PELAKITA.ID – Data FAO 2022 menunjukkan Indonesia sebagai kontributor produk akuakultur utama di dunia atau menempati peringkat kedua, setelah China sebagai produsen di tingkat global dengan volume produksi sebesar 14,8 juta ton.
Akuakultur bagi Indonesia berperan sangat penting dalam tiga hal yakni perolehan devisa negara, lapangan kerja bagi sekitar 2 juta pembudidaya ikan dan sumber pangan protein bagi masyarakat.
Demi mewujudkan kebangkitan industri udang nasional, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kemenko Marves, menggelar “National Shrimp Action Forum 2022 (NSAF 2022). Menko Marves Luhut B. Pandjaitan mengawal proses forum.
Menurut Luhut, forum ini sebagai wadah kolaborasi dan konsolidasi aksi lintas sektorr, memperkuat komitmen antar segenap pelaku pembangunan terkait, untuk mewujudkan kebangkitan industri udang nasional.
“Saat ini semua komponen bangsa diarahkan untuk saling bersinergi bersama dalam upaya membangkitkan perekonomian nasional pasca pandemi Covid-19. Untuk itu pemerintah berusaha untuk mendorong pemulihan ekonomi, terutama di sektor-sektor ekonomi produktif, termasuk sektor perikanan,” kata Menteri Luhut, 26/20/2022.
LBP menegaskan dalam pembangunan yang berbasis pendayagunaan sumberdaya alam berkelanjutan. Potensi sangat besar bidang perikanan perlu terus genjot dari aspek produktivitas dan nilai tambahnya.
“Pemerintah secara konsisten mendorong akselerasi produksi udang untuk mencapai target 2 juta ton pada akhir tahun 2024 dengan peningkatan nilai ekspor sampai 250 persen. Dengan peningkatan tersebut Indonesia diharapkan dapat masuk ke dalam top five eksportir perikanan dunia. Upaya ini sudah barang tentu bukan hal mudah tapi tidak berarti tidak mungkin,” jelasnya.
Terkait itu, Menko Luhut menjelaskan bahwa pemerintah dalam hal ini perlu memperkuat kedua aspek penting Industrialisasi udang.
“Yaitu hulunisasi dengan pengembangan kapasitas, kualitas dan produktivitas usaha hatchery dan tambak, serta hilirisasi dengan pengembangan produk olahan bernilai tambah, diversifikasi produk perikanan untuk bisa masuk ke pasar-pasar regional dan global secara kompetitif, penetrasi ke pasar-pasar baru yang potensial, mengingat kebutuhan pangan berbasis laut saat ini semakin meningkat,” paparnya.
Beberapa hal yang perlu dibenahi menurut Luhut adalah perbaikan sistem produksi di hulu, kemudahan perizinan, dukungan infrastruktur produksi, irigasi dan sistem logistik perikanan yang efisien, skema perkreditan yang mudah dan murah.
“Termasuk tata kelola yang transparan dan akuntabel serta inovasi teknologi dan manajemen, didukung afirmasi kebijakan dan regulasi di pusat dan daerah,” imbuhnya.
“Saya harap semua K/L dan instansi terkait untuk bisa saling memperkuat sinergi dan kolaborasi untuk kebangkitan industri udang nasional dan kepada kalangan perbankan, institusi penegak hukum, para akademisi, pemerintah daerah,” harapnya.
“Agar dapat mendukung kebangkitan industri udang nasional ini dengan peran yang proaktif, pemberian skema kredit yang mudah, pemenuhan kepatuhan hukum yang tepat, sehingga kegiatan usaha dapat secara produktif dijalankan, terbangun iklim usaha yang kondusif untuk investasi udang nasional,” jelasnya.
Forum ini diikuti juga oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono yang mengungkapkan bahwa dalam upaya meningkatkan produksi udang nasional, KKP memiliki tiga strategi.
“Diawali dengan melakukan evaluasi tambak udang existing, merevitalisasi tambak udang tradisional, serta membangun tambak udang modeling skala industri di beberapa titik di Indonesia sesuai konsep pendekatan hulu dan hilir dalam satu kawasan industri atau kawasan ekonomi,” sebutnya.
Konsep pendekatan hulu-hilir menurut Sakti meliputi hatchery, pabrik pakan, on-farm budidaya udang, pengolahan hasil budidaya, proses pengemasan, pabrik es, hingga pabrik kemasan yang berada dalam satu kawasan.
“Dengan demikian, kegiatan ekonomi yang dihasilkan lebih besar dan memberikan peluang usaha yang lebih beragam lagi kepada masyarakat,” ujarnya.
Plt. Deputi Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Mochammad Firman Hidayat menambahkan, pengembangan industri udang nasional yang diejawantahkan dalam revitalisasi dan akselerasi produksi dan ekspor merupakan prioritas nasional yang telah dijabarkan dalam RPJMN 2020 2024 sebagai salah satu Proyek Prioritas Strategis (Major Project).
“Untuk itu, mengingat hal ini telah menjadi Prioritas Nasional, maka upaya pencapaian target-targetnya membutuhkan peran lintas pelaku terkait secara penuh. Kami catat ada sekitar 20 K/L dan institusi lainnya yang terkait langsung dan tergabung dalam Pokja Nasional Peningkatan Produksi Industri Udang 2022-2024,” jelasnya.
Forum ini dihadiri oleh berbagai pihak unsur Pemerintah Pusat dan daerah, pelaku industri, pakar dan periset budidaya udang nasional.
Editor: K. Azis