Reportase | Saat Dinto Kembali Tersenyum di Monsongan

  • Whatsapp
Ilustrasi Pelakita.ID

Kini, secercah harapan kembali muncul. Awal 2025, LEMSA bersama para nelayan melakukan kajian untuk menghidupkan kembali budidaya yang sempat mati suri.

PELAKITA.ID – Pagi itu, 16 Juli 2025, Pak Dinto kembali mengarahkan perahunya menuju perairan Monsongan. Bersama Pak Ambi dan Khoirul Zaman dari Lembaga Maritim Nusantara (LEMSA), mereka mendatangi lokasi percobaan budidaya rumput laut.

Di bentangan tali yang mereka pasang 20 hari sebelumnya, mereka memeriksa bibit yang tumbuh—mencari tanda-tanda harapan yang sempat hilang.

Dua dekade lalu, budidaya rumput laut pernah menjadi penopang ekonomi nelayan Monsongan. Sekitar awal tahun 2000-an, Pak Mila’, tokoh lokal yang pernah belajar budidaya di Kendari, memperkenalkan teknik ini kepada warga.

Nelayan seperti Dinto dan Ambi mulai membudidayakan Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum. Hasilnya sangat menjanjikan: dari 50 kilogram bibit, mereka bisa memanen hingga 300 kilogram.

Budidaya ini bukan sekadar sumber penghasilan tambahan saat musim badai, tetapi juga melibatkan peran perempuan. Para istri nelayan membantu mengikat bibit dan merawat bentangan, dengan upah Rp10.000 per tali. Kehadiran perempuan membuat ekonomi rumah tangga nelayan lebih tangguh.

Namun kejayaan itu perlahan meredup. Bibit yang digunakan berulang kali tanpa pembaruan menyebabkan penurunan produktivitas.

Keterbatasan modal dan literasi keuangan membuat aktivitas ini sulit berkembang. Akhirnya, budidaya rumput laut di Monsongan terhenti.

Kini, secercah harapan kembali muncul. Awal 2025, LEMSA bersama para nelayan melakukan kajian untuk menghidupkan kembali budidaya yang sempat mati suri.

Potensi Monsongan terbukti belum padam. Pada 24 Juni lalu, dua bentangan bibit dari Desa Matanga ditanam sebagai percobaan awal.

Hasilnya menggembirakan—senyum menyungging di raut wajah Pak Dinto. Bibit tumbuh subur, tidak hanyut, dan ikan-ikan kecil kembali berenang di sekitarnya. Laut Monsongan seakan memberi tanda bahwa kehidupan sedang kembali pulih.

Inisiatif ini bukan hanya soal meningkatkan pendapatan.

Lebih dari itu, ini tentang mengembalikan hubungan harmonis antara manusia dan laut. Monsongan tidak pernah kehilangan lautnya—ia hanya menunggu alasan untuk kembali dipercaya oleh warganya.

Oh iya, LEMSA adalah organisasi LSM yang aktif mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir di Indonesia. Saat ini sedang berkegiatan di Sulawesi Tengah.  Salah satunya memfasilitasi penguatan kapasitas ekonomi masyarakat di Pulau Mongsongan.

Penulis Ramlan Jamal
Editor: K. Azis