Sentra UMKM Jamarang, dari Kampung Kumuh menjadi Destinasi Wisata Kuliner Andalan

  • Whatsapp
Suasana di RM Tri Putra Galesong ketika dikunjungi tetamu (dok: Istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Jamarang adalah sebuah kampung pesisir di Kelurahan Bontolebang Kecamatan Galesong Utara,  Takalar.

Kampung ini dulunya dikenal sebagai kampung kumuh, bahkan namanya sampai di meja-meja perencanaan pembangunan nasional.

Hal tersebut disampaikan oleh Nurlinda Daeng Taco. Perempuan motivator ini bercerita bahwa selama ini di sepanjang pesisir laut Galesong khususnya di kampung Jamarang ini dipenuhi sampah, baik sampah dari laut maupun dari warga sekitar sendiri.

Read More

Suatu ketika Nurlinda yang selama ini menggeluti dunia fasilitator masyarakat mengajak warga dan lurah beserta jajarannya untuk melakukan bersih-bersih pantai setiap minggu.

Kemudian dilanjutkan kegiatan olah raga secara rutin, lambat laun pantai sudah mulai bersih.

Ditambah lagi Dg Taco mengajak ibu Bupati Ny Syamsari Kitta, untuk ikut terlibat kegiatan bersih-bersih pantai.

“Akhirnya warga semakin percaya diri karena merasa memperoleh perhatian dari pemerintah Kabupaten Takalar,” kata Dg Taco.

Tahun 2019 lalu aparat Kelurahan Bontolebang diajak oleh Dg Taco untuk ikut lomba kelurahan, tapi Lurah kurang yakin, namun akhirnya ikut.

“Ternyata memperoleh juara ke 3 se Sulawesi Selatan, juara 1 dari Kota Pare-pare & Juara 2 diraih kelurahan Magani Kabupaten Luwu Timur,” kata Daeng Taco saat bersua penulis, 17/9/2023.

Berkat lomba itu, lanjut Taco, akhirnya kampung Jamarang semakin bersih.

“Akhirnya warga mulai merancang bersama masa depan, mau dibawa ke mana kampung ini, sesuai hasil kesepakatan maka diputuskan sebagai kampung wisata bahari,” tambah Taco.

Menurut Taco, melalui gagasan itu bersama warga mengusulkan program pengembangan wisata bahari ke Kementerian PUPR.

“Akhirnya mendapat bantuan dana untuk pemecah ombak, serta fasilitas rumah rumah lapak, yang nantinya digunakan untuk kegiatan UMKM dan Perpustakaan,” tambah dia.

Sejalan dengan itu digagaslah rumah makan Triputra dan beberapa kios-kios jajanan milik warga untuk menghidupkan kegiatan UMKM dikelola oleh ibu-ibu istri nelayan.

“Namun hanya sebagian UMKM yang mampu bertahan sebagian sudah tidak berlanjut lagi, dari 48 UMKM awalnya, tinggal 16 yang masih aktif,” kata Taco.

Ada pembelajaran yang diungkapkan oleh dg. Taco bahwa sebelum rumah tangga itu dipilih sebagai mitra untuk binaan UMKM maka sebaiknya dicek dulu 9 elemen rumah tangganya, salah satu instrumen yang dipelajari dari PLSD (Participatory Local Social Development) selama ini.

“Bahwa jika belum ada usaha sebelumnya maka hati-hati memilih sebagai UMKM, karen umumnya yang tidak berlanjut adalah UMKM yang sebelumnya tidak punya usaha sama sekali,” jelas Taco.

Penulis bersama Nurlinda Dg Taco (dok: Istimewa)

RM.Triputra yang direncanakan dengan konsep sebagai centra UMKM, dimana setiap item menu dikelola oleh masing-masing UMKM, misalnya makannya disiapkan oleh RM. Triputra, tapi minum dan kue penunjang disiapkan oleh UMKM Lainnya.

“Selain itu Centra UMKM ini bekerjasama dengan Lantamal IV Sulawesi Selatan dengan mensupport gerbang Pantai Bahari Nusantara, serta pembuatan lapak untuk perpustakaan sungai dan laut. Karena di kampung Jamarang dan sekitarnya paling banyak anak tidak sekolah (ATS),” terang Daeng Taco.

“Alhamdulillah dengan kehadiran perpustakaan tersebut anak-anak punya wadah untuk belajar sekaligus bisa mengikuti program paket A, B dan C khususnya bagi anak putus sekolah,” tambah Dg Taco.

Dengan adanya RM. Triputra sebagai centra UMKM di Jamarang tersebut, akhirnya kampung yang dulunya kumuh sudah tertata dan ramai dikunjungi warga baik dari Takalar sendiri maupun dari kabupaten lainnya.

“Begitu pula kebiasaan warga khususnya kaum laki-laki minum tuak secara. Terang-terangan di sepanjang pesisir jamarang di sore hari sekarang sudah mulai sembunyi dan menutup tirai tempat mereka meminum tuak,” lanjutnya.

Melalui pemanfaatan Sumberdaya laut melimpah di Takalar khususnya Galesong, maka RM. Triputra lebih fokus mengoptimalkan sumberdaya tersebut untuk diolah dengan berbagai rasa kuliner nusantara.

“Ada ikan masak woku khas gorontalo, ada ikan goreng tepung, udang asam manis, ikan bakar rica-rica.  Demikian sejumlah kuliner andalan kami,” sebut Dg Taco.

Saat penulis berkunjung tanggal 17 Septemver 2023 yang lalu, bertepatan ada rombongan dari purnabakti pegawai kementrian hukum dan HAM sebanyak 50 orang.

RM. juga menyiapkan wadah untuk bernyanyi sehingga pengunjung dapat menikmati pesisir laut galesong sambil bernyanyi sekaligus menikmari kuliner hasil laut Galesong dan sekitarnya.

 

Penulis: Jumardi Lanta

Editor: K. Azis

Related posts