PELAKITA.ID – Tanggal 6 Januari 2024 menjadi Istimewa untuk kami selama berada di Kota Muscat Oman. Pada hari Sabtu itu, seharian kami diajak keliling kota sebelum kembali ke Indonesia.
Berangkat dari Hotel Radisson Panorama, Laith dan Shuaib mengajak kami ke kota tua Muscat, menyusuri jalanan nan lebar hingga ke tepi kota.
Di antara ruas itu, kami ke Bandar Khairan, lalu ke bukit memandangi Kantor Parlemen Oman dari ketinggian, Teluk Oman, lalu bergeser ke Al Jameriah, ke The Ritz Al Bustan Palace, kemudian menyaksikan jejeran mobil-mobil mewah pengunjung.
Dari situ kami menuju Istana Al Alam, atau istana Sultan Oman, His Majesty Sultan Haitam bi Tariq bin Said.
Istana sedang ramai dikunjungi pelancong. Setelah parkir mobil, kami menyusuri jalan, melewati gerbang dan mengarah ke halaman depan istana. Juga menikmat motif atau profil dinding dan atap selasar.
Kawan seperjalanan Imran Lapong merekam pemandangan yang ada sementara Laith dan Shuaib menyaksikan kami dari jauh. Tidak lupa berfoto di depan pagar istana. Di dekat istana bunga aneka warna bermekaran.
Kata Laith, jika ada tamu negara, dipasang karpet panjang mulai dari pintu gerbang sampai ke gerbang istana.
Istana Al Alam biasa disebut Istana Bendera adalah sebuah istana yang terletak di Kota Tua Muscat, Oman. Dulunya digunakan sebagai istana upacara oleh Sultan Qaboos bin Said Al Said, pendahulu Sultan Haitham binTariq.
Istana Al Alam, salah satu dari enam kediaman sultan. Istana ini memiliki sejarah lebih dari 200 tahun, dan dibangun di bawah pengawasan Imam Sultan bin Ahmed, kakek buyut langsung ke-7 Sultan Haitham.
Istana yang ada, yang memiliki fasad berwarna emas dan biru, dibangun kembali sebagai kediaman kerajaan pada tahun 1972. Halaman dalam istana tetap terlarang, namun anggota masyarakat diizinkan untuk berhenti di dekat gerbang dan mengambil foto.
Istana Al Alam dikelilingi oleh Benteng Mirani dan Jalali yang dibangun pada abad ke-16 oleh Portugis.
Sebagai contoh, istana digunakan untuk acara resmi dan menerima pengunjung terhormat. Pada bulan Januari 2012, sultan menerima Ratu Beatrix dari Belanda di Istana Al Alam selama kunjungan kenegaraannya ke Oman.
Arsitektur
Penulis Peter J. Ochs menulis: “Ketika Anda mengunjungi gerbang utama Istana Al Alam, ini tidak seperti ibu kota lain yang pernah Anda kunjungi. Istana itu sendiri elegan namun desainnya sederhana, tidak seperti bangunan megah di ibu kota lainnya”.
Al Alam didesain dengan elegan, ia menampilkan banyak permukaan marmer yang sangat halus. Gedung-gedung pemerintahan di sekitarnya berwarna putih, dengan atap bergerigi dan balkon kayu bergaya tradisional Oman.
Meskipun pada dasarnya merupakan istana seremonial, terdapat vila tamu di istana yang dilengkapi dengan kolam renang, spa, dan taman berdinding sendiri.
Kurang lebih tiga puluh 20 menit menikmati atau berwisata di bagian depan Al Alam, kami kemudian memutar menuju bagian belakang, atau di tepi laut.
Di sini nampak tiga kastil atau menara benteng. Laith mengajak kami menikmati Karak Tea dan sandwich sembari memandangi matahari beranjak ke peraduan. Dari sini lalu kami bergeser ke Pasar Matrah.
“Kalau ke Muscat, tanpa berkunjung ke Pasar Matrah, rasanya belum lengkap,” ucap Laith Al Harthy yang sungguh baik mengantar kami seharian.
Penulis: K. Azis