- Bantuan Pemkot dan IKA Unhas Sulsel tiba di Posko Kecamatan Siwa
- Observasi di Jalur Siwa Wajo: Masjid hingg Puskesmas Dilanda Lumpur, Warga Terserang Demam dan Diare
- Ambu Tuwo ditemukan meninggal, sekira 500 meter dari rumahnya karena terbawa air.
“Jika Belawae banjir, tunggulah tiga atau empat jam, pasti akan sampai di Siwa. Ada dua arah datangnya banjir, kiriman Latimojong yang masuk lewat Siwa dan kiriman Bendung Awo.”
Sofyan Andi Sokkeng, staf Trantib Kelurahan Siwa
PELAKITA.ID – Setelah mendistribusikan bantuan Pemkot Makassar dan IKA Unhas Sulsel di Kecamatan Pitu Riawa dan Posko BPBDi Sidrap, mobil kotak serbaguna ‘Layanan Inflasi’ Kota Makassar melaju di ruas Jalan Siwa, Wajo, Ahad, 5/5/2024.
Tiga unit mobil berisi bantuan dikirim oleh Wali Kota Makassar, Moch Ramdhan Pomanto, satu untuk Sidrap, Wajo dan satu untuk Luwu. Itu merupakan respon cepat setelah tersiar kabar, Kota Siwa lumpuh.
Banjir pada Jumat, tanggal 3 Mei 2024 telah membuat kota dan warga di utara Ibu Kota Wajo, Sengkang, itu berjibaku untuk lepas dari rendaman air dan serbuan lumpur. Jejak bencana terlihat di kiri-kanan kota, jalan terlihat gelap gulita.
Waktu menunjuk pukul 18.30 Wita saat iring-iringan tim Pemkot Makassar dan IKA Unhas Sulsel mengarah ke Posko Kecamatan Siwa, Wajo. Karena cahaya lampu mobil, nampak sejumlah rumah, masjid hingga Puskesmas dikurung lumpur.
Pemandangan itu mengingatkan penulis saat bekerja di Aceh tahun 2006, tentang permukiman warga yang lengang, warga mengungsi serta fasilitas publik yang rusak. Mobil berisi bantuan merapat di Posko Kecamatan.
Di sana ada Sofyan Andi Sokkeng dan Dokter Ani dan sejumlah petugas dari Puskesmas Siwa.
Sofyan, aparat Trantib setempat. Dia mengaku lahir besar di Siwa.
“ini sejarah banjir yang paling parah,” kata dia. Dia menyebut sejumlah kelurahan lumpuh saat banjir datang, Siwa, Bulete hingga Tobaraka. “Ada dua puluh tiga desa lainnya yang terkena dampak,” tambahnya.
Dia juga mengabarkan kalau telah ditemukan warga bernama Ambu Tuwo meninggal dunia. “Dia ditemukan sekitar 500 meter dari rumahnya,” kata Sofyan seraya menunjukkan KTP atas nama Ambo Tuwo kelahiran Duampanua. kelahiran 1957.
“Puskesmas belum bisa digunakan, air dan lumpur masih ada,” sambut Dokter Ani. Dokter Ani dari RS Lamaddukelleng Sengkang duduk ditemani dua orang staf Puskesmas Siwa.
Alumni Fakultas Kedokteran Unhas angkatan 2004 itu berbicara dengan seorang perempuan paruh baya.
“Saya carikan obat bapaku, demamki,” kata perempuan itu.
Di meja lain sepasang suami istri membawa seorang balita.
“Demam, mencretki,” kata Sang Ibu. Suaminya mencari tempat duduk saat istrinya menggendong putrinya ke ‘ranjang periksa’. Ada dua ranjang periksa yang tersedia di situ yang dibawa dari Puskesmas.
Tempat yang satu sudah ditempati seorang perempuan yang oleh Dokter Ani disebut menderita Gerd. Perempuan itu ditemani ibunya yang sudah nampak renta.
Menurut Sofyan, warga Siwa kerap mengalami banjir meski menurutnya banjir kali ini sangat mengerikan.
“Kami tahu atau bersiap menghadapi banjir saat aliran dari Belawae Sidrap dikabarkan bertambah atau meluap,” ucapnya.
“Jika Belawae banjir, maka tunggulah 3 atau 4 jam pasti akan sampai di Siwa,” ujarnya. “Di sini ada dua arah datangnya banjir, banjir karena kiriman Latimojong yang masuk lewat Siwa dan banjir kiriman dari Bendung Awo,” tambah dia.
Tanda-tandanya, lanjut Sofyan, bisa dibaca dari limpasan air di tiang bermeter.
“Kami dapat kabar kondisi di Bendung Awo dari Whatsapp group,” kata dia. Sofyan menyebut genangan terparah adalah banjir 2007 yang membawa lumpur. Bajir tahun 2021 mulai lebih tinggi dan ada campur lumpur.
“Yang kali ini juga semakin parah, lumpurnya banyak,” pungkas Sofyan Andi Sokkeng.
Penulis Denun