PELAKITA.ID – Sebuah video beredar di Medsos terkait realitas di area Perkebunan Pisang Cavendish Mare Bone.
Perkebunan yang selama ini disebut dikelola dengan pendekatan moderen dan terorganisasi dengan baik.
Video itu bak jawaban atas kabar gambar yang dibagikan oleh salah seorang pewarta yang menyebut tepat 1 Syawal 1445 atau 10 April 2024 pucuk buah pisang Cavendish di Mare Kabupaten Bone sudah nampak.
Luas lahan kebun disebut mencapai 200 hektar tersebut sebagai area yang sesuai dengan harapan Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin yang menyiapkan Sulsel sebagai daerah penghasil pisang Cavendish di Indonesia.
Laporan yang berbeda itu semacam video pengalaman warga.
Nampak perkebunan pisang yang penuh semak seperti tak terawat, dipenuhi semak belukar dan jauh dari kesan tertata atau rapi layaknya kebun moderen.
“Tadi sore jalan-jalan ke sungai belakang rumah, lewati kebun pisang Cavendish pj Gubernur, Desa Tellongeng Kecamatan Mare Kabupaten Bone,” tulis pengirim video, kita sebut saja Don Edi.
Dia melintas pada sore, Kamis, 11 Aprl 2024.
3 Bulan Lagi Panen
Di Gowa, Tribun Timur mewartakan, pada Maret bulan lalu, Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin mengecek lahan pisang Cavendish Kodim 1409 Gowa di Tamarunang, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Selasa (12/3/2024).
Saat itu, nampak beberapa pohon bahkan ukurannya sudah melewati tinggi Pj Gubernur Bahtiar. Dirinya mengaku tugasnya kini melakukan cek ke lahan-lahan tanaman pisang.
“Tugas kita plan do check, hari ini kita check. Beberapa waktu lalu kita tanam diujung musim kemarau,” jelas Pj Gubernur Bahtiar.
“Kodim Gowa buktikan omongan saya tentang Cavendish sudah mulai terbukti,” lanjutnya.
Melihat pertumbuhan pohon, Bahtiar optimis bisa segera panen perdana. Bahkan beberapa pohon sudah melahirkan anakan pohon pisang Cavendish.Anakan pisang ini kemudian ditanam langsung Pj Gubernur Bahtiar di titik lain.
Targetnya program budidaya pisang cavendish sudah bisa produksi massal ditengah tahun 2024.
Tentang Cavendish
Pisang Cavendish merupakan komoditas buah tropis yang sangat popular di dunia, di Indonesia, pisang ini lebih dikenal dengan sebutan Pisang Ambon Putih.
Pisang Cavendish banyak dikembang biakan menggunakan metode kultur jaringan. Keunggulan bibit pisang hasil kultur jaringan dibandingkan dengan bibit dari anakan adalah bibit kultur jaringan terbebas dari penyakit seperti layu moko akibat Pseudomonas solanacearum dan layu panama akibat Fusarium oxysporum cubense.
Dalam kultur jaringan pisang, sampai saat ini yang banyak dikenal adalah kultur dengan eksplan bonggol.
Pohon Pisang Cavendish mempunyai tinggi batang 2,5 – 3 m dengan warna hijau kehitaman.
Daunnya berwarna hijau tua. Panjang Tandan 60 – 100 cm dengan berat 15 – 30 kg.
Setiap tandan terdiri dari 8 – 13 sisiran dan setiap sisiran ada 12 – 22 buah.
Daging buah dari pisang ini putih kekuningan, rasanya manis agak asam, dan lunak.[2] Kulit buah agak tebal berwarna hijau kekuningan sampai kuning muda halus.
Suhu merupakan faktor utama untuk pertumbuhan tanaman Pisang Cavendish.
Suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah sekitar 27 °C, dan suhu maksimumnya 38 °C.
Tanaman ini tumbuh di daerah tropis dan subtropis, pisang ini tidak dapat tumbuh di dataran tinggi, ketinggian di atas 1600 m dpl.
Kebanyakan pisang tumbuh baik di lahan terbuka, tetapi kelebihan penyinaran akan menyebabkan terbakar-matahati (sunburn).
Tanaman ini juga sangat sensitif terhadap angin kencang karena dapat menyebabkan daunnya rusak dan robek, distorsi tajuk dan merobohkan pohonnya. Untuk pertumbuhan yang optimal, curah hujan yang diperlukan sekitar 200–220 mm, dan kelembapan tanahnya tidak kurang dari 60-70% dari kapasitas lapangan.
Tanah yang paling baik untuk pertumbuhan Pisang Cavendish adalah tanah liat yang dalam dan gembur serta yang memiliki pengeringan dan aerasi yang baik. Tanaman ini toleran terhadap pH 4,5.
Redaksi