PELAKITA.ID – Pesta adat Maataano Santa adalah tradisi leluhur yang masih dilestarikan masyarakat Laporo, di Pulau Buton.
Dalam tradisi ini, dipanjatkan doa keselamatan pertanian dan keselamatan masyarakat kepada Sang Pencipta. Tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat ikut serta dalam doa bersama ini.
Gelaran Maataano Santa diiringi tarian yang merupakan hiburan setiap tahun seperti tari linda, Ngibi, Mangaru, termasuk pencak silat. Tradisi yang digelar setiap tahun ini sekaligus ajang silaturahmi baik sesama masyarakat Laporo maupun dengan masyrakat di luar Laporo.
Perayaan pesta adat tersebut akan digelar pada tanggal 28 Oktober 2020 oleh masyarakat Kelurahan Awainulu, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Pesta adat ini sekaligus menandai awal panen jagung.
Ketua Perangkat Adat atau Parabela Kelurahan Awainulu, La Ramisi mengatakan, acara tahunan itu merupakan tradisi warisan leluhur dan sampai saat ini masih tetap dilestarikan.
“Intinya, dalam acara ini meminta rezeki kepada Sang Pencipta,” katanya saat ditemui penulis beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan, pesta adat ini terbagi atas dua bagian yaitu Maatano Santa dan Maatan Mambio. Maatano Santa dilaksanakan di depan Baruga dan Maatano Mambio dilaksanakan di atas Baruga.
“Tradisi tersebut dilakukan oleh petani pada saat tanaman jagung mulai menguning atau sudah dapat dipanen,” jelas La Ramisi
Dia menjelaskan, dalam pelaksanaan pesta adat ini masyarakat setempat juga meminta doa kepada yang Maha Kuasa agar seluruh masyarakat Awainulu baik di dalam maupun di luar atau di perantauan diberikan kesehatan.
“Semoga sehat walafiat dan mendapat rezeki serta mendapat lindungan dari Allah SWT dan terhindar dari bencana dan malapetaka,” lanjutnya.
La Ramisi menegaskan bahwa pesta adat ini dilakukan sekaligus menandai pembukaan atau menggarap kebun baru. Sebagai persiapan menghadapi musim barat atau datangnya perubahan bulan untuk tanam jagung.
Masa tanam ini diperkirakan pada awal Desember, namun sebelum tiba bulan tersebut menurut kepercayaan perangkat adat, harus dilakukan pesta adat untuk memanjatkan doa kepada Sang Maha Pencipta.
Pemerintah Daerah Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, sangat mengapresiasi dan memberikan penghargaan kepada seluruh masyarakat di wilayahnya karena masih terus mempertahankan warisan leluhur berupa adat dan budaya yang sejak ratusan tahun lalu dilaksanakan.
Bupati Buton, La Bakry menyebut budaya tua khususnya di Kepulauan Buton harus terus dipertahankan oleh generasi hingga saat ini. Seperti pesta adat tahunan di setiap desa/kelurahan yang sampai sekarang masih dilakukan salah satunya pesta adat yang akan di gelar tahun ini di Kelurahan Awainulu.
“Mewakili seluruh jajaran pemerintah daerah, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh masyarakat Kabupaten Buton khususnya masyarakat Kelurahan Awainulu yang telah memberikan dukungan atas suksesnya penyelenggaraan Festival Budaya Tua Buton yang ke-7 sukses tahun lalu,” kata La Bakry.
Menurutnya, suksesnya penyelenggaraan Festival Budaya Tua Buton yang sudah tujuh kali dilaksanakan secara berturut-turut sejak 2013 lalu tidak terlepas dari dukungan dari semua pihak khususnya seluruh masyarakat di wilayah Kabupaten Buton.
La ode Syamsuddin sebagai kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buton, menambahkan bahwa kegiatan pesta adat Maataano Santa ini merupakan pesta adat tahunan yang turun-temurun dan bisa menjadi agenda tahunan.
“Setiap tahun diadakan oleh masyarakat Kabupaten Buton, salah satunya yang akan digelar oleh masyarakat kelurahan Awainulu,” katanya.
Pada masa pandemi ini, masyarakat Kelurahan Awainulu sudah sepakat untuk tetap menyelenggarakan acara pesta adat tahun ini.
Mereka melakukan dengan mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah. “Seperti pake masker, hand sanitizer, cuci tangan dan jaga jarak sampai seluruh rangkaian acara “maataano santa,” pungkas Syamsuddin.
Penulis: Jawadin
Editor: K. Azis