Papua Barat.
Leasdership-nya yang tangguh sudah teruji, baik saat menjadi anggota DPRD Sorong Selatan hingga menjadi ketua DPRD Papua Barat.
Lalu seperti apa masa kecil Pieters? Siapa saja tokoh idolanya dan bagaimana dia memandang potensi dan masa depan Kabupaten Sorong Selatan?
Mari simak wawancara Pelakita.ID yang dilakukan pada hari Rabu, tanggal 2 September 2020 berikut ini.
Bisa diceritakan pengalaman masa kecil selama tinggal di Kota Sorong dan Teminabuan?
Jarak antara Kota Sorong dan Teminabuan sekitat 160 kilometer atau kalau lewat darat bisa dicapai 4 jam tetapi ada juga lewat laut. Kalau lewat jalan raya melintasi Poros Jl. Raya Aimas arah Klamono, demikian pula sebaliknya. Dua kota ini sangat berpengaruh pada masa kecil saya.
Masa kecil, saya jalani di Kota Sorong sebelum pindah ke Teminabuan.
Bapak saya jadi kepala kampung di Wersar, di Kampung Wersar. Saat masih kecil, bapak sudah pindahkan kami ke sana. Kami diberangkatkan ke Teminabuan.
Nama bapak saya Zakarias Kondjol. Beliau pejuang, veteran, dan sempat pula ditahan dan dibawa ke Digul antara tahun 1960 hingga 1961
Bapak pernah menjadi anggota DPRD-Gotong Royong Provinsi Irian Barat dari tahun 1964. Pemilihan menjadi kepala kampung di Teminabuan bisa jadi didasari oleh latar belakang bapak, karena latar belakangnya yang dari kalangan bangsawan saat itu.
Menurut penelusuran Pelakita.ID nama Zakarias Kondjol yang mewakili daerah Teminabuan, diangkat bersama 9 anggota DPRD-Gotong Royong yang ditetapkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 5 Februari 1964.
Kesembilan orang itu adalah Kapten Udara Sukadarusman, Ruben Kambuaja (Ajamaru-Manokwari), Jan Tamberan (Daerah Muju-Merauke), J. Somar (mewakili Daerah Asmat Merauke).
Lalu ada nama S.T Panus yang mewakili kawasan Pulau Dolak Merauke, Kapeauw (Mimika Merauke), Kilion Wanda (Pengusaha), Kapten Laut Suwadji Puguh, M.B Ramandey, C. Kiriwaib. (lihat https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/13062/Keppres0211964.pdf)
Bapak akrab dengan mantan Presiden Soekarno karena sama-sama pernah ditahan di Boven Digul, Merauke. Sama-sama satu sel, hanya beda kamar. Begitulah kenangan dengan bapak.
Saat SD, saya bersekolah di Teminabuan lalu masuk di SMP kota yang sama. Tamat SMP kemudian terus ke Sorong. Saya masuk di SMA Negeri I Sorong.
Jika di Kota Sorong yang saya suka kunjungi adalah Kampung Baru karena banyak teman di sana. Kalau di Teminabuan, di Kompleks Dwikora. Ini mengenang, mengenang masa-masa pendudukan Belanda dan bagaimana perjuangan Kemerdekaan dari Belanda saat itu.
Di Teminabuan, kami kerap bermain bola dengan teman-teman SMP. Saya ada banyak teman di sini.
Ada yang bisa diceritakan selama bersekolah SMA di Kota Sorong?
Sebelum ke Sorong, saya melewati masa-masa menyenangkan di Kota Teminabuan, hingga SMP saya bisa mengikuti proses sekolah dengan baik, ini karena dorong orang tua saat itu.
Dari SMP, saya masuk ke SMA terbaik di Kota Sorong meski kami dianggap orang kampung. Tetapi bangga juga sebab bisa masuk 4 besar sebagai pelajar teladan selama masa SMA itu dan bahkan pernah ikut pertukaran pelajar mewakili Kota Sorong ke Jawa Timur dalam tahun 1989. Setelah itu saya kuliah jurusan Ekonomi di Makassar.
Sebagai salah satu tokoh Papua Barat saat ini, bisa disebutkan siapa sosok yang banyak mempengaruhi cara berpikir saat ini?
Wah ada banyak. Saya belajar banyak hal dari tokoh sentral Papua. Beberapa seperti Yakob Patipi, Barnabas Suebu, Jap Solosa yang merupakan Mantan Gubernur Papua atau Irian Jaya kala itu.
Lalu ada Alex Silas Onim, mantan Bupati Fak-Fak dan Bupati Manokwari selama 2 Periode yang pernah sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) di masa pemerintahan Soeharto. Pak Alex adalah saudara tua saya.
Juga almarhum Esau Sesa, mantan Bupati Manokwari. Ini juga merupakan panutan, lalu almarhum Oktovianus Bram Atururi, mantan Gubernur Papua Barat serta Drs. Dominggus Mandacan, Gubernur Papua Barat saat in.
