PELAKITA.ID – PT Vale Indonesia Tbk memberikan atensi yang besar bagi tumbuh kembangnya organisasi usaha berbasis desa terutama di kawasan operasi tambang seperti Bumdes dan Bumdesma.
Hal tersebut disampaikan Laode Muhammad Ichman, Senior Coordinator PMDM and Strategy PT Vale terkait urgensi penguatan kapasitas pada tiga Bumdes, yaitu Bumdes dari Loeha, Mahalona dan Ranteangin.
“Saat ini kiita sedang membahas kondisi kelembagaan Bumdes dengan pengurus pada tiga desa. Meliputi struktur, personalia, status kantor, serta perlu tidaknya orientasi berkaitan pemahaman Bumdes demi menjawab kebutuhan masa depan Bumdes,” sebut Ichman.
Sejauh ini, lanjut Ichman, pihaknya telah memfasililtasi beberapa kegiatan terkait Bumdes.
“Seperti studi tiru di beberapa lokasi berhasil dalam pengembangan usaha berbasis desa, telah menggelar pelatihan kerjasama kelompok, team building, dan penjajakan lapangan bersama tim COMMIT Foundation,” imbuhnya.
“Kemarin telah dilaksanakan penjajakan lapangan di Loeha dan sekitarnya dan hari ini kita diskusikan langkah-langkah srategis berikutnya,” ujar Ichman.
Menurut Ichman, sangat penting agar Bumdes dapat berbenah dengan memastikan kesiapan dan manajemen operasionalnya, termasuk di dalam mendukung penyediaan arsip kegiatan bisnis dan pemantapan komunikasi publik.
“Ke depan, peluang usaha Bumdes sangat terbuka luas, potensi desa sungguh besar, inilah alasan mengapa Bumdes harus antisipatif melalui pengembangan kapasitas dan proyeksi usahanya,” ucapnya.
Ichman menyampaikan itu saat memberi tanggapan atas pelaksanaan Focus Group Discussion yang digelar bersama pihaknya dengan tenaga ahli dari COMMIT Foundation serta perwakilan Bumdes dari tiga desa, Otuno Room Sorowako, Minggu, 12/3/2023.
Tenaga ahli COMMIT, Andi Yudha Yunus menyatakan, saat ini berdasarkan hasil observasi desa dan wawancara dengan beberapa pihak terkait Bumdes maka diperoleh informasi bahwa kapasitas Bumdes yang ada berbeda-beda.
“Ada yang sudah lengkap strukturnya, ada yang sudah punya kantor, ada yang pengurusnya sudah terlatih namun ada pula yang masih perlu peningkatan kapasitas,” jelasnya.
“Itu artinya, strategi tidak boleh sama, tapi berbeda sesuai kondisinya,” tambahnya.
“Hari ini kita mereview kapasitas masing-masing Bumdes. Ada yang sudah punya kegiatan usaha seperti jual beli atau pendisitribusian air minum, catering, bahkan penyewaan bus dan Combine untuk panen padi,” ungkap Yudha.
Yudha mengapresiasi konsistensi Pemerintah di tiga desa yang tetap komitmen dalam pengalokasian anggaran untuk Bumdes.
“Ini potensi yang baik untuk pengembangan ekonomi desa atau kawasan secara umum,” sebutnya.
Sementara Andi Baso Temmanengnga, tenaga ahli Bumdes COMMIT menyebut selain identifikasi kapasitas, analisis isu atau gapnya maka yang sangat mendesak saat inilah adanya Standard Operation Procedure (SOP).
“SOP ini penting agar bisa mengikat, memandu dan mengendalikan aktivitas organisasi. SOP ini meliputi hal-hal rinci seperti rekrutmen personal, penggunaan dana, penggunaan sarana prasarana hingga kerjasama usaha,” terang Baso.
“SOP ini penting supaya muncul transparasi, akuntabilitas dan adanya kepercayaan bagi Bumdes,” jelas Baso. “Bagaimana pun Bumdes adalah pootensi kelembagaan desa, warga desa berharap ada manfaat untuk desa mereka,” tambahnya.
Pada FGD tersebut hadir pewakilan Bumdes Loeha Helmi Saputri, yang merupakan direktur dan Andi Asman Mansur.
Dari Bumdes Mahalona Asih Ulum Sari, dan sekretaris Ira Agustin sementara dari Bumdes Ranteangin adalah bendaharanya, Ayu Pratiwi.
Hadir pula Kamaruddin Azis dari COMMIT serta Haerul dan Febby Alamako dari tim PT Vale. (KAS)