PELAKITA.ID – Proses bongkar muat ikan di Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Lonrae, Kabupaten Bone baru saja selesai. Pagi sudah perg, pelelangan ikan nampak lengang. Jelang siang, Pelakita.ID memasuki kawasan yang saat itu sedang mengalami surut terendah.
Peperahu nampak limbung, perut kapal tak lagi dalam air. Pendangkalan yang hebat jadi persoalan.
“Ini persoalan kami di Lonrae,” teringat pesan Bupati Bone Andi Fahsra Padjalangi terkait denyut di PPI Lonare, satu dari dua puluh dua PPI milik Pemeritah Provinsi pasca implementasi UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah dan serah terima kewenangan di ruang laut dan perikanan.
Pelakita bergerak masuk ke jantung PPI Lonrae. Lonrae tak lengang-lengang amat. Pada bangunan yang disebut paling pertama berdiri, nampak beberapa orang mengisi waktu dengan menyulam jaring. Di sisi bangunan itu nampak bambu-bambu yang sudah terikat. Rumpon rupanya, alat yang dipasang di laut lepas untuk jadi pancingan ikan mendekat.
Mobil terus bergerak dan tiba di bangunan kedua. Inilah yang disebut pangkalan pendaratan ikan utama.
Ada dua aktivitas siang itu. Sekelompok orang memindahkan potongan es balik ke dalam kotak gabus.
Mereka menges ikan-ikan tongkoil hasil tangkapan perahu paggae atau purse seine. Di dekatnya teronggok lima ekor ikan tuna mata besar bersirp dan ekor warna kuning.
Dari mana gerangan es balok dan ikan-ikan tuna itu? Itu pertanyaan menggelitik yang perlu dijawab.
“Di sini banyak-ji yang siapkan es. Ada pabrik Asli Jaya, Haji Arjun, pabrik es Minasa Mekkah, haji Ansar, Agung Jaya, Siong, ada lima kapang,” kata Ancu pria yang ada di lokasi pendaratan ikan Lonrae.
Nama-nama yang disebutkan itu adalah pengusaha pemilik pabrik es.
“Kalau ikan ini siapa yang bawa?” tanya Pelakita.
“Itu sana yang punya, nelayan Mandar, “ balas Ancu sembari menunjuk satu perahu. Nampak tiga orang di atasnya sedang istirahat, ada ikan layaran sedang dijemur.
Pada pagi jelang siang itu belasan pemancing asal Mandar sedang menunggui nasib. Mereka menunggu hasil penjualan ikannya yang dititip ke punggawa.
Lima ekor ikan tuna di PPI Lonare itu adalah ikan tangkapan nelayan asal Sulawesi Barat, mereka ada yang dari Polewali, ada juga dari Majene. Mereka beroperasi di sekitar Pulau Kabaena.
“Sudahmi ditimbang, beratnya 119 kilo,” kata Udin pria asal Majeme yang mengaku pemilik ikan tuna itu. Tuna ekor kuning rearata 20 kilogram itu dia pancing di Teluk Bone.
Udin belum pegang uang. Dia masih menunggu punggawa berkabar dan berikan uang jerih payahnya.
Sudah berminggu-minggu dia dan ratusan nelayan Sulbar beroperasi di Teluk Bone bahkan samppai di batas Laut Banda mencari tuna, cakalang, tongkol. PPI Lonrae adalah tempat mereka berlabuh. “Cuma di sini,” kata Udin.
Di atas kapal yang Udin naiki terdapat 8 pemancing lainnya.Umumnya, satu armada berkisar antara 5 sampai 10 orang, tergantung ukuran perahu. “Kami hanya bawa pancing, pancing tongkol, pancing tuna,” kata Udin.
Berlabuh di Lonrae bagi Udin dan nelayan yang lain berarti memperoleh air, bahan bakar hingga kebutuhan persediaan makanan. Kadang harus ke kota atau memesan dari pengelola PPI.
Berbeda dengan pemancing tuna yang merupakan spesialisasi nelayan Mandar, di sini juga terdapat kapal-kapal ikan dari golongan purse seine atau paggae.
“Nelayan paggae di sini banyak, paling banyak. Kapalnya pun bukan dari Bone semua, ada dari Sinjai, Bulukumba bahkan Takalar bahkan dari Barru,” kata Ancu.
Ancu yang bekerja sebagai nelayan di atas kapal Haji Tajuddin itu mengaku baru saja melaut. Tadi pagi dia dan pemilik kapal telah membongkar ikannya. Ancu spesialis lampu, kadang berfungsi sebagai penyelam memeriksa rumpon.
“Selain ikut paggae saya juga ada perahu kecil, bisa memancing,” kata pria yang mengaku sejak tahun 80-an sudah beraktivitas di pelabuhan Lonrae ini. Lonrae sudah lama eksis.
“Lalu ke mana ikan-ikan tuna itu dibawa?” tanya Pelakita.ID kepada Ancu. “Akan dibawa ke Makassar, masih bisa jadi loin,” pungkasnya.
Letak strategis PPI Lonrae yang ada di bibir Teluk Bone menjadi alasan mengapa kawasan ini mendapat perhatian Pemerintah Provinsi. Hal ini diakui oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikana Sulsel, Muhammad Ilyas.
“Tahun ini kita ada rehabilitasi bangunan PPI, saat ini sedang tahap finalisasi,” balas IIlyas saat ditemui Pelakita.ID di Café Synergy IKA Mesin di Jalan Boulevard Makassar (2/10/2022).
Dia juga sudah tahu kalau PPI Lonare terancam pendangkalan dan perlu perhatian ekstra Meski begitu dia optimis akan terus berkembang sebab saat ini bangunan untuk bongkar muat semakin dekat ke laut. Sudah ada tiga bangunan untuk sarana bongkar muat.
“Kalau pun dikembangkan ke depan, bukan lagi misalnya sekadar tambatan tetapi berikut tangga-tangga berundak yang bsia diakses nelayan. Jadi mereka bisa angkat ikannya langsung,” katanya.
Ilyas menyebut lokasi PPI Lonrae yang merupakan pangkalan terbesar di sekitar Teluk Bone punya masa depan baik jika para pihak ikut kontributif di dalamnya.
“Fokus kita setelah rehabilitasi ini, adalah kelembagaannya. Pengelola harus responsif dengan kebutuhan nelayan, kebutuhan pengusaha. Harapannya agar Lonrae semakin besar dan bisa jadi sumber pendapatan asli daerah, untuk kabupaten dan provinsi,” pungkas Muhammad Ilyas.
Penulis: K. Azis