Direktur Semen Gresik bagi tips hadapi gejolak bisnis di tengah pandemi

  • Whatsapp
Direktur Utama Semen Gresik, Subhan, saat berbagi tips di depan peserta FGD Penguatan Daya Saing Ekonomi Nasional yang digelar oleh PP IKA Unhas dan IKA Samarinda (dok: Pelakita.ID)

DPRD Makassar

“Perlu formulasi dan sinergi. Bagaimana membangun protokol cash flow, cost management, dan investment management – Subhan, S.E, M.M.Ak, Direktur Utama Semen Gresik

PELAKITA.ID – Pujian datang dari Direktur Utama Semen Gresik, Subhan. Alumni Fakultas Ekonomi angkaran 90 Unhas itu mengapresiasi Pengurus Pusat IKA Unhas dan IKA Samarinda yang menggelar FGD Penguatan Daya Saing Ekonomi Nasional, Selasa, 3 Agustus 2021.

Read More

“Hal yang baik untuk kita teruskan ke depan, kolaborasi seperti ini bisa menjadi sumber insight, ada opportunity yang bisa diperoleh ke depan,” katanya.

Subhan mengaitkan kinerja perusahaan di tengah pandemi dengan menyebut setidaknya ada empat empat hal.

Pertama mengenai COVID, bagiamana portofolio di mana COVID-19. Kedua, seperti apa tantangan bisnis, ketiga, sinergi apa yang harus dilakukan supaya sustain, keempat bagaimana pasca COVID-19.

Di depan peserta FGD IKA Unhas  yang dihadiri tidak urang seratusan orang ini, jebolan Jurusan Akuntansi FE Unhas angkatan 90 ini menyitir hasil survey lembaga riset Fortune 500.

“Ada tiga hal dari hasil survei itu yang melibatkan CEO Global.  Pertama, sampai kapan berakhir?” katanya. “Saat mula COVID, 52,4 persen mengatakan suasana akan kembali pada  Q 1 – 2022, ada 14,03 persen mengatakan kondisi normal akan kembali pada Q1 tahun 2021.”

“Kondisi saat ini menggambarkan kepada kita tahun 2021 masih penuh dinamika, apakah perspektif Q1, 2022, bisa normal? Ini tentang timing, kapan,“ tambahnya.

Yang kedua menurut Subhan, hasil survei itu menggambarkan kapan kira-kira waktu yang tepat untuk kembali ke perspektif model kerja normal.

“Kira-kira apakah akan bisa kembali normal seperti sebelum COVID-19?” tambahnya.

“Saat ini pada umumnya sudah WFH, pada survei Fortune 500 itu, 26 persen mengatakan tidak kembali normal. Ini adalah perspektif bahwa setelah COVID dari sisi interaksi dan model pasti berbeda,” katanya.

“Ini hal pernting buat kita untuk membuat langkah-langkah ke depan, dari yang tadi Working From Office, menjadi Working From Home, dari sisi kompetensi perlu rekalibrasi, dari sisi infrasrtuktur bisnis harus di-improve, dengan cara online, misalnya,” ucapnya.

Subhan melanjutkan bahwa CEO Global kemudian ditanya, “Apa sih formulasi yang harus diadakan? sehingga bisa bertahan?”

“75 persen mengatakan dengan cara digitaliasasi, kalau di BUMN, ini salah satu kompetensi yang harus didigitalisasi, ini adalah dari sisi leadeship, pandangan dari konvensional ke digitalisasi, dengan IT,” katanya.

“INFO Semen Indonesia Tbk. (Persero) atau (SIG) melantik Subhan SE MM Ak sebagai Direktur Utama PT. Semen Gresik (SG) sejak awal 2021. Subhan pernah memimpin PT Semen Tonasa per 2017. Saat dilantik, Subhan menyebut bahwa industri semen saat ini dituntut untuk mampu menghasilkan produk yang ramah lingkungan dan efisien.”

Yang lainnya menurut Subhan adalah portofolio bisnis. “Bahwa ada beberapa portofolio bisnis yang mengalami tekanan di masa COVID-19. Namun, ada portofolio bisnsi yang cukup menjanjjikan dan hal ini sangat penting, dan minimal,” katanya.

“Ada lima portofolio bisnis yang memiliki kesempatan growth,” sebutnya.

“Pertana, bisnis dalam bidang kesehatan, food and beverage, dalam kondisi pandemi, bisnis makanan cukup baik meskipun harus tetap mengalami adaptabliti atau rekalkulasi dari sisi bisnis,” sebutnya.

“Lalu bisnis terkait teknologi informasi, digitaliasi, keempat dengan online atau e-commerce dan kelima pendidkan,” tambahnya.  Subhan menyebut, meski dari sisi bisnis yang paling menjanjikan adalah dari sisi perdagangan daring  e-commerce.

“Survei meyebut bahwa ritel di Indonesia, baru hanya 1 persen yang dilakukan dengan modelling digitalisasi, kalau kita llihat, di negara maju China, Amerika, ritel tumbuh 17 persen sudah menggunakan proses digitalisasi,” katanya.

“Ini insight kita sekaligus gambaran tantang untuk pandangan bisnis kita. Peluang yang perlu dipikirkan, peluangnya cukup baik dan kira-kira bisnis yang sudah eksisting dan running apa yang bisa dilakukan,” katanya.

“Ketiga, bagaimana sih tantangan bisnis saat COVID ini?” tanyanya.

Bagi Subhan, hal yang tidak bisa dipungkiri adalah cash flow. Yang pertama adalah produktivitas. Ada guncangan pada top, middle serta bottomline yang berdampak pada cashflow.

“Ini perlu ada adaptabiliti baru dan kemampuan menghadapi tantangan baru di tengah COVID dan sesudahnya,” katanya.

“Tantangannya harus kita jawab, bagaimana adaptasi bisnis dalam masa COVID, tantangan bagiamana cashflow tetap running, profit kan isu utama tapi bagaimana cash flow bisa jalan baik,” sarannya.

“Terakhir adalah strateginya, bagaimana strategi pada hal minimal dalam hal sustain? Saat ini semua perusahaan bicara sustainabiliti, dan tidak lagi berpikir masalah growth, karena tidak bisanya diprediksi,” katanya.

Menurutnya, semua harus berpikir bagaimana bisa bekerja, bagaimana bisa bertahan hidup lagi.

“Secara konsep binsis, pandangan saya, kondisi pasar dalam situasi high competition, dalam kondisi krisis, perlu formulasi bisnis, kita hanya perlu bersinergi dan kolaborasi,” katanya.

Karena pertimbangan itu pula Subhan memuji gagasan dan kegiatan FGD bertema penguatan kapasitas ekononi yang digelar IKA Unhas.

“Sangat bagus tema kita ini dalam membangun sinergi dan kolaborasi, formulasi bisnis seperti itu. pada situasi high competition, kolaborasi adalah solusi. Gojek, Tokopedia, mereka bersatu pada kompetisi ini, satu strategi, untuk menjawab tantangan bisnis dalam kondisi pandemi yang berdampak pada dinamika bisnis kita semua,” katanya.

“Kita memang harus bersinergi,” tegasnya. Dia mengingatkan pula tentang perlunya melahirkan tiga protokol penanganan krisis perusahaan.

“Pada penanganan cash flow, pada cost management, pada investment management. Untuk cost management, misalnya, bagaimana Nindya Karya, turn-around pada saat terjadi krisis,” katanya.

“Saya kira, krisis memberikan banyak pelajaran dan kita, sebagai seorang leader kita selalu melihat perspektif oportuniti lebih dominan dibanding ancaman. Kalau ancaman yang lebih dominan, maka bisanya kita mati akal, jadi kita lihat dari sisi oportuniti saja,” sarannya.

Subhan menilai apa yang terjadi pada PT Nindya Karya sebagai ‘telah banyak bertransformasi’.

Sebelum paparan Subhan, Dirut Nindya Karya yang juga jebolan Unhas, Haedar A. Karim membeberkan kita perusahaannya dalam berselancar di tengah badai pandemi.

“Nindya banyak bertransformasi dan bisa sustain, bisa mempertahankan endurance capacity kit-nya,” ucapnya.  Meski demikian Subhan menyebutkan bahwa yang tidak kalah pentingnya adalah melakukan atau menjalankan apa yang disebut cost management yang baik.  “Baik ke manajemen, akan berdampak baik pula ke cash flow.”

Baginya, yang inti adalah bagaimana cashflow bisa sustain dan tetap bisa bergerak.

“Perlu formulasi dan sinergi. Yang kedua bagaimana membangun protokol cash flow, cost management, dan investment management,” sebutnya lagi. “Kalau investasi terlalu over akan berdampak ke cash flow.”

Subhan menyatakan begitu pentingnya dalam krisis seperti pandemi ini untuk juga mematuhi protokol investment. “Memahami tingkat endurance kita dalam mengatur cashlfow kita,” ucapnya.

Hal lain yang disinggungnya adalah terkait fund raising bagi perusahaan. “Adalah bagaimana mencari pendanaan pada saat masa krisis. Ada banyak tersedia pula peluang, ada peer to peer,” tambahnya.

Menurutnya, inilah kesempatan ntuk memafaatkan berbagai model pembiayaan, mendapatkan pembiayaan yang murah. “Paling mungkin adalah adaptablity dari teknologi, dari hasil survei di Indonesia, baru 27 persen perusahaan di Inodnesia yang me-running dengan teknologi, dan diversifikasi produk,” ungkapnya.

“Lima persen yang melakukan perpindahan sektor bisnis, dalam pandemi, dalam sinergi, kolaboasi, juga bagaimana melakukan diversifikasi produk, channeling, karena saya kira ke depan by online,” lanjutnya.  

“Dari sisi industri semen, dari sisi bsnis model, bagimana mengubah dari revenue stream. logistik, supplly chain, dan saya kira adaptablitas harus dibangun supaya bisa bertahan,” ucapnya.

“Bagaimana perusahaan melakukan inovasi distribusi channel, memastikan kualitas produk dengan meng-address sesuai kebutuhan konsumen kita,” pungkasnya.

 

Editor: K. Azis

Related posts