PELAKITA.ID – Kalau judulnya seperti itu, janganmi bilang golla nah. Sungguh itu penilaian penulis untuk peristiwa musik dan silaturahmi yang istimewa di Hometown Kopizone, Rabu, 16 Agustus 2023.
Sehari sebelum kita rayakan kemerdekaan.
Gaes, setelah sepekan lebih tak ke Hometonw Kopizone – selanjutnya kita sebut HKTZ, penulis hampir seharian di Rabu itu.
Berbincang dengan Accang Berita Kota, mengikuti diskusi IPMIL tentang agenda pemekaran Luwu Raya menjadi provinsi dimana salah satu narasumbernya adalah sahabat saya, Asri Tadda.
Mengenapkan hari ngopi dengan menikmati obrolan dengan pilar Berita Kota Makassar Arsan Fitri, Ode Sukiman, Anno Aldetrix hingga sejumlah senior yang juga pelanggan HKTZ, ada Om Oher, ada Dokter Onassis, Asmin Amin, Iqbal, Ammang, Salman, Bang Didis, Dicky, hingga the one and only, Om Awal.
Di meja lain ada Om Oncha hingga Kak Ocha.
Tak ketinggalan sahabat saya, yang juga tiba-tiba datang, Rezki ‘Ekhi’ Mulyadi yang merupakan Direktur AAS Foundation.
Biasanya saban Rabu dan Jumat, live music event, HKTZ di isi Bro Iccang dan Dewi, sepasang suami istri dengan sentuhan musik dan suara merdu ini yang menghiasi ruang dengar pengunjung.
Mereka selalu tampil istimewa dengan lagu-lagu indah. Suara Dewi sungguh memikat.
Nah, kehadiran mereka semakin terasa sebab bisa berkolaborasi dengan sejumlah pemusik lainnya. Misalnya, manakala Dewi menyanyi dan diiringi akustik gitar Om Ilo.
Artikel ini ditulis semata karena dua alasan utama, HKTZ disambangi sosok kolega alumni Unhas dan ada menu musik kelas atas dari sejumlah performer musik Makassar seperti om Ilo itu.
“Jarang dapat kesempatan kayak gini, Nuntung, rekam-ki,” kata Didis ke saya sembari menunjuk ke formasi yang sedang on stage.
Hasilnya memang sejumlah video yang memukai, ini salah satunya.
Mereka yang dimaksud luar biasa itu adalah Sang Vokalis Omen dan pemain musik pengiringnya yang memang tampil sangat luar biasa di HKTZ.
Lengkapnya ada formasi vokalis Omen, lalu ada drummer Palli, pada gitar ada om Ilo dan bassist Tobas. Terima kasih om Ilham yang sudah sampaikan nama-nama ini di laman Youtube.
Aksi panggung mereka sungguh ciamik, kemampuan memainkan alat musik sungguh berkelas dan masuk kategori kelas festival.
Lagu-lagu dari The Beatles dominan malam itu, kira-kira, i dunno precisley, ada 4 atau 5 lagu dari band asal Inggris itu yang dilantunkan Om Omen.
Mulai dari Imagine hingga Ticket to Ride.
Gaes, meski usia tak lagi muda, namun tenaga mereka sungguh powerful.
Mereka tampil artistik, laksana bintang. Menyaksikan om Ilo memainkan gitar akustik serta betotan Om Tobas, pukulan drum om Palli, sungguh mengingatkan saya pada festival jazz utama di negeri ini.
“Sungguh luar biasa,” puji Ilham Hanafie.
Dia menyebut itu sebab menaruh perhatian pada sosok Aidir Amin Daud yang tak henti merekam aksi musik malam itu dengan gadget-nya.
Saya juga menaruh atensi pada penampilan singer ‘tamu’, Atong yang luar biasa pada lagu A Whiter Shade of Pale dari Procol Harum.
Tak hanya itu, sejumlah kolega tepat senior yang sering berbalas sapa di WAG dan warung kopi juga hadir sebagai penonton sembari icip-icip ubi goreng.
Kanda Aidir Amin Daud, guru besar Fakultas Hukum Unhas yang tiba-tiba hadir tanpa info. Biasanya pun dia hanya mampir di Phoenam sebelah.
“Saya baru tiba dari Jakarta ini, sebelum ke hotel, saya mampirlah di sini,” kata dia. Aidir akan hadir upcara bendera perayaan Kemerdekaan RI ke-78 di Tamalanrea Unhas.
“Saya menginap di Unhas Hotel and Convention,” kata dia sembari menyebut rate kamar seharga 388 ribu. Dia menginap di situ karena takut telat mengikuti upacara bendera yang akan digelar sepagi mungkin. Tawwa!
Yang juga istimewa karena saya bertemu Antek Senior, Chali. Saya panggilnya Kak Chali.
Sering ketemu dia di Phoenam Wahid Hasyim Godangdia. Dia cerita tentang Phoenam Wahid Hasyim yang sudah tutup gerbang dan tersisa sayap yang jadi tempat main domino. Menyusul datang Busman Rahman, senior di Fisip Unhas, juga teman chat di WAG Alumni Unhas.
Sungguh senang menyaksikan mereka ada di situ, di tengah suasana hiruk pikuk HKTZ, disaji lagu-lagu keren dari pemusik Makassar papan atas.
Juga selingan perbincangan suam-suam kuku suasana Indonesia kini tentang Pilpres, Pileg dan puzzle pemihakan Jokowi pada siapa gerangan yang pantas menjadi suksesornya.
Sosodara, yang penulis ingin bilang, rasanya momen seperti itu memang layak pula dirayakan terutama bagi kita yang memang haus hiburan berkelas, hangat dan damai di Kota Makassar.
Kita yang kadang merasa belum merdeka dari sejumlah perkara kehidupan kota dan butuh rekreasi seni dan berinteraksi dengan pemusik kreatif dan status premium seperti mereka yang sukarela menghibur pengunjung.
Terima kasih HKTZ!
Penulis, Denun