PELAKITA.ID – Social Investment Indonesia (SII) menggelar Social Invesment Forum (ISIF) ke-8 di The Westin Resort Nusa Duan Bali, 13-14 Desember 2023.
Kegiatan ini mengangkat tema kselerasi Pencapaian SDGs Pasca Covid-19, di Indonesia.
Sesuai dengan rilis yang dibagikan panitia, SDGs atau Sustainable Development Goals – SDG’, merupakan komitmen global yang telah disepakati pada Sidang Umum Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) pada September 2015.
Ini merupakan agenda lanjutan SDGs Annual Conference 2023 yang diselenggarakan oleh Bappenas RI. Didedikasikan untuk menyebarkan pengetahuan, pemahaman, paradigma, konsep dan praktik terdepan investasi sosial.
ISIF 2023 diikuti 170 peserta berasal dari kalangan bisnis dan dunia usaha yang beroperasi di Indonesia beserta para pemangku kepentingannya, baik dari perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, instansi pemerintah dan masyarakat.
Targetnya peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat, keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, kualitas lingkungan hidup dan pembangunan yang menjamin keadilan dan terlaksananya tata kelola untuk periode tahun 2016 sampai dengan tahun 2030.
Berdasarkan SDGs Progress Report 2023 oleh UNESCAP diperoleh informasi progress SDGs di Asia Pasifik dan Asia Tenggara baru mencapai 14,4 persen.
Diperkirakan 90 persen target SDGs tidak akan bisa dicapai pada 2030 dan diperlukan 42 tahun lagi untuk mencapai SDGs.
Untuk ASEAN masih terdapat gap yang tinggi, antara negara yang progresif dan negara yang tertinggal.
Pada tahun 2015 – 2019, skor indeks global bergerak naik dengan poin rata – rata 0,5 per tahunnya. Namun, sejak 2019, skor indeks menurun dan bergerak dengan poin rata – rata 0,01, yang dipacu oleh Pandemi Covid-19.
Menariknya, skor indeks dan peringkat Indonesia mengalami tren naik. Pada tahun 2022, nilai skor indeks Indonesia naik menjadi 70,2 dan menempati peringkat ke-75 dari 166 negara.
Penjelasan Bappenas
Pencapaian SDGsdi Indonesia, menurut Kepala Seknas SDGs Bappenas RI Dr. Pungkas Bajuri Ali data BAPPENAS, 63 persen dari total 216 indikator rencana aksi program SDGs periode 2021-2024 telah tercapai.
Hanya saja, menurutnya, angka tersebut masih belum mendorong kemajuan pencapaian SDGs di tingkat regional mengingat development gap yang masih cukup tinggi.
”Diperlukan kerja kolektif untuk mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs),” ungkapnya.
Ia menunjuk latar belakang SDGs Summit dalam rangkaian Sidang Umum PBB 2023 di New York, Amerika Serikat, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengingatkan, hanya 15 persen target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang sesuai dengan jalur.
Sebelumnya, dalam Forum Asia-Pasifik tentang Pembangunan Berkelanjutan (APFSD) di Bangkok, Thailand, Komisi Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Asia dan Pasifik (ESCAP) menyatakan bahwa wilayah Asia-Pasifik tertinggal 35 tahun dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).
Diisampaikan pula bahwa pada tingkat global, Susutainable Development Report 2023 menunjukkan Indonesia berada di peringkat ke-75 dunia.
“Ini naik signifikan dibandingkan dengan empat tahun lalu di peringkat ke-102.,” ujarnya.
Pada tingikatan itu, skor Indeks SDGs Indonesia meningkat dari 64,2 pada tahun 2019 menjadi 70,2 pada 2023.
Di tingkat Nasional, capaian SDGs nasional pada 2023 menunjukkan 76 persen indikator SDGs di Indonesia telah tercapai dan mengalami kemajuan, terdiri atas 60 persen target tercapai dan 16 persen akan tercapai.
Di tingkat global, Sustainable Development Report 2023 menunjukkan Indonesia berada di peringkat ke-75 dunia, naik signifikan dibandingkan dengan empat tahun lalu di peringkat ke-102.
Skor Indeks SDGs Indonesia meningkat dari 64,2 pada tahun 2019 menjadi 70,2 pada 2023.
Di tingkat Nasional, capaian SDGs nasional pada 2023 menunjukkan 76 persen indikator SDGs di Indonesia telah tercapai dan mengalami kemajuan, terdiri atas 60 persen target tercapai dan 16 persen akan tercapai
Informais tersebut diperoleh dalam sesi konferensi pers, Pungkas memberikan penjelasan didampingi Managing Director SII Fajar Kurniawan) dan Pitono Nugroho (SII).
Disampaikan, seusai pandemi Covid-19, Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan dalam mengejar target SDGs.
“Seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, energi, air, dan polusi, serta meningkatnya kebutuhan pembiayaan.
”Revisi Peta Jalan SDGs Indonesia menunjukkan peningkatan kebutuhan pembiayaan untuk mencapai SDGs pada 2030, dari 1 triliun dollar AS menjadi 1,7 triliun dollar AS,” tambahnya.
Pencapaian target SDGs membutuhkan kerja sama yang berkelanjutan dari semua pihak, baik pemerintah maupun para pemangku kepentingan.
“Kerja sama tersebut juga harus didukung berbagai instrumen pendanaan inovatif yang melibatkan sektor swasta, filantropi, dan investor demi tercapainya transformasi pembangunan,” tegasnya.
Terkait itu, Pitono menyebut akselerasi termasuk mengarahkan penggunaan dana CSR agar memiliki impact positif dalam sosial invesment.
“Dari sisi kualitas, CSR itu bukan hanya sekadar disalurkan, tapi harus punya impact atau manfaat bagi masyarakat,” kuncinya.
Redaksi