PELAKITA.ID – Kali ini bersama sahabat Laith dan Shuaib, kami diajak berkunjung ke kawasan pasar tradisional Mutrah di Kota Muscat. Di laman LonelyPlanet disebut sebagai Murah Souq atau Mutrah Corniche.
Pasar ini disebut sebagai salah satu satu daya tarik utama bagi banyak pelancong yang datang ke Oman.
“Kalau ke sini, berarti sudah sah datang ke Muscat,” kata Laith.
Sosodara, banyak wisatawan datang ke ‘Mutrah Corniche atau Gerbang Mutrah’ ini hanya untuk mengunjungi souq, yang tetap mempertahankan daya tarik pasar tradisional Arab meskipun bertempat di bawah atap kayu modern.
Corniche secara umum adalam penampakan bagian atas bangunan seperti tutup bangunan yang menjorok, seperti tudung tapi dibuat artistik
Di Mutrah, ada banyak toko yang menjual artefak atau karya-karya seni Oman dan India serta beberapa barang antik yang nangkring di antara toko-toko tekstil, perangkat keras, dan perhiasan yang lebih tradisional.
Tawar-menawar bisa meskipun potongannya cenderung kecil. Kartu pembayaran segala jenis diterima di sebagian besar toko, tetapi bawalah uang tunai untuk mendapatkan penawaran yang lebih baik.
Pintu masuk utamanya adalah melalui Corniche, di seberang lampu lalu lintas pejalan kaki. Dari sini, saat kami datang kami menyaksikan tempat parkir yang penuh, laut dan kapal pesiar yang sedang sandar.
Di Mutrah, barang-barang khas yang dijual di souq termasuk mandoo antic, wahana pernikahan dengan paku payung baru yang diturunkan dari Pegunungan Hajar; senapan yang dipilin dengan tali yang digunakan dalam perang Dhofar pada tahun 1970-an; deretan sandal yang melengkapi kostum pria-pria Oman yang menawanm.
Yang menggoada adalah tumpukan frankincense atau kemenyan yang katanya harus mewangi saat dibakar, juga gantungan kunci aneka rupa dan warna. Juga songkok khas Oman dan lain sebagainya.
Juga ada piring saji aluminium untuk shuwa tradisional Oman (domba yang diasinkan yang dimasak dalam oven bawah tanah).
Jika senang kopi, di sana ada banyak kedai kopi tradisional di pintu masuk souq adalah peninggalan langka dari masa lalu dan merupakan tempat pertemuan khusus penduduk setempat terutama bagi para pria lanjut usia.
Oh ya, berhati-hatilah untuk tidak memasuki distrik bersejarah Syiah di Al Lawataya secara tidak sengaja, karena pemukiman ini dikelilingi tembok untuk melindungi privasi penduduk di sini. Sebuah tanda di bawah gapura meminta pengunjung untuk tidak masuk.
Sebelum bergeser ke Masjid Agung Sultan Al Qaboos malam itu, saya dan Imran sempatkan berfoto dengan latar kapal pesiar yang ada di depan Mutrah Souq, kapal yang sepertinya digunakan Sultan Oman berkunjung ke Musandam sepekan kemudian.
Penulis K. Azis