Tulisan ini adalah rangkuman pengalaman saat berkunjung ke salah satu pusat pengolahan rajungan di Gresik, Jawa Timur.
PELAKITA.ID – Suatu ketika, GMCP harus merelakan satu kontainer produk rajungan mereka dihancurkan di Inggris.
Bukan karena kualitas yang buruk, tetapi akibat kesalahan administratif dalam pendaftaran produk. Hengki, perwakilan GMCP, mengenang insiden tersebut dengan senyum tipis.
“Kami baru pertama kali masuk ke pasar Eropa, tetapi aturan di sana berbeda dengan Amerika. Satu kesalahan kecil bisa berujung kerugian miliaran rupiah,” ujarnya.
GMCP adalah salah satu eksportir rajungan terkemuka di Indonesia, dengan pasar utama di Amerika Serikat.
Butuh perjalanan lebih dari sebulan bagi produk olahan mereka untuk sampai ke tangan konsumen. Namun, perjalanan bisnis rajungan tidak hanya soal ekspor dan perdagangan, melainkan juga tentang dinamika harga yang sangat bergantung pada musim dan perayaan.

Natal, Tahun Baru, dan Tahun Baru Imlek sering kali menjadi momentum kenaikan harga. Sayangnya, stok yang tidak selalu penuh dan kualitas produk yang bervariasi akibat teknik penangkapan tradisional membuat proses ini penuh tantangan.
Sebagai salah satu pemain utama di industri ini, GMCP tidak hanya berfokus pada keuntungan semata. Mereka memiliki jaringan mini plant yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, memastikan produksi tetap berjalan dengan standar yang baik.
Persaingan memang ketat, tetapi komitmen GMCP terhadap kualitas dan keberlanjutan menjadi nilai tambah tersendiri.
“Kami ingin memastikan bahwa produk kami berasal dari sumber yang bertanggung jawab dan melalui proses yang baik di tingkat lapangan,” kata Hengki.
Di Amerika, produk mereka bersaing dengan perusahaan besar seperti Bosch dan Bay Colony.

Selain menjalankan bisnis, GMCP juga memiliki tanggung jawab sosial. Mereka mengalokasikan 2,5% dari nilai satu kontainer untuk program CSR, yang bertujuan mendukung kesejahteraan masyarakat pesisir.
Namun, tantangan terbesar dalam industri rajungan bukan hanya persaingan pasar, melainkan juga keberlanjutan sumber daya.
Penangkapan berlebihan dan eksploitasi rajungan, terutama yang masih muda atau bertelur, mengancam populasi di laut. Rajungan adalah komoditas perikanan bernilai tinggi, dengan Amerika, Eropa, Jepang, dan Hongkong sebagai pasar utama. Oleh karena itu, upaya konservasi dan budidaya mulai menjadi perhatian penting.
Saat ini, sekitar 60% produksi rajungan dalam negeri diekspor ke Amerika Serikat.
Sebagai komoditas ekspor ketiga terbesar setelah udang dan ikan, industri ini memegang peranan penting dalam perekonomian perikanan Indonesia. Namun, keberlanjutannya sangat bergantung pada bagaimana praktik perikanan dijalankan.
Di sisi lain, GMCP juga menaruh perhatian besar pada kompetensi tenaga kerjanya. Dalam sebuah sesi uji kompetensi yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sebanyak 160 karyawan GMCP mengikuti penilaian untuk memastikan standar produksi tetap terjaga.
Salah satu peserta, Vivin, yang bekerja di bagian sanitasi, berharap uji kompetensi ini bisa membuat perusahaan lebih baik.
“Saya bertugas memastikan kebersihan tetap sesuai standar. Dengan uji ini, kami bisa terus meningkatkan kualitas produk,” ujarnya.
Dalam proses produksi, berbagai tahapan ketat diterapkan. Dari pemilahan daging rajungan hingga pasteurisasi yang memakan waktu lebih dari dua jam, semua dilakukan demi menjamin kualitas ekspor.

Inspeksi dari pembeli luar negeri juga rutin dilakukan untuk memastikan produk sesuai dengan standar kesehatan dan keamanan pangan.
“Besok, tim dari Amerika akan datang untuk supervisi,” ujar Zulis, manajer produksi GMCP.
Zulis, yang telah bekerja di GMCP sejak 2012, adalah lulusan Biologi dari ITS Surabaya. Bersama timnya, ia memastikan bahwa setiap proses, mulai dari pemilihan bahan baku hingga pengemasan, berjalan dengan baik.
Dengan meningkatnya persyaratan dari pasar global, perusahaan seperti GMCP harus terus beradaptasi dan meningkatkan kualitas serta transparansi produksi mereka.
Menutup perbincangan, Hengki menegaskan pentingnya dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan organisasi perikanan.
“Uji kompetensi ini sangat berguna bagi perusahaan kami. Ini bukan hanya soal bisnis, tetapi juga tentang kesiapan menghadapi kompetisi di pasar internasional,” pungkasnya.
Dengan upaya terus-menerus dalam menjaga kualitas, meningkatkan kompetensi tenaga kerja, serta mengelola sumber daya secara berkelanjutan, industri rajungan Indonesia diharapkan bisa terus bertahan dan berkembang di kancah global.
Gresik, Oktober, 2027