PELAKITA.ID – Menanggapi rencana pemerintah yang akan menaikkan harga bahan bakar minyah (BBM) untuk menjaga APBN agat tidak jebol akibat membengkaknya subsidi listrik dan BBM, pemerintah diminta menggencarkan edukasi penghematan penggunaan BBM dan menekan pemborosan yang selama ini masih tinggi.
“Sebelum cabut subsidi BBM, pemerintah harus memastikan edukasi penghematan dan menekan pemborosan BBM itu berjalan efektif ditengah masyarakat. Terutama bagi kendaraan pribadi dan masyarakat diberikan alternatif moda transportasi publik yang nyaman,” ujar Ir.Andi Razak Wawo, alumni Universitas Hasanuddin (Unhas) yang juga praktisi migas saat dihubungi via chat Whattap (WA), Rabu (31/8) di Jakarta.
Sebelumnya, para mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahsiswa Islam (HMI) secara serentak di Indonesia melakukan aksi unjuk rasa mentang rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM karena akan menyulitkan dan memukul kondisi ekonomi masyarakat lapis bawah yang baru saja keluar dari pandemi Covid-19.
Puang Bro saat podcast dengan Pakar Pertahanan Laksamana (Pertama) Dr Abdul Rivai Rass (Universitas Pertahanan)
Menurut Razak yang juga Ketua FA-PETISI (Forum Alumni Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia) serta kerap disapa Puang Bro ini, pemborosan energi khususnya bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi selama ini akan memperburuk citra Indonesia dan merusak postur APBN sehingga Indonesia akan mendapatkan respon negatif dari investor.
“Sebesar apapun subsidi BBM yang dikeluarkan pemerintah jika tidak ada penghematan dan menekan pemborosan maka tidak akan banyak menolong defisit APBN kita,” tegas mantan Ketua IKA Unhas Jabodetabek.
Tercatat, konsumsi BBM Pertalite sampai Juli 2022 sudah mencapai 16,8 juta kilo liter (KL) atau setara dengan 73,04 persen dari total kuota yang ditetapkan sebesar 23 juta KL dan tersisanya hanya 6,2 KL.
Oleh karena itu, lanjut razak, masyarakat dan termasuk pelaku UMKM harus mulai melakukan upaya penghematan energi. Ia menyesalkan masyarakat di tanah air belum sepenuhnya menyadari pentingnya menerapkan gaya hidup hemat energi.
“Di luar negeri, masyarakat selalu berhitung dulu sebelum ke mall, berapa BBM yang dikeluarkan untuk sebuah perjalanan. Tapi di Indonesia, orang tidak pernah berpikir panjang, begitu ingin pergi ambil kunci langsung berangkat,” katanya.
Akibatnya tingkat pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia semakin tinggi dari tahun ke tahun menyebabkan konsumsi BBM yang melonjak signifikan.
“Kalau gaya hidup seperti ini tidak direm maka konsumsi BBM kita makin membesar tiap tahun,” jelasnya.
Ia setuju APBN harus disehatkan agar pertumbuhan ekonomi membaik sehingga investor tertarik masuk mendorong lebih banyaknya kesempatan berusaha. Hanya saja, menurutnya, Pertamina (Persero)untung.
“Tapi kenapa harga BBM harus naik, mestinya malah turun. Sebaiknya Pertamina transparan dan BBM kan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah dan sangat rentan pengaruhnya terhadap kenaikan harga bahan-bahan pokok seperti sembako yang bisa memicu kenaikan inflasi,” lanjutnya,
“Perlu dilakukan efisiensi kebijakan fiskal yang lebih bagus dan subsidi BBM harus diefisiensi agar bisa dipergunakan kembali untuk rakyat miskin dan tepat sasaran,” pungkasnya. (RM)