Rasulullah ﷺ mengajarinya bahwa salat bukanlah sekadar rangkaian gerakan yang dilakukan dengan terburu-buru. Ada satu rukun yang tak boleh diabaikan: tuma’ninah.
PELAKITA.ID – Dalam keheningan dan kekhusyukan salat, di antara gerakan-gerakannya, terdapat satu momen yang sering terlupakan—tuma’ninah.
Ia bukan sekadar jeda atau berhenti sejenak, melainkan esensi dari kekhusyukan itu sendiri. Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepada seseorang yang tergesa-gesa dalam salatnya:
“Kembalilah dan salatlah, karena sesungguhnya engkau belum salat.” (HR. Bukhari & Muslim)
Orang itu pun mengulang salatnya, namun tetap dilakukan dengan cara yang sama. Hingga akhirnya, Rasulullah ﷺ mengajarinya bahwa salat bukanlah sekadar rangkaian gerakan yang dilakukan dengan terburu-buru. Ada satu rukun yang tak boleh diabaikan: tuma’ninah.
Mengapa Tuma’ninah Menjadi Rukun Salat?
Tuma’ninah bukanlah tambahan dalam salat, bukan pula sekadar sunnah, melainkan rukun yang menentukan sah atau tidaknya ibadah ini. Tanpa tuma’ninah, salat hanya menjadi rentetan gerakan tanpa ruh.
Imam An-Nawawi menegaskan bahwa tuma’ninah berarti berhenti sejenak dalam setiap rukun, memberi waktu bagi anggota tubuh untuk tenang sebelum berpindah ke gerakan berikutnya. Hal ini ditegaskan dalam hadis Rasulullah ﷺ:
“Sempurnakanlah rukuk dan sujud kalian, karena sesungguhnya Allah tidak akan melihat salat seseorang hingga ia menyempurnakan rukuk dan sujudnya.” (HR. Ahmad & Abu Dawud)
Salat yang dilakukan dengan tergesa-gesa mencerminkan hati yang gelisah, jiwa yang tidak benar-benar hadir di hadapan Allah.
Jika hati tenang, maka tubuh pun akan mengikuti. Jika hati bergejolak, maka ibadah pun terasa hampa.
Tuma’ninah di Luar Salat: Ketika Kehidupan Menjadi Sebuah Doa
Tuma’ninah tidak hanya berada dalam salat, tetapi juga mencerminkan hati yang damai dan jiwa yang yakin kepada takdir Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, tuma’ninah adalah ketenangan dalam menghadapi masalah, kesabaran dalam menerima ujian, dan kebijaksanaan dalam bertindak.
Allah ﷻ berfirman:
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d [13]: 28)
Orang yang memiliki tuma’ninah dalam salatnya akan membawanya ke luar salat. Ia tidak mudah panik, tidak gampang terpancing emosi, dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
Sebaliknya, ia memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu sudah tertulis di Lauhul Mahfuzh, dan yang terbaik adalah berserah diri kepada-Nya.
Pelajaran dari Tuma’ninah: Menjadikan Islam Lebih Indah
Tuma’ninah mengajarkan bahwa ibadah bukan sekadar gerakan, tetapi juga menghadirkan hati.
Salat yang dilakukan dengan tergesa-gesa hanya akan menjadi aktivitas fisik tanpa makna, sementara ketenangan mencerminkan keimanan.
Seseorang yang benar-benar percaya kepada Allah tidak akan mudah merasa resah, karena keberkahan hadir dalam kesabaran, baik dalam salat maupun dalam kehidupan.
Memahami tuma’ninah berarti menyadari bahwa Islam bukan agama yang menuntut kecepatan, tetapi kedalaman. Ibadah tidak dinilai dari jumlahnya, melainkan dari bagaimana hati benar-benar hadir di hadapan Allah.
Dengan tuma’ninah, menjalankan Islam menjadi lebih indah, lebih bermakna, dan lebih membawa ketenangan. Pada akhirnya, bukan hanya gerakan yang sampai kepada Allah, tetapi juga hati yang khusyuk dan jiwa yang damai.
Mengapa Tuma’ninah Begitu Penting?
Sebab ia adalah simbol kesabaran dan keteguhan iman. Ketika seseorang salat dengan tuma’ninah, ia sedang melatih dirinya untuk hidup dengan penuh kesadaran.
Ibnul Qayyim berkata:
“Salat tanpa tuma’ninah adalah seperti jasad tanpa ruh.”
Tuma’ninah mengajarkan bahwa dalam ibadah, kualitas lebih utama daripada kuantitas. Bahwa dalam kehidupan, ketenangan lebih berharga daripada sekadar kecepatan.
Bahwa dalam segala hal, keberkahan datang kepada mereka yang bersabar, bukan mereka yang tergesa-gesa.
Ketika kita memahami tuma’ninah, kita akan mengerti bahwa Islam bukan agama yang menuntut kecepatan, tetapi kedalaman. Bahwa ibadah bukan tentang banyaknya, tetapi tentang bagaimana hati benar-benar hadir di hadapan Allah.
Dengan tuma’ninah, berislam menjadi lebih indah, lebih bermakna, dan lebih membawa ketenangan. Karena pada akhirnya, bukan hanya gerakan yang sampai kepada Allah, tetapi juga hati yang khusyuk dan jiwa yang damai.
Moel’S@28043025