PELAKITA.ID – Sekolah Politik Perempuan Maupe (SPPM) menggelar coaching (pemanduan) dan review (penilaian) modul.
Sejak pendiriannya pada 2012, SPPM telah mengkader kurang lebih 500 alumni baik yang mengikuti kelas dasar maupun kelas lanjutan dalam wilayah Kabupaten Maros.
Coaching dan review digelar selama empat hari yaitu dari tanggal 28 hingga 31 Julir 2024.
Menurut Agusnawati dari Yayasan Maupe, kegiatan digelar untuk memperluas jangkauan wilayah siswa SPPM ke depan maka penguatan kapasitas bagi alumni kelas lanjutan dilaksanakan untuk menjalankan peran sebagai fasilitator pelatihan khususnya pada kelas dasar di berbagai desa yang belum terjangkau selama ini.
“Melalui kerjasama dengan DP3A Kabupaten Maros, SPPM Maros melaksanakan coaching bagi 25 orang alumni siswa pendidikan lanjutan selama 2 hari yakni tanggal 29 hingga 30 Juli 2024,” ungkapnya.
Ditambahkan, sehari sebelum kegiatan coaching diadakan persiapan oleh Tim Fasilitator dan panitia pada tanggal 28 Juli 2024. Kemudian dilanjutkan review modul pada tanggal 31 Juli 2024.
Kedua kegiatan tersebut dilaksanakan di Gedung Diklat Badan Kepegawaian Daerah Maros.
Beberapa materi penguatan yang disajikan antara lain teknik kefasilitatoran dan kerelawanan, manajemen pelatihan dan kelas, pendidikan orang dewasa (POD) dan metode dan teknik pelatihan/pembelajaran dan terakhir simulasi micro teaching.
Sementara review modul dilakukan untuk melihat kembali materi yang masih relevan diterapkan saat ini untuk pencapaian visi SPPM Berdaya Saing tahun 2029.
Modul yang digunakan adalah modul yang disusun pada tahun 2014 kemudian direvisi pada tahun 2016 oleh Tim Penyusun Modul dari Yayasan MAUPE Maros didukung oleh TIFA Foundation.
Menurut Agusnawati, berbagai topik dalam modul tersebut yang direview.
“Antara lain Gender dan Hak Asasi Perempuan, Kepemimpinan dan Kefasilitatoran, Politik dan Demokrasi, Legislasi Daerah, Komunikasi, Advokasi, Analisis Sosial, Managemen Pelatihan/Kelas, perencanaan desa dan kelurahan,” ucapnya.
Sementara itu, Andi Irdan AB, salah seorang fasilitator kegiatan, alumni SPPM tersebut yang selama ini lebih banyak bekerja di area domestik sekarang sudah banyak menempati berbagai peran di ruang publik.
“Baik di level desa seperti ketua dan anggota BPD, Kades, Kader Kesehatan, PKK maupun di level Kecamatan dan Kabupaten seperti Panitia Pemungutan Suara, Pengawas Pemilu, dan Komisi Pemilihan Umum (KPU),” ucapnya.
Meski demikian, lanjut Irdan, peran di ruang domestik tidak ditinggalkan sama sekali bahkan menjadi pondasi bagaimana pemahaman dan praktek kesetaraan gender dibangun dalam keluarga.
“Apalagi menghadapi situasi keluarga yang masih kental menganut budaya patriarki, sehingga perubahan mind set masih membutuhkan waktu dan sikap sabar bagi alumni SPPM,” tambahnya.
Dia menyebut, tidak sedikit alumni SPPM yang mengalami dinamika dalam membangun rumah tangga karena kekeliruan memahami dan mengkomunikasikan pemahaman terkait kesetaraan gender.
Terkait itu, Andi Imran Nurdin, salah satu pendiri Yayasan Maupe yang hadir sebagai fasilitator menambahkan, untuk konteks saat ini, gerakan perempuan khususnya di Maros lebih mendorong kebijakan publik yang inklusif dengan memperhatikan hak-hak perempuan, anak, lansia dan penyandang disabilitas.
“Berbagai forum yang ada diharapkan dapat berperan aktif menyuarakan dan mengawal aspirasinya mulai level desa sampai kabupaten seperti Musrenbang desa/Kelurahan, kecamata dan kabupaten,” kata dia.
“Kemudian Musrenbang anak dan perempuan yang sudah disiapkan oleh pemerintah saat ini sebagai wadah menyerap aspirasi,” sebutnya.
“Oleh karena itu kapasitas siswa SPPM harus lebih ditingkatkan untuk mengisi ruang-ruang seperti itu agar kualitas aspirasi yang disampaikan juga semakin baik,” jelasnya.
Tim fasiltator Yayasan Maupe yang memfasilitasi kegiatancoaching dan review modul selama 3 hari adalah Agusnawati, Andi Irdan AB, Andi Imran Nurdin, Meylani Rajaloa dan Jumardi Lanta.
Penulis: Jumardi Lanta