Satu lagi, bapak Drs. Otto Ihalauw yang merupakan Bupati Sorong Selatan 2 Periode, adalah Bupati pertama Kabupaten Sorong Selatan yang merupakan mitra diskusi sekaligus tempat berbagi pengalaman.
Mereka sosok-sosok yang luar biasa, kharismatik dan dapat diandalkan karena pokok-pokok pikiran dan pengabdiannya pada kepentingan Papua termasuk Papua Barat. Salah satunya dalah pandangan bahwa untuk membangun daerah tidak bisa berdasarkan sukuisme. Mereka sangat nasionalis.
Apa pandangan bapak atas sangkaan orang bahwa pokok-pokok pikiran Pak Pieters terkesan ekstrem?
Pandangan orang macam-macam, tapi ini tergantung dari perspektif dan apa yang dikesankan ekstrem.
Tetapi di hari ini, kalau kita bicara tentang Papua, saya pikir untuk membangun daerah ke depan, kita perlu kerjasama, kerjasama dengan siapa saja. Untuk bersama membangun Sorong Selatan, saya merasa, sosok yang pantas adalah Bapak Madun Narwawan.
Pak Madun berpengalaman di Polri, dan tentunya punya pengalaman banyak di Brimob, di Kota Sorong. Beliau pernah jadi anggota Densus 88 dan terakhir jadi Kapolres Sorong Selatan.
Dengan pengalaman banyak di Brimob dan Polda sehingga menurut saya untuk tepat untuk bersama-sama membangun Sorsel.
Sudah punya peta masalah dan peluang membangun Sorsel nanti?
Beberapa sudah dimasukkan ke daftar visi-misi Bacalon Bupati Wabup Sorsel tetapi yang saya bisa sampaikan bahwa kami sudah petakan masalah atau isu-isu pembangunan daerah, daerah mana yang tinggi tingkat kemiskinan, atau tingkat pendapatan warganya.
Tapi dapat saya sampaikan bahwa secara umum, kondisi di Sorong Selatan ini, hampir merata. Tingkat kemiiskinan memang perlu dibenahi ke depan.
Apa yang menjadi fokus atau orientasi kami adalah pengembangan ekonomi daerah, sumber daya manusia yang kreatif dan proses-proses perencanaan yang inklusif.
Saya senang sekali bahwa dari tahun ke tahun generasi muda Sorong Selatan semakin kompeten dan bisa diandalkan. Ini saya kira perubahan baik dalam pengertian ada banyak sumber daya yang bisa menjadi mitra strategis kita dalam membangun daerah hanya saja mungkin selama ini belum sepenuhnya dioptimalkan.
Bisa dijelaskan terkait kaum muda ini?
Saya melihat mereka tetap membangun atau menunjukkan rasa optimisme. Mereka bisa seperti itu karena memang kami punya sifat kegotongroyongan dan menghargai kearifan lokal untuk bisa berkembang, terbuka dan bekerjasama.
Nilai-nilai kegotongroyongan, jalinan kekerabatan, solidaritas, adalah modal yang dapat kami banggakan jika bicara Sorong Selatan. Tetapi apapun itu, semua membutuhkan perhatian dari pemimpin pemerintahan untuk memanfaatkan potensi ini, jadi jangan sampai diabaikan.
Saya kira kita memang perlu kebersamaan, pemimpin yang peduli, masyarakat atau kaum muda yang didengarkan oleh pemimpinnya.
Tanpa itu, masyarakat juga akan sulit berubah atau berkembang apalagi menjadi mandiri. Mandiri ini yang menjadi salah satu bagian dari visi kami.
Bisa disebutkan program-program apa saja yang akan digenjot di tahun pertama jika terpilih jadi Bupati Sorong Selatan kelak?
Seperti saya jelaskan di depan, kami sudah ada visi misi tetapi dapat kami sampaikan lagi bahwa sesuai visi bahwa kami ingin terwujud Sorong Selatan yang aman, damai dan mandiri maka ada empat hal atau agenda prioritas.
Pertama, pengembangan SDM, membangun daerah harus bertumpu pada kualitas SDM. Kita ingin SDM kita kuat dan kompeten, adaptif, siapapun, di manapun.
Dengan kompeten maka prestise, harga diri, daya tawar kita akan semakin baik. Ini yang kami tekankan. SDM yang kuat berarti proses pendidikan harus jadi priortas.
Kedua, membangun infrastruktur, atau memperbaiki yang belum optimal atau belum didayagunakan. Kami melihat banyak bangunan atau infrastruktur yang tidak operasioanal. Ini yang perlu ditangani dengan baik. Kita pelihara dan bangun dengan baik.
Lalu yang ketiga adalah bidang kesehatan. Kita benahi layanan kesehatan, layanan kemasyarakatan, social healthcare kita efektifkan.
Yang keempat, pemberdayaan ekonomi. Ini yang perlu dihidupkan lagi, lebih produktif dan kreatif memanfaatkan peluang yang ada, apalagi Sorong Selatan punya sumber daya alam yang luar biasa. Pertanian, perkebunan, peternakan hingga perikanan dan potensi bahari dan pariwisata.
Kita beri penekanan pada perbaikan infrastuktur yang terbengkalai, untuk pendidikan kita mau gratiskan biaya pendidikan mulai dari SD hingga SMA. Kita dorong, anak-anak yang punya kualitas SDM yang baik dan kuat, kita bantu dengan memanfaatkan Dana Otsus untuk jenjang pendidikan berikutnya.
Apa pelajaran penting sebagai mantan anggota DPRD Sorong Selatan dan terakhir menjadi anggota DPRD Papua Barat?
Membicarakan Papua secara umum memang selalu menarik, selalu ada pro-kontra, terutama membahas Otsus, tetapi menurut saya, kita perlu lebih arif melihat realitas dan masa depan kita bersama.
Bagi saya, apapun agenda Pemerintah, proses transparansi harus jadi syarat utama. Jangan buat masyarakat bertanya-tanya, buka ruang selebar-lebarnya agar publik tahu keadaan yang sebenarnya.
Khusus untuk dana Otsus, sesungguhnya sudah digunakan sudah baik, kita lihat dari perkembangan Papua hari ini dibanding 20 atau 30 tahun lalu, kita betul-betul merasakan perbedaan itu.
Hal ini sudah kami sampaikan pula di beberapa forum baik provinsi, maupun nasional bahkan internasional pada beberapa kunjungan kami dengan pejabat Pemprov.
Kami bicara ini pada banyak kesempatan, di Kementerian, di Polhukam, di Kemendagri, di DPRD Papau Barat, dalam bulan September 2019 kita sudah bahas ini.
Yang saya ingin sampaikan bahwa untuk Dana Otsus, itu kan 2 persen dari DAU Nasional, Aceh, ada dana Otsus tersendiri. Di Papua ini 2 persen, tetapi ada DAU Papua dan Papua Barat.
Yang kita inginkan sebenarnya Papua dapat 2 persen, Papua Barat 2 persen. Jangan kalau dialokasikan katakanlah 10, tetapi porsi Papua lebih banyak dari Papua Barat.
Kami tahu bahwa Papua ada 29 kabupaten dan 1 kota sementara kami di Papua Barat cuma 12 kabupaten dan 1 kota tapi ini dalam rangka memajukan Papua keseluruhan kami mengusulkan agar dapat ditambah. Kami sudah bersurat terkait ini semua.
Seberapa optimis dalam memandang masa depan Sorong Selatan?
Dengan pengalaman yang ada kami yakin bisa menghubungkan antara kepentingan pembangunan Sorong Selatan dengan pihak terkait seperti Pemerintah Porovisi dan Pusat, bahkan dengan kabupaten tetangga.
Saya optimis sekali, saya target, kami butuh tiga 3 tahun APBD untuk betul-betul merombak atau membangun Sorong Selatan menjadi lebih baik, maju dan mandiri.
Bagaimana caranya? Dengan pengalaman komunikasi yang baik selama 5 tahun terakhir ini, kemudian kami memahami peta masalah, dengan dinamika dan jaringan komunikasi yang ada, kami bisa memfasilitasi perencanan, implementasi pembangunan daerah Sorong Selatan yang lebih baik dan efektif. Ini kerja bersama kita.
Dengan Pemerintah Pusat, dengan Kementerian Lembaga kita bisa koperatif dan sudah paham jalur komunikasi yang efektif. Tetapi yang lebih pokok adalah bagaimana mengutamakan kepentingan masyarakat Sorong Selatan.
Kita tidak mau ada daerah Papua, Papua Barat, atau secara khusus Sorong Selatan yang belum terjamah pembangunan. Jangan sampai ada daerah yang diabaikan atau tidak mendapat perhatian Pemerintah.
Ada pesan untuk kaum muda Sorong Selatan?
Saya juga sudah singgung di awal kalau kita sudah melihat generasi muda Sorong Selatan yang kompeten. Saya kira, kaum muda yang aktif di wadah seperti AMPI, GMKI, Muhammadiyah adalah mitra strategis.
Mari sama-sama membangun Sorong Selatan, dengan baik. Kami akan merangkul mereka sebagai teman, sebagai mitra kerja.
Seperti apa?
Merangkul dalam pengertian kami akan libatkan dalam mengagas agenda perubahan untuk Sorong Selatan. Formatnya bisa dengan menggelar pertemuan-pertemuan konsultatif dan merancang program-program layanan sosial terutama kaum muda yang bisa kreatif, apalagi ini di tengah pandemi COVID-19.
Generasi muda kita punya pemikiran yang baik. Ke depan, kira gairahkan mereka dengan kerja-kerja produktif, kolaboratif, dengan prestasi olahraga hingga menggelar acara-acara kerohanian yang menginspirasi.