Hasil penelitian, menangkap ikan dengan lampu LED lebih efektif karena berhasil meningkatkan bobot hasil tangkapan ikan teri hingga 25 persen.
PELAKITA.ID – Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, menggelar penyuluhan dan promosi inovasi teknologi sebagai manifestasi pengabdian perguruan tinggi kepada masyarakat.
Kegiatan berlangsung di Desa Waetuwoe, Kecamatan Lanrisang Kabupaten Pinrang, Jumat, 9/8/2024).
Tim bekerja sesuai dengan pemahaman bahwa metode penangkapan ikan yang menggunakan alat bantu cahaya atau biasa disebut light fishing telah banyak digunakan nelayan di Sulawesi Selatan pada tahun 1950-an.
Setelah negara-negara Skandinavia hingga Jepang yang menggunakan lampu pada tahun 1900-an, teknik penangkapan ikan ini pertama kali digunakan oleh nelayan di pesisir laut Sulawesi Selatan, menggunakan lampu petromaks pada alat tangkap bagan tancap.
“Bagan tancap adalah kelompok jaring angkat (lift net) yang dipasang menetap di perairan dengan menggunakan rangka dari bambu, patok kayu dan jaring. Cahaya lampu sebagai penarik perhatian ikan agar berkumpul di area penangkapan,” kata Ir Ilham Jaya, M.M, ketua tim.
Menurutnya, meski demikian, banyak nelayan yang belum sepenuhnya menyadari tentang adanya perubahan metode, termasuk penggunaan lampu neon dan lampu hemat energi LED (light emitting diode).
“Jika pun sudah pernah melihat, mereka belum sepenuhnya paham teknik pemasangan dan penentuan lokasi yang pas,” kata Ilham.
Itu pula yang menjadi alasan tim pengabdian yang terdiri dari Ilham Jaya, Muhammad Kurnia, S.Pi., M.Si., Ph.D serta mahasiswa program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Muhammad Ikhsan Amir dan Muhammad Ihsan Hajar untuk mempromosikan inovasi temuan mereka.
”Sebagai komitmen Unhas untuk mengambil bagian dalam memberikan manfaat ilmu pengetahuan untuk masyarakat, kami memperkenalkan inovasi teknologi atraktor ikan lampu led bawah air dan rumpon,” kata Ilham.
”Lampu dan rumpon merupakan dua alat yang semalam ini banyak digunakan oleh nelayan, namun pada beberapa penelitian kami menunjukkan tangkapan nelayan mengalami penurunan,” kata Ilha,
“Kami mempromosikan inovasi ini untuk peningkatan hasil tangkapan bagan tancap,” ujarnya.
“Antusiasme nelayan, bahkan warga secara umum sangat tinggi. Mereka mengikuti proses sosialisasi, mengamati bentuk teknologi dan ikut bertanya peluang penggunaannya,” tambahnya.
Pada kegiatan yang berlangsung di Desa Waetuwoe Kecamatan Lanrisang ini turut hadir penyuluh perikanan lapangan Kecamatan Lanrisang, perangkat desa, tokoh masyarakat, mitra pengabdian bersama masyarakat.
”Kami senang karena ikut hadir sebannyak 64 nelayan yang menggunakan alat tangkap bagan tancap di Desa Waetuwoe,” sebut Muhammad Kurnia.
Dikatakan Kurnia, para peserta menunjukkan antusiasme tinggi sepanjang kegiatan.
”Mereka mendapatkan informasi dan pengetahuan baru yang disampaikan oleh tim kami. Inovasi teknologi atraktor ikan lampu LED bawah air dan rumpon membuat mereka bersemangat karena dianggap dapat meningkatkan hasil tangkapan bagan tancap,” jelasnya.
Menurut Muhammad Iksan Amir, kegiatan ini bertujuan untuk transfer ilmu dan teknologi dengan memperkenalkan inovasi dan metode penerapan kombinasi teknologi atraktor pengumpul ikan lebih efektif.
”Termasuk bagaimana kami memberikan informasi tentang kesiapan untuk a pendampingan terhadap penerapan IPTEKS dan manajemen Kelompok Usaha Bersama (KUBE) nelayan bagan tancap,” sebutnya,
Pada kesempatan tersebut, Ilham Jaya menyampaikan ke peserta yang hadir bahwa melalui kegiatan ini, masyarakat nelayan dapat lebih memahami penggunaan alat bantu dalam upaya meningkatkan hasil tangkapan dalam pengoperasian bagan tancap yang selama ini masih menggunakan lampu konvensional berupa lampu yang dioperasikan di atas permukaan.
”Inovasi lampu LED bawah air ini merupakan inovasi yang diharapkan lebih meningkatkan hasil tangkapan dengan biaya yang lebih rendah dibanding alat bantu lampu konvensional sebelumnya”, katanya.
Ikan target para nelayan bagan di Pinrang juga diperoleh dalam sosialisasi itu. Mereka menangkap ikan teri (Stolephorus sp.), cumi-cumi (Loligo sp.) hingga ikan-ikan permukaan seperti ikan layang bahkan ikan kakap.
Penggunaan lampu LED oleh Muhammad Kurnia dapat berdampak pada efisiensi penggunaan bahan bakar pembangkit listrik hingga 30 persen.
Menurutnya, penggunaan lampu LED lebih hemat energi karena membutuhkan lebih sedikit bahan bakar.
Selama ini nelayan bagan menggunakan bensin atau pertalite untuk menghidupkan generator sebagai sumber energi listrik untuk lampu yang digunakan.
Itu berarti, bila dalam satu hari penggunaan lampu neon membutuhkan BBM sebanyak 6 liter, maka dengan menggunakan LED hanya menghabiskan BBM sebanyak sekitar 4 liter saja.
Selain itu, menurut hasil penelitian, menangkap ikan dengan lampu LED lebih efektif karena berhasil meningkatkan bobot hasil tangkapan ikan teri hingga 25 persen.
Muhammad Kurnia, menambahkan bahwa dengan pengetahuan yang diberikan ini, pihaknya berharap mendorong masyarakat nelayan untuk mengembangkan alat bantu penangkapan sehingga dapat lebih meningkatkan hasil tangkapan, dimana inovasi.
”Inovasi lampu LED bawah air dapat dikombinasikan dengan rumpon untuk operasi penangkapan bahkan pada siang hari,” imbuh Ihsan Hajar.
Dia yang ikut memberikan pemaparan mengaku senang sebab kegiatan ini telah memotivasi bahkan ada warga yang ingin segera menggunakan inovasi dimaksud.
”Melalui kegiatan Tim FIKP Unhas ini, masyarakat nelayan Desa Waetuwoe Kecamatan lanrisang memperoleh inovasi teknologi atraktor ikan lampu LED bawah air dan rumpon untuk peningkatan hasil tangkapan bagan tancap, sehingga dapat meningkatkan pendapatan mereka,” sebut Ihsan Amir.
”Nelayan bagan tancap hingga nelayan pengguna lampu seperti purse seine bisa memagami bahwa dalam operasi penangkapan bagan tancap banyak inovasi alat bantu yang dapat diaplikasikan dan diterapkan,” sebutnya.
“Yang pasti ini lebih efisien, mudah dan hasillnya bisa lebih banyak,” tutup Ihsan.
Editor: Denun