PELAKITA.ID – Universitas Hasanuddin kembali menyelenggarakan Rapat Paripurna Senat Akademik dalam rangka Upacara Penerimaan tiga jabatan professor pada lingkup Fakultas Kedokteran.
Upacara Penerimaan Jabatan Professor berlangsung mulai pukul 09.00 Wita di Ruang Senat Akademik, Lantai 2 Gedung Rektorat, Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar, Selasa (27/02).
Proses pengukuhan dihadiri oleh Rektor Unhas, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc., Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat Akademik, Dewan Professor, tamu undangan, serta keluarga besar dari tiga professor yang dikukuhkan.
Adapun tiga professor yang dikukuhkan masing-masing adalah:
1. Prof. dr. Upik Anderiani Miskad, Ph.D., Sp.PA(K) Professor dalam bidang Ilmu Patologi Anatomi. Dikukuhkan sebagai guru besar ke-510
2. Prof. dr. Rahmawati Minhajat, Ph.D., Sp.KHOM., FINASIM. Professor dalam bidang Ilmu Hematologi Onkologi. Dikukuhkan sebagai guru besar ke-511
3. Prof. Dr. dr. Prihantono, Sp.B.Subsp.Onk(K). Professor dalam bidang Ilmu Bedah Onkologi. Dikukuhkan sebagai guru besar ke-512.
Dalam sambutannya, Rektor Unhas Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Si., mengucapkan selamat kepada para professor yang dikukuhkan. Beliau berharap, bertambahnya guru besar di Unhas akan memberikan dampak pada pengembangan SDM yang semakin berkualitas. Apalagi, penelitian yang dilakukan para guru besar memiliki peranan penting dalam dunia kesehatan.
“Momentum bertambahnya guru besar Unhas menjadi harapan besar bahwa kedepannya berbagai keterlibatan Unhas dalam kehidupan masyarakat bisa semakin optimal melalui ketersediaan sumber daya manusia berkualitas. Penelitian yang dilakukan sangat menarik dan berdampak besar untuk pengembangan dunia kesehatan,” jelas Prof. JJ.
Lebih lanjut, Prof. JJ berharap ketiga guru besar tetap aktif dan produktif memberikan kontribusi dan keterlibatannya melalui aktivitas tridarma. Mendorong kualitas lulusan yang berdaya saing tinggi.
Sebelumnya, masing-masing guru besar telah menyampaikan pidato penerimaan, yang membahas bidang keahlian.
Prof. dr. Upik Anderiani Miskad, Ph.D., Sp.PA(K)
Dalam pidato pengukuhannya, Prof Upik memberikan penjelasan tentang penelitian yang dilakukan mengenai “Peran Imunohistokimia dalam Mendeteksi Biomarker Tumor: Suatu Kebutuhan dalam Optimalisasi Terapi Target dan Imunoterapi pada Kanker Kolorektal”.
Pada penjelasannya, Prof Upik menjelaskan biomarker merupakan molekul yang dapat diukur, dinilai dan dievaluasi secara objektif sebagai penanda proses biologis normal, proses patogenik, atau indikator respon farmakologik terhadap intervensi terapi. Ini menjadi penanda pertumbuhan tumor yang disebut biomarker tumor.
Lebih lanjut, Prof Upik mengatakan imunohistokimia merupakan salah satu metode yang dibutuhkan untuk mendeteksi biomarker tumor.
Metode ini sudah lama dikembangkan sejak tahun 2009 secara manual di Lab PA Unhas Kandea sampai sekarang di RS Unhas dan telah banyak membantu dalam penelitian dan pelayanan pasien.
Kanker kolorektal merupakan hasil pertumbuhan sel abnormal jaringan kolorektal yang tidak terkendali, dimana jenis terbanyak adalah adenokarsinoma. Perkembangan tumor diatur tidak hanya oleh perubahan genetik sel tumor, tetapi oleh faktor epigenetik dan lingkungan. Sekitar 5% dari semua kanker kolorektal disebabkan oleh mutasi genetik yang diwariskan dan sisanya 95% kasus sporadik.
Prof Upik menuturkan kriteria diagnostik kanker kolorektal bukan hanya berdasarkan gambaran morfologi tumor dan histopatologi dengan pewarnaan HE saja, tetapi juga berdasarkan profil biomarker dengan pemeriksaan imunohistokimia yang turut menentukan klasifikasi tumor dan nilai prognostik.
“Sebelum pemberian terapi target dan imunoterapi, pemeriksaan biomarker menjadi sangat penting dalam membantu menyeleksi pasien yang tepat untuk mendapatkan terapi tersebut. Penatalaksanaan kanker kolorektal yang optimal hendaknya melibatkan tim multidisiplin termasuk patologi anatomi yang bisa dari awal membantu menentukan diagnosis, memprediksi prognosis serta membantu pemilihan terapi target dan imunoterapi yang selektif,” jelas Prof Upik.
Prof. dr. Rahmawati Minhajat, Ph.D., Sp.KHOM., FINASIM
Pada pidato pengukuhannya, Prof Rahmawati memaparkan tentang penelitian “Angiogenesis pada Kanker dan Peranannya Sebagai Target Terapi : Suatu Harapan dan Tantangan dalam Optimalisasi Terapi Pasien Kanker Kolorektal Stadium Lanjut”.
Secara umum, Kanker Kolorektal (KKR) merupakan kanker yang bertumbuh pada usus besar (kolon atau rektum), umumnya berasal dari sel mukosa normal yang berubah menjadi adenoma (tumor jinak) dan secara progresif menjadi karsinoma (kanker).
Prof Rahmawati mengatakan angiogenesis pada kanker merupakan proses pembentukan pembuluh darah baru yang berasal dari pembuluh darah setempat yang ada disekitar tumor primer. Angiogenesis mempunyai peranan penting karena memungkinkan pertumbuhan dan metastasis sel kanker melalui tersedianya nutrisi dan oksigen untuk sel kanker dan jaringan sekitarnya.
“Dari berbagai hasil penelitian, angiogenesis dijadikan target untuk terapi kanker termasuk kanker kolorektal. Pengobatam kanker dengan konsep anti angiogenesis tidak langsung menyerap sel kanker, tetapi menyasar pembuluh darah baru yang dibutuhkan oleh sel kanker untuk bertumbuh dan menyebar. Melalui cara ini, kanker tidak dapat bertumbuh bahkan mengecil karena suplai darah dihambat,” jelas Prof Rahmawati.
Dengan ditemukannya terapi target anti angiogenesis sejak dua dekade lalu, landscape terapi KKR telah berubah secara drastis dimana progresifitas KKR stadium lanjut semakin dapat dikendalikan. Perubahan ini menjadi harapan dan juga tantangan dalam mencapai optimalisasi terapi KKR stadium lanjut dengan memperpanjang harapan hidup, memperbaiki kualitas hidup dan penyembuhan pasien KKR stadium lanjut.
Prof. Dr. dr. Prihantono, Sp.B.Subsp.Onk(K)
Pada kesempatan yang sama, Prof Prihantono juga memberikan penjelasan tentang penelitian mengenai “Optimalisasi Penatalaksanaan Kanker Payudara di Indonesia dengan Pendekatam Personalized Medicine”. Dirinya menjelaskan kanker payudara merupakan penyakit kompleks dan heterogen baik secara klinis maupun molekuler.
Penerapan personalized medicine pada kanker payudara merupakan penggunaan karakteristik unik individu dalam memandu pemilihan metode pencegahan, diagnosis dan pengobatan kanker payudara.
Penatalaksanaan kanker payudara secara personalized medicine dilakukan dengan mengintegrasikan terapi lokoregional (meliputi pembedahan dan radiasi) dan terapi sistematik (kemoterapi, hormonal terapi, immunoterapi) dengan urutan penanganan sesuai stadium penyakit. Dengan pendekatan ini, terapi kanker payudara dibedakan menjadi lima metode yang berbeda sesuai dengan subtipe intrinsik dan stadium penyakit.
“Tantangan penanggulangan kanker payudara di Indonesia sangat kompleks dan beragam. Secara ringkas, beberapa faktor dapat mempengaruhi keberhasilan terapi kanker payudara seperti faktor pasien yang mana kurangnya kesadaran akan bahaya kanker payudara, pasien datang dalam stadium lanjut, rendahnya tingkat kepatuhan terhadap pengobatan dan tindak lanjut. Sehingga mempengaruhi survival dan prognosis kanker payudara di Indonesia,” jelas Prof Prihantono
Kegiatan Rapat Paripurna Senat Akademik dalam rangka Upacara Penerimaan Jabatan tiga Guru Besar baru dari Fakultas Kedokteran berlangsung lancar dan hikmat hingga pukul 11.30 Wita. (*)