PELAKITA.ID – Ketika berjalan menyusuri koridor dekat Aula Prof Mattulada, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), pikiran saya terbawa pada suasana Universitas Hasanuddin (Unhas) era 80-an.
Pintu ruangan yang kini berbingkai merah itu, dahulu merupakan ruang H-33 Fakultas Hukum. Ini ruang paling memorable bagi kami, termasuk saya yang angkatan 87.
Di ruang H-33 ini kami digojlok saat OPSPEK (Orientasi Program Studi dan Pengenalan Kampus) serta mengikuti kuliah perdana dengan peserta ratusan mahasiswa.
Seminar, diskusi, dan studium generale juga diadakan di sini. Tentu saja, kami juga kerap begadang dan nginap di ruangan berkonsep teater ini, bila tengah mengerjakan spanduk dan mempersiapkan acARA.
Ada pintu belakang H-33 dekat tangga, yang memungkinkan teman-teman bisa segera masuk kelas, bila sudah ada dosennya.
Karena teman-teman bermain dominonya di situ, Musran menamai mereka Abang alias anak bawah tangga hehehe.
Di masa itu, Bamboo House berdiri sendiri, dengan hamparan luas rumput yang membentang sejauh mata memandang di belakangnya. Rumput itu kering saat musim kemarau yang membuatnya mudah terbakar.
Kerap kali percikan api terlihat dari jauh, dan asap mengepul saat padang rumput di depan H-33 atau di belakang Bamboo House, terbakar. Kebakaran rumput itu akan padam sendiri, begitu mencapai area tanah kosong, sebelum parkiran.
Tempat makan lain, bisa ditemui tak jauh dari danau Unhas, atau tepatnya di dekat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM).
Di sini, ada penjual coto Makassar, yang hanya buka mulai pagi sampai siang.
Rasa cotonya bisa diandalkan, makanya meski harus berjalan kaki dari Fakultas Hukum, saya kadang ke sana, setelah itu rehat di baruga kecil yang berada dekat danau.
Pesanan kami datang, di antar oleh Mace yang berbeda: segelas kopi susu dan es jeruk hangat.
Pak Rengko senyum-senyum mendengar cerita saya. Sebagai mahasiswa angkatan 1999 tentu ada banyak hal yang dia tak jumpai saat saya masih kuliah, tahun 1987-1992.
Saya ceritakan, dahulu ada Kantin Jasa Boga. Kini menjadi Mushollah Al-Adab dan sekretariat organisasi kemahasiswaan lingkup FIB Unhas.
FIB dahulu disebut Fakultas Sastra. Fakultas Sastra, masa itu, juga tersambung dengan koridor ke lantai 2 Fakultas Hukum.
Kantin Jasa Boga ini menyediakan menu yang agak mewah untuk ukuran masa itu. Menunya, antara lain nasi goreng dan ayam goreng.
Bila sudah tiba di kasir, ada yang iseng, menyebut dada kiri atau dada kanan untuk menyebut pesanan ayam gorengnya. Kasir Kantin Jasa Boga ini perempuan, yang mengenakan seragam, sehingga terlihat rapi.
Selain di FIS, Kantin Jasa Boga juga ada di sekitar Fakultas MIPA.
Tempat makan lain muncul setelah Ramsis (asrama mahasiswa) berdiri. Teman satu angkatan kami, Harun Ar Rasyid, yang membawa saya ke sini. Biasa istirahat, kalau tidak ada perkuliahan, atau bila sibuk mengurus kegiatan kemahasiswaan. Maklum, tukang bikin spanduk, jadi saya kerap numpang nginap di kampus hehehe.
Harun Ar Rasyid pernah jadi Ketua BPM (Badan Perwakilan Mahasiswa) Fakultas Hukum.
Dia juga sebagai Wakil Direktur Ramsis bersama Imam Mujahidin Fahmid. Direktur Ramsis, di masa awal, yakni Prof Anwar Arifin. Harun merupakan Ketua RT untuk Blok EFGH yang berada di unit 1.
Pengelola kantin Ramsis merupakan binaan pengelola Ramsis. Menu di sini harganya relatif murah dan beragam, seperti masakan rumahan. Disajikan secara prasmanan, ambil sendiri sesuai porsi, nanti dihitung saat berada di kasir. Kalau masih lapar, mau nambah? Silakan ditambah nasinya, tak perlu bayar.
Sesekali saya menyeruput kopi susu yang ada di atas meja.
Saya sampaikan, beruntung mahasiswa sekarang, ada banyak kantin tersedia di Unhas. Tempatnya juga cukup nyaman. Tinggal duitnya saja, sudah bisa memilih sesuai selera. Harga-harga di kantin ini masih terjangkau untuk ukuran mahasiswa.
Penulis: Rusdin Tompo, Koordinator Satu Pena Sulawesi Selatan