PELAKITA.ID – Hari masih pagi di Tamarunang. Sembari menunggu daging kurban melunak di mesin presto, penulis mengingat-ingat obrolan di beberapa grup Whatsapp belakangan ini.
Semacam me-refresh memori, mengurai beberapa hal bernuansa politik. Bisa juga disebut sebagai sebuah ingin-angan.
Kemarin, saat pulang dari rumah mertua di Jalan Kakatua Makassar, penulis melihat dua baliho besar yang memamerkan foto ketua DPR-RI Puan Maharani serta ketua Partai Golkar Airlangga Hartarto.
Puan dengan senyum manis, nampak menebar aura di sudut Pasar Pabbaeng-baeng sementara Arilangga telah lebih awal di Jalan Alauddin juga dengan senyum terbaiknya.
Apa maknanya? jika mereka kendaraan, keduanya mulai hangatkan mesin, jika mereka ‘pesilat’ mereka mulai pasang kuda-kuda.
Untuk apa? apalagi kalau bukan mempromosikan dirinya demi perhelatan Pilpres yang akan pada 28 Februari 2024.
Lalu bagaimana dengan pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan pasca memudarnya nama Nurdin Abdullah?
Masih lama tetapi perbincangan siapa suksesornya mulai hangat. setidaknya jika membaca media online yang banyak dibagikan oleh para simpatisan.
Untuk Sulawesi Selatan, nama-nama beken masuk di list paling berpeluang.
Beberapa di antaranya telah disebut di banyak media WAG salah satunya di WAG Alumni Unhas. Jika sosodara punya nama lain, silakan ditambahkan di kolom komentar.
Sesuai urutan abjad, nama-nama yang mencuat adalah Adnan Purichta Ichsan, Andi Amran Sulaiman, Andi Sudirman Sulaiman, Andi Iwan Darmawan Aras, Andi Fashar Pajalangi, Andi Sumangerukka.
Lalu ada Erwin Aksa, Indah Putri Indriani, Ni’matullah RB, Muhammad Ramdhan Pomanto, Rusdi Masse, Taufan Pawe hingga Tamsil Linrung.
Meski tahun dan bulan pelaksanaan Pilgub Sulsel belum jelas, apakah digelar 2022, 2023, atau 2024 karena harus diselaraskan dengan agenda Pilkada Serentak, namun persiapan ke sana sudah menjadi cermatan publik.
Kepastian nama atau figur yang disebutkan ini untuk ditetapkan KPU Sulawesi Selatan sebagai peserta Pilgub tentu masih samar.
Meski demikian, utak-utik atau katakanlah analisa cetek mengenai bagaimana mereka bisa masuk gelanggang kontestasi amat bergantung pada situasi kebatinan, fokus, kesiapan sumberdaya, serta faktor eksternal seperti dukungan partai penginisiatif dan pendukung, hasil polling hingga kekuatan organisasi pendukung di kabupaten atau kota.
Situasi kebatinan? Yah sebutlah begitu. Ini hal mendasar, berkaitan kesiapan batin, tekad dan nyali yang bersangkutan.
Nyali besar atau kuat jika punya ideologi, fighting spirit sebagai leader dan punya intensitas membangun keberdayaan masyarakat sekitarnya, atau daerahnya.
Kalau melihat secara sederhana seperti itikad memasang baligo lintas kabupaten-kota Sulsel, kita sudah bisa melihat beberapa nama yang punya itikad, atau niat menjadi bagian dari pembangunan Sulsel.
Fokus. Jika melihat nama-nama politisi, figur, ketua partai di Sulawesi Selatan, yang namanya terus dibicarakan publik atau diusung oleh tim suksesnya baik secara diam-diam maupun terang-terangan di media sosial sebagai kandidat, ini pun sudah tersedia.
Disebut fokus, sebab sebagai figur, nama mereka terus disuarakan organisasi partai.
Penulis kerap stalking ke akun-akun socmed nama-nama di atas. Kesimpulannya, mereka serius update konten dan kreatif mengisi pesan-pesan kebaikan dan gagasan kemajuan.
Yang bersangkutan pun tidak menyatakan tidak bersedia atau sebaliknya. Disebut fokus karena terus menerus didengungkan oleh institusi mereka.
Nama-nama seperti Andi Iwan Darmawan Aras (Gerindra), Taufan Pawe (Golkar), Muhammad Ramdhan Pomanto (Nasdem) masuk di line up ini.
Bagaimana dengan kesiapan sumberdaya. Ini berkaitan dengan modal sosial dan uang.
Beberapa nama disebut punya pundi-pundi super, mereka pengusaha, punya korporasi gurita serta teruji jor-joran saat menggelar, mendukung atau jadi simpatisan pemilihan presiden atau pemimpin di daerah.
Ini pun sudah ada. Nama seperti Erwin Aksa, Andi Amran Sulaiman hingga Tamsil Linrung masuk di situasi ini.
Sosok seperti Muhammad Ramdhan Pomanto dan Taufan Pawe kerap pula dimasukkan di jajaran ini karena track record pada nominal di rekeningnya.
Danny, konsultan pembangunan plus arsitek, misalnya, sesuai laporan KPU Kota Makassar, memiliki total kekayaan senilai Rp 197.522.838.457 (197,5 M).
Dalam tahun 2018, Taufan Pawe, pengacara, dilaporkan memiliki kekayaan 32 miliar.
Faktor eksternal
Dukungan partai penginisiatif dan pendukung memang belum bisa sepenuhnya jadi sandaran karena memang belum diputuskan tetapi kalau melihat bagaimana partai DPP, hingga DPW nampak jelas partai yang sudah mengutarakan niatnya.
Untuk ini, Golkar juaranya. Mereka sudah nyatakan di depan, kalau Airlangga diusung jadi Presiden kelak.
Hal tersebut disambut oleh Golkar Sulsel yang sudah aksi langsung dengan memaketkan Airlangga dan Taufan Pