PELAKITA.ID – Alumni Perikanan Universitas Hasanuddin angkatan 90, Muh Taswin Munir membagikan pengalamannya sebagai akademisi sekaligus profesional pada Bincang Daring WAG Kolaborasi Alumni Unhas (KAU) bertema Arah Pergerakan Mahasiswa, Jejaring Alumni dan Tantangan Unhas bersama Prof JJ, 29/3/2023.
Poin pertama yang disampaikan adalah tidak betul bahwa jika mahasiswa menjadi sering bermasalah seperti tawuran dan karena terkait dengan realitas ‘dosen sibuk’, atau ada beben kerja, karena sertifikasi sebab di kampus lain juga sama.
Meski demikain, dia melihat Unhas punya masalah besar pada tawuran itu sebab di beberapa kampus lain telah berkurang.
Dia melihat probelmarika tawuran ini berkaitan pada konteks ada masalah jarak ‘pra kolobial, kolonial dan Gen Z’. “Cara belajar dan interaksi beda,” ujarnya. Mahasiswa Unhas perlu dilihat pada seberapa interaktif mereka pada situasi di sekitarnya juga trend.
Taswin membaca ada peluang untuk memperbaiki apa yang menjadi masalah di Unhas tentang bagaimana mahasiswa bisa meningkat kepercayaan dirinya.
“Juga alumninya apalagi sejak IKA Unhas menggeliat sejak tahun lalu dengan kepemimpinan baru.”
Dia mencontohkan bagaimana alumni bisa menjadi lebih bangga menunjukkan tempat dimana dia eksis sebagai alumni (seperti IKA Perikanan) ketimbang menggunakan nama lembaga diamana dia bekerja karena petimbangan itu.
“Lebih bangga dan membangun kepercayaan diri,” sebutnya terkait misalnya mengapa dia menjadikan nama IKA ketimbang kampus di mana dia bekerja. Dia mengaitkan tu saat menjadi bagian dalam mereview UU Cipta Kerja yang selama ini dianggap bersoal.
“Jadi narasumber di Komisi 3 DPR RI untuk revisi Pasal 32 UUCK, berkaitan lingkungan hidup,” jelasnya.
Dia juga menyebut saat ini ada alumni Unhas yang magang di Kementerian tempat dia menjadi konsultan dan mendapat renumerasi yang lebih dari cukup sebagai gambaran bahwa alumni atau mahaaiswa Unhas bisa selevel dengan yang dari UGM, Unpad atau UI.
“Mahasiswa dan alumni kita bisa selevel dengan kampus lain itu,” ucap dia.
Bagi Taswin, praktisi yang bekerja di lembaga-lembaga pengabdian, seperti LSM atau seperti apa yang dia lakukan saat ini adalah bagaimana untuk segera memperbanyak memanggil dosen-dosen dari Unhas.
“Menurut saya, perubahan mindset tidak harus dengan uang atau semata demi uang, tetapi untuk kepentingan pada jangka panjang,” sebutnya terkait bagaimana pertukaran pengalaman, berbagi kesempatan kerja, penguatan jejaring alumni, mahasiswa bahkan dosen.
Motif menyebut mindset dan uang itu sebagai unsur yang tak selalu menjadi motif berpartisipasi sebab menurut Taswin, mendapat kesempatan berkontribusi, maknanya sudah luar biasa ketimbang keuntungan materil.
Dia juga tidak setuju jika ada larangan alumni masuk kampus Unhas. Perlu menghilangkan kesan ‘cara berpikir kata tempurung.”
Tentang Taswin
Muhammad Taswin Munier saat ini bekerja untuk The Global Green Growth Institute (GGGI) di Jakarta. Dia spesialis Kebijakan Lingkungan untuk Indonesia.
Dia bertanggung jawab untuk memastikan bahwa perangkat perlindungan lingkungan, terutama penilaian lingkungan strategis, diterapkan dalam rencana pembangunan dan tata ruang Indonesia, dan dokumen perencanaan lainnya di tingkat nasional dan daerah, sebagai bagian dari strategi pembangunan hijau.
Taswin, berpengalaman sebagai konsultan, membantu Pemerintah Indonesia dalam menyiapkan rencana kerja dan rencana implementasi instrumen perlindungan lingkungan dan ekonomi untuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Pengalamannya sebelumnya pada Program Dukungan Lingkungan (ESP) yang didukung Pemerintah Denmark, tentang pengelolaan lingkungan serta energi baru dan terbarukan. Dia pernah sebagai spesialis program di Kantor Lingkungan USAID Indonesia, dan di WWF Indonesia terkait Coral Triangle Initiative di kawasan Asia-Pasifik.
Di waktu luangnya, Taswin atau biasa disapa Daeng Taba ini kerap olahraga bersepeda, jogging, menonton film, dan memasak.
Editor: K. Azis