PELAKITA.ID – Angin timur membawa dingin ke Desa Polewali. Ini desa pecahan Teteaji, Tellu Limpoe, Sidrap. Saya yang duduk di teras rumah panggung bikinan warga Enrekang ini sesekali menguap. Serasa ingin tidur.
Dari jalan yang membelah Polewali dan Teteaji itu matahari sebentar lagi meredup di antara pucuk-pucuk bukit di atas Pangkaje’ne.
Air sedang pasang petang itu. Lidahnya bermain di lambung ketinting yang berjejer di sisi barat Danau Sidenreng.
Di angkasa, bulan membentuk garis bulat tapi yang tebal hanya serupa arit tipis. Inilah hari kedua Syawal 1440 H.
“Desa kami pecahan Teteaji sejak tahun 1998, penduduk kurang lebih 1600-an. Seperdua Teteaji,” kata pria berjenggot dan baru saja mengakhiri tampuk kuasanya sebagai Kepala Desa. Namanya Adi Yasin.
“Petani, peternak, pekebun dan pedagang. Seperti itu pekerjaan atau mata pencaharian warga Polewali,” tambahnya.
— ah, desa yang elok.