Aminuddin Syam Jadi Guru Besar, Ni’matullah Sebut Buah ‘Mattunru-tunru’

  • Whatsapp
Prof Aminuddin Syam dan Ni'matullah RB (dok: Istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Unhas bertambah tiga guru besar pada 24 Januari 2024. Mereka Prof. Aminuddin Syam, Prof Masni dan Prof Muhammad Saleh.

Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas mengetengahkan mereka di depan Rapat Paripurna Senat Akademik terbatas untuk upacara Penerimaan Jabatan Profesor baru di bidang Ilmu Pendidikan Gizi, Biostatistik, serta Ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Read More

Informasi itu penulis peroleh dari foto yang dibagikan H. Ni’matullah RB, wakil ketua DPRD Sulsel via whatsapp.

Ketua DPD Partai Demokrat Sulsel itu baru saja pulang dari pengukuhan salah satu teman terbaiknya semasa kuliah dan aktif di organisasi pergerakan mahasiswa Unhas tahun 80-an akhir hingga awal tahun 90-an. Dia Aminuddin Syam.

Dari kantor Bappeda Sulsel, penulis menuju ruang kerja Ni’matullah.

Dari dialah penulis mendengarkan sejumlah kisah inspiratif a tentang pertemanannya dengan beberapa aktivis Unhas termasuk Aminuddin itu.

Menurut Ulla, begitu sapaannya, Aminuddin Syam adalah sosok aktivis Unhas yang gigih, ulet, pekerja keras.

“Dia dari kalangan warga biasa yang pekerja keras, orang Bugis bilang mattunru-tunru, attojeng-tojeng nakana Mangkasaraka – kata orang Makassar. Dia masuk kategori pekerja keras dari Bone,” ucap Ulla.

Mattunru-tunru, kata Ulla, syarat utama di bangku pendidikan.

“Bisa saja kua biasa saja, kemampuan akademikmu biasa saja, tapi kalau kau tojeng-tojeng, jadiko itu,” jelasnya.

“Aminuddin jadi guru besar pantas,itu  buah dari mattunru-tunru-nya,” sebutnya. 

Politisi kawakan asal Pangkep itu mengaku kenal sejak di kampus Unhas. Amin di FKM, di FE Unhas.

“Kenalnya di kampus, dia kan dari Bone, mahasiswa biasa, warga biasa tapi dia pernah ketua senat FKM pertama, saya satu periode di Senat Mahasiswa Universitas Hasanuddin lalu dia mencalonkan diri,” ucap pria yang berpredikat Sarjana Akuntansi ini.

“Dia itu serius orangnya,” imbuh Caleg dari Dapil 2 Sulawesi Selatan untuk DPR Ri ini.

Bagi Ulla, Aminuddin adalah tipe Bugis-Makassar yang kalau bilang tidak, maka tidaklah itu.

“Kalau nabilang tidak, tidak mantong  Jangko passai. Intensitas interaksi kami saat di HMI, kami seumuran,” lanjut pria yang juga akrab disapa KB atau Ketua Besar ini.

Ni’matullah bersama kawan seperjuangan Aminuddin Syam merayakan predikaat Guru Besar (dok: Istimewa)

Kesan Ulla pada Aminuddin saat menjadi mahasiswa dan menggeluti profesi sebagai tenaga akademik di Unhas adalah sikap mentalnya yang sangat independen.

“Baguslah jadi rujukan bagi adik-adik, jadi teman dan kau lihat sendiri bagaimana sikapnya toh,” tambahnya.

Di jejak pertemanan dan interaksi yang Ulla sebagai ‘kedekatan saudara’, dia menyebut selain Aminuddin Syam, ada sosok Andi Yaqkin Padjalangi.

Dengan menyungging senyum, Ulla menyatakan, di Sulsel ini yang bisa suruh atau perintah-perintah Aminuddin hanya ada dua.

“Hanya saya dan Yaqkin,” sebutnya sembari menyungging senyum dan megisap rokoknya dalam-dalam.

Penulis bersama kolega Aminuddin Syam bersukacita di Warkop Daeng Anas( (dok: Istimewa)

“Saya sebut demikian supaya kau tahu, interaksi yang bagi saya perlu dirawat terus, jaga. Saya punya pengalaman banyak sekali tentang itu. Jika ada konflik, baku tahu dan baku jaga ki bos,” ujar dia.

Dia mengaku ada banyak cerita tentang menjadi politisi dengan Andi Yaqkin Padjalangi.

“Kami sama-sama ketua komisi, kau bisa bayangkan bagaimana dinamikanya di ruang rapat akrab tetapi harus nampak tegas di depan forum,” sebutnya.

“Kalau ada sidang, saat komisi diminta bicara, kalau sayami itu bicara, berhentimi Yaqkin, mannamamo ma’noko’ noko’, begitu sebaliknya,” kenang Ulla.

“Sama dengan Aminuddin Syam, kalau kau lihat mereka diam-diam itu, bukan berarti dia bukan tipe yang tidak suka berang atau tidak bisa marah,” ucap Ulla terhadap kedua temannya itu.

Tentang leadership dan koitmen Aminuddin untuk Unhas, Ulla menilai sukses sebagai dekan di Unhas.

“Menjadi dekan dia sangat baik, program FKM sangat bagus, itu juga berarti bahwa dia diterima di kalangannya di FKM,” tambahnya.

“Kalau ada sesuatu yang dia mau kerjakan jangko larangi. Atau sebaliknya, kalau tidak suka, dia tidak akan mau kerjakan, biar dia Rektor yang suruh,” katanya.

Satu hal yang Ulla sebut sebagai ‘komitmen bertiga’ mereka adalah tentang sikap merespon atau mengelola pertentangan atau konflik.

“Kalau bertengkar jangan laloko di depan adik-adikmu. Jangan di depan forum. Jangan tunjukkan sama orang-orang kalau kalian berbeda pendapat, dan berbeda posisi, biar tidak ada orang tahu, cukup kalian saja,” beber Ulla.

Desain Pelakita.ID

Dirayakan aktivis

Dari ruang kerja Ni’matullah, penulis ke Warkop Daeng Anas Jalan Faisal VII.

Di Daeng Anas sudah ada Salahuddin Alam, Muhammad Sapri Pamulu, Prof Amran Razak, Sakkir Hanafi Anshar Rahman, Askari Uda Azis,, Andi Muhammad Yusuf, Andi Ilham Paulangi, Suharman Ammang, Kahar Gani, hingga Mulawarman.

Sapri Pamulu, Antek yang juga kerabat dekat Aminuddin Syam ini jauh-jauh dari Jakarta demi menghadiri pengukuhan tersebut. Inilah simbol kedekatan mereka.  Pisang goreng, buroncong, kopi, teh jadi peneman.

Nama-nama itu, seperti Ulla, juga merayakan keberhasilan Aminuddin Syam meraih gelar guru besar di FKM Unhas.

Pengukuhan dihadiri oleh Rektor Unhas, Jamaluddin Jompa beserta jajaran pimpinan universitas, Dewan Professor, dan tamu undangan. Hadir keluarga besar para professor yang diukuhkan juga turut hadir termasuk nama-nama di atas yang merupakan pentolan aktivis Unhas di masanya.

 

Penulis: Denun

 

 

 

Related posts