Setelah Bersilaturahmi Alumni Unhas di Rumah Kopi Setia Makassar

  • Whatsapp
Penulis (ketiga dari kanan) bersama para alumni Unhas di Rumah Kopi Setia Makassar (dok: Istimewa)

Oleh: Rustan Rewa
(Asisten Ekbang Pemda Tolitoli, Alumni Fakultas Pertanian Unhas)

PELAKITA.ID – Kunjungan saya ke Kota Makassar kali ini terasa istimewa. Kamis, 28 Agustus 2025, menjadi hari penuh kesan karena saya berkesempatan bertemu sejumlah alumni Universitas Hasanuddin di Rumah Kopi Setia, Jalan Perintis Kemerdekaan.

Pertemuan sederhana itu menjelma menjadi ruang silaturahmi yang penuh gagasan, pengalaman, dan inspirasi.

Sebagai alumni Fakultas Pertanian yang kini mengabdi di Pemerintah Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah, saya merasa kesempatan ini tak boleh dilewatkan. Bertemu langsung dengan sahabat-sahabat yang selama ini hanya berinteraksi lewat WAG Alumni dan Kolaborasi Unhas, membuat suasana pagi itu hangat sekaligus bermakna.

Kehangatan Silaturahmi

Pertemuan ini bukan sekadar duduk bersama menikmati kopi, melainkan ajang untuk merasakan kuatnya ikatan kekeluargaan antaralumni Unhas. Meskipun berasal dari latar belakang berbeda—pertanian, ekonomi, kelautan, kedokteran, hingga pendidikan—kami semua dipersatukan oleh semangat yang sama: menjaga kebersamaan dan membangun kontribusi nyata bagi masyarakat.

Saya merasa beruntung dapat mendengar langsung kisah perjalanan karier dan pandangan para senior. Dari situ, saya menangkap pola yang sama: di manapun mereka berada, para alumni Unhas selalu membawa identitas almamater dalam setiap kiprahnya.

Mulawarman dan Pentingnya Organisasi Alumni

Sosok Mulawarman, alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) yang akrab kami sebut sebagai pemilik ikon lobelobe, hadir dengan pandangan kritisnya. Ia sering memberikan perspektif berbeda tentang efektivitas pembangunan daerah, kepemimpinan, serta arah Unhas ke depan.

Yang menarik, Mulawarman menekankan pentingnya peran IKA Unhas dan organisasi mahasiswa seperti BEM universitas. Menurutnya, kepedulian alumni tidak hanya soal ekonomi atau teori pembangunan, tetapi juga keberanian membangun inisiatif bersama melalui wadah organisasi. Bagi saya, pesan ini sangat relevan: pertanian tidak akan berkembang jika terlepas dari jejaring dan kolaborasi lintas sektor.

Prof. Muhammad Yusuf dan Spirit Kebersamaan

Kehadiran Prof. Muhammad Yusuf, Direktur Alumni Unhas, membuat suasana pertemuan semakin berwarna. Beliau menegaskan kembali pentingnya jejaring alumni sebagai pilar membangun daerah, membangun Indonesia. Tanpa kolaborasi tak ada kemajuan daerah. Itu sejalan dengan pandangan Kak Mulawarman.

Saya mencatat pesannya: kekuatan sebuah universitas bukan hanya terletak pada bangunan kampus atau program akademiknya, melainkan juga pada soliditas dan kerja keras alumni untuk saling berbagi sumber daya pengetahuan.

“Jejaring alumni harus dimanfaatkan untuk saling menguatkan, memberi peluang, dan memperluas cakrawala,” kata Prof Ucu, begitu sapaannya.

Bagi saya, pertemuan dengan beliau adalah pengingat bahwa setiap silaturahmi sesama alumni adalah kesempatan belajar yang sangat berharga.

Asri Tadda dan Semangat Humanisme

Asri Tadda, alumni Kedokteran Unhas, menyampaikan gagasan yang juga tak kalah penting. Ia berbicara tentang kesadaran kolektif alumni untuk ikut berkontribusi dalam memperbaiki kapasitas sosial-politik, demi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Bersama Asri Tadda (ujung kanan)

Wajar bila ia pernah menjadi salah satu juru bicara kandidat Gubernur Sulsel, sebab minatnya pada pembangunan daerah sangat kuat. Catatan yang saya tangkap: pembangunan tidak akan berarti bila masyarakat tidak sehat, baik secara fisik, sosial, maupun dalam logika komunikasi politiknya. Pesannya sederhana, tetapi substansial.

Refleksi Seorang Mahasiswa Pertanian

Sebagai mahasiswa pertanian yang kini berkecimpung di dunia birokrasi daerah, saya merasakan betul bahwa pertanian bukanlah entitas yang berdiri sendiri. Pertanian membutuhkan sinergi dengan disiplin lain—ekonomi, kesehatan, kelautan, hingga literasi.

Alumni Unhas dari berbagai bidang itu menunjukkan hal penting: disiplin ilmu boleh berbeda, tetapi tujuan akhirnya sama—memberikan manfaat bagi bangsa dan daerah.

Semangat kolaborasi tidak akan sempurna jika alumni atau organisasi hanya berjalan sendiri, tanpa kesadaran akan keterbatasan dan potensi yang perlu saling dilengkapi.

Penutup

Saya pulang dari Rumah Kopi Setia dengan perasaan syukur. Pertemuan yang hanya berlangsung beberapa jam itu meninggalkan kesan mendalam dan energi baru untuk belajar lebih serius, bekerja lebih sungguh-sungguh, dan memberi kontribusi lebih besar bagi masyarakat Tolitoli dan Sulawesi Tengah.

Saya percaya, jaringan alumni Unhas yang luas akan selalu menjadi sumber inspirasi dan penguat bagi setiap mahasiswa dan alumninya. Menjadi bagian dari keluarga besar Unhas bukan sekadar kebanggaan, melainkan amanah untuk terus belajar, berkarya, dan berbagi.

Pertemuan itu membuktikan: kehangatan dan inspirasi bisa lahir dari obrolan sederhana, asalkan ada keterbukaan untuk mendengar, kesediaan untuk berbagi, dan semangat untuk terus bergerak bersama.


Rustan Rewa

Panakukang, 28 Agustus 2025