PELAKITA.ID – European Investment Bank EIB diwakili Francesco Consiglio, Meryn Martens dari kantor pusat Luxemburg serta perwakilan EIB untuk Indonesia Ms. Sunita Lukkhoo mengadakan kunjungan konsultasi selama dua hari di Makassar, 18 hingga 19 Mei 2022.
EIB datang bersama tim GIZ Felicity yaitu Alin Pratidina, Yoel Priatama dan Kamaruddin Azis yang selama ini ikut mendorong peningkatan kapasitas ‘project promotors’ pengelolaan Bus Rapid Transit Corridor di kawasan Makassar Metropolitan atau biasa disebut Mamminasata.
Menurut Ain Pratidina dari GIZ, tujuan kunjungan tersebut adalah untuk membicarakan peluang pembiayaan operasi moda transportasi massal dengan konsep ‘green financing’.
“EIB ingin tahu mengenai aspek terkait lahan atau land resettlement, aspek pengadaan atau procurement serta aspek sosial lingkungan yang menyertai pelaksanaan BRT itu,” jelasnya.
“Kami juga ingin mengetahui kelanjutan kegiatan setelah Feasibility Study BRT selesai,”tambah Francesco kepada Wali Kota Danny Pomanto di kediaman Jalan Amirullah Makassar.
Danny dampak didampingi kepala Dinas Perhubungan Kota Makassar, Iman Hud serta Kabid Jasman Launtu, Kabag kerjasama Ismawaty dan perwakilan OPD terkait.
Kepada Danny, Sunita menyampaikan bahwa ini kedatangan keduanya dan telah ikut serta pada pertemuan Smart Transportation Summit 2021 yang digelar oleh Pemkot Makassar pada awal Desember 2021.
“Kami ingin mengetahui dan memperoleh informasi kesiapan Makassar dan Pemerintah Provinsi dalam merealisasikan proyek BRT yang sudah mempunyai draft final dokumen feasibility study,” kata Sunita.
Sebagai informasi, usulan pengembangan BRT telah disampaikan ke Pemerintah Pusat oleh Pemerintah Sulawesi Selatan dalam tahun 2019. Kementerian Perhubungan dan Bappenas merespon dengan membuka akses bagi ‘potential lenders’ seperti EIB untuk ikut berpartisipasi.
“Kami tentu menyambut baik pengembangan transportasi massal di Kota Metropolitan Makassar atau yang selama ini disebut Mamminasata. Makassar ini tidak bisa dilepaskan dari kabupaten sekitar seperti Maros, Takalar dan Gowa. Banyak warga dari sekitar Makassar yang bekerja di Makassar,” sambut Danny.
“Kami ini tidak bisa sendiri, perlu kerjasama dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan kabupaten sekitar, termasuk dalam pengambilan keputusan,” ucapnya.
“Yang pasti, karena kami ingin melihat persoalan kemacetan bisa diurai, kami sangat berharap pengembangan transportasi massal ini berjalan secara bersama-sama. Kami siap dan telah memfasilitasi proses-proses konsultasi terkait BRT ini,” ucapnya.
Danny menyebut dengan adanya konsep pengembangan railway station di utara kota Makassar maka konsep MRT dan BRT juga relevan. Apalagi sejak adanya jalan bypass bandara dan gagasan membangun interkonektivitas ke Tanjung Bunga melalui jalan Alauddin.
“Ini untuk menyambut kereta api trans Sulawesi itu, dari Manado yang saat ini masih pada jaringan Makassar – Parepare,” katanya.
“BRT ini kami butuhkan untuk mendukung transportasi massal dalam kota dan perbatasan. Kami juga telah ikut membantu Pemerintah Pusat dan Pemprov Sulsel melancarkan operasi Teman Bus, jalur seperti Galesong – Barombong hingga Panakukang Mall itu awalnya sulit tetapi kemudian bisa lancar,” kata Danny.
“Kami juga dapat pujian dari Pak Menteri, karena tingkat load factor-nya juga tertinggi di Indonesia,” aku Danny.
Danny juga mendukung upaya EIB dan GIZ yang telah berkontribusi dalam kemudahan pelaksanaan feasibility study dan mengingatkan bahwa ada beberapa titik di Makassar dan perbatasan yang perlu dikoordinasikan dengan konsultan, Pemerintah Pusat dan Provinsi.
“Losari hingga Tanjung Bunga yang saat ini kita kembangkan merupakan ikon Makassar, kita perlu memastikan bahwa ada sinergi dalam perencanaan seperti BRT ini,” ucapnya. “Demikian pula pada titik macet seperti perbatasan Maros, Sungguminasa hingga Takalar,” tambahnya.
Di depan utusan EIB dan GIZ, sebagai bentuk komitmen pengembangan transportasi massal di Makassar, Danny mengusulkan agar ada tim kecil di Pemkot Makassar yang bisa memgakselerasi dan mengawal tindak lanjut BRT dan hasil FS ini terutama dalam membangun komunikasi dengan Pemerintah Pusat dan Provinsi Sulawesi Selatan.
Harapan Danny seperti harapan EIB dan GIZ, BRT Makassar Metropolitan atau Mamminasata akan masuk dokumen ‘green book’ Bappenas 2023 karena sudah ada EIB sebagai calon investor.
Berdasarkan kutipan dari draft final dokumen FS, pembiayaan BRT di Makassar Metropolitan atau Mamminasata membutuhkan biaya lebih dari 3 trilliun.
Pertemuan berlangsung lancar, dilanjutkan dengan foto bersama dan pemberian cindermata pinisi kepada EIB. Setelah pertemuan dengan Danny, rombongan bergerak ke Kantor Gubernur Sulsel untuk pertemuan berikutnya.