PELAKITA.ID – “Oke Google, nyalakan. Sirangi Rong.” Begitu terdengar suara Rustam dan sekelompok ibu di Green House, milik Kelompok Wanita Tani (KWT) Permata Hijau, Jalan Tamangapa Raya 3 No7E, Rabu, 20 September 2023.
Seketika butiran-butiran air menyemprot bibit tanaman yang ditaruh pada wadah-wadah yang tampak rapi. Betapa riangnya ibu-ibu itu melihat teknologi yang digunakan untuk kelompok taninya.
Bahkan secara bercanda, ada yang mengatakan, bukan cuma tanaman yang disiram tapi mereka juga merasakan kesegaran air saat berada di green house yang ditutupi jaring paranet guna melindungi tanaman dari sinar matahari langsung.
KWT Permata Hijau ini berada di Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Provinsi Sulsel.
Ketua KWT Permata Hijau adalah Irwana, S.Pd, yang berprofesi sebagai guru. Menurut Irwana, aplikasi Sirangi Rong belum lama digunakan.
Aplikasi Sirangi Rong ini dibuat oleh Rustam, penyuluh pertanian pada Dinas Perikanan dan Pertanian (DP2) Kota Makassar. Mekanisme kerjanya, katanya, sederhana.
Aplikasi ini untuk mematikan dan mengontrol lewat smartphone. Juga mengatur jadwal penyiraman secara otomatis.
Ada beberapa alat yang dubutuhkan, bila akan menerapkan aplikasi ini. Yakni, jaringan Wifi, mesin pompa, gentong atau tangki air, selang drip dan mata sprayer.
Teknologi ini, menurutnya, mudah dan murah. Bisa dirakit sendiri, dan tidak butuh waktu yang lama untuk merakitnya.
KWT Permata Hijau ini mendapat pendampingan dari Andi Anugrahwaty, SP, juga dari DP2 Kota Makassar. Alumnus Fakultas Pertanian Unhas, angkatan 91 itu menjelaskan, tadinya penyiraman tanaman menggunakan pipa biasa. Ada polybag yang dihubungkan dengan pipa, tapi ini kurang bagus. Ribet.
Lokasi KWT ini berada di lorong, masuk 100 meter dari jalan raya. Begitu kita tiba, kita akan disambut dengan aneka tanaman.
Ada zona tanaman buah, zona tanaman sayuran, zona tanaman obat keluarga, dan zona tanaman hias. Tanaman sayurannya antara lain, berupa bayam, kangkung, pakcoy, selada, sawi hijau, bunga kol, dan labu madu. Pohon markisanya yang merambat menuju halaman belakang tengah berbuah.
Di area belakang ini, ada pohon mangga golek dengan buah yang cukup banyak. Pohon ini terlihat nyaris tumbang, akibat banjir yang sempat menggerus akarnya, tapi di situlah keindahannya.
Di bawah pohon mangga itu dibuatkan kolam yang dikelilingi bunga melati air.
Bu Mirda (37 tahun) mengaku baru bergabung dengan KWT Permata Hijau, tahun 2019. Sementara Bu Fitri (36 tahun), sudah lama bergabung.
Dia merasakan manfaatnya ikut KWT, apalagi saat panen. Selain mengisi waktu, dia juga bisa tambah akrab dengan sesama ibu-ibu yang merupakan tetangganya.
Bu Diana (39 tahun), juga merasakan kebersamaan sebagai anggota KWT. Semua dilakukan bersama, kecuali kegiatan menyiram yang terjadwal, dlakukan 2 kali, pagi dan sore. Namun, menurut mereka, setelah ada aplikasi Sirangi Rong, membantu mempermudah aktivitas penyiraman.
Andi Anugrahwaty, yang jadi penyuluh pertanian sejak tahun 2008, menceritakan, tadinya programnya di depan bersama kelompok tani lorong (Poktanrong) tapi tidak berhasil.
Kemudian pindah di tempat yang sekarang, dengan pengelola yang berbeda.
Awalnya, tahun 2018, ada program dari Dinas Ketahanan Pangan, dikasi bibit dan media tanam seperti tanah dan pupuk.
Dari situ berhasil. Lalu ada kegiatan P2KP (percepatan penganekaragaman konsumsi pangan), yang dikelola dengan benar dan dinilai berhasil. Program ini merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan peningkatan diversifikasi pangan.
Tahun 2020, tambahnya, berganti dari Poktanrong jadi KWT. Supaya bisa mendapat anggaran bersumber dari APBN. Tahun 2023 dapat program Dana Alokasi Khusus (DAK) melalui Program P2L (Pekarangan Pangan Lestari).
Begitulah perkembangan program di KWT Permata Hijau. Nama ini pun punya kisah tersendiri. Mestinya KWT Bumi Hijau, tapi karena saat dibuatkan SK pengurus tertulis KWT Permata Hijau. Jadilah nama itu yang digunakan hingga sekarang. (*)
Penulis: Rusdin Tompo