PELAKITA.ID – Komunitas Penikmat Kopi di Kota Benteng Kabupaten Selayar akan menggelar diskusi terbuka terkait isu destructive fishing atau praktik perikanan merusak yang masih ramai dibicarakan warga di Kabupaten Kepulauan Selayar.
Diskusi bertajuk “Masih adakah bom ikan di meja makan kita?” akan dilaksanakan melalui zoom meeting pada Sabtu, 11 Juni 2022, pukul 15.00 WITA.
Insiator diskusi Syamsul Bahri Daeng Cambang mengatakan diskusi tersebut ditujukan untuk mencari jalan keluar atau solusi bersama mengenai fakta, tantangan dan penanganan destructive fishing.
“Sekadar bincang lepas. Terkait soal destructive fishing di perairan Kepulauan Selayar seperti apa, dan apa solusi untuk nelayan kita agar bisa lepas dari perilaku itu,” tutur Daeng Cambang, Senin (6/6/2022).
Menurutnya persoalan destructive fishing telah menjadi pembicaraan lama yang berlarut-larut oleh masyarakat di Kepulauan Selayar, baik dari pegiat lingkungan maupun organisasi non pemerintah terkait.
“Sejak tahun 2015 destructive fishing terus-terusan menjadi pembicaraan kita, dan belum ada solusi atas persoalan ini. Kita harapkan dengan adanya kegiatan ini, kita bisa mencari jalan keluar atau solusi terbaik persoalan ini,” jelasnya.
“Termasuk mengidentifikasi gagasan publik kira-kira ke depan penanganannya seperti apa,” katanya.
Inisiator diskusi ini juga bercerita, beberapa postingan-postingan di sosial media yang telah beredar, seolah-seolah tidak menghasilkan solusi yang diharapkan bersama.
“Soalnya jika teman-teman hanya berkomentar di sosial media, tidak akan ada habisnya, tidak ada solusi yang dapat kita hasilkan, kegiatan ini diharapkan menjadi jawaban atas persoalan yang ada,” ujarnya.
Adapun yang akan menjadi panelis diskusi, diantaranya Rakhmat Zaenal selaku pemerhati masyarakat pesisir Kepulauan Selayar; Kamaruddin Azis, COMMIT Foundation Makassar; dan Abdul Halim Rimamba, Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kepulauan Selayar.
Kamaruddin berpengalaman bekerja di Taka Bonerate sejak 1995 dan pernah menjadi konsultan Coral Reef Rehabilitation and Management Program COREMAP fase I tahun 1998 hingga 2003 di Taka Bonerate dan Selayar secara umum.
Sementara Halim adalah tokoh Selayar yang banyak mendorong demokrasi dan pemberdayaan daerah. Demikian pula Rakhmat Zainal yang merupakah praktisi pariwisata, kelautan dan perikanan Selayar.
“Kami berharap ada informasi baru, gagasan atau solusi secara berkelanjutan yang bisa ditawarkan pada acara ini. Beberapa waktu lalu, ada klaim dari Balai Taman Nasional bahwa beberapa pulau di Taka Bonerate sudah ada yang steril dari pelaku perikanan merusak tetapi di pulau lain dianggap masih ada,” ujarnya Dg Cambang.
“Selain melalui zoom meeting, kita juga akan melakukan diskusi outdoor di warung kopi, kita berharap warga yang sedang menikmati kopi di warkop juga memberikan usulan terbaiknya atas persoalan destructive fishing di Selayar,” tutup alumni Kelautan Unhas angkatan 2005 itu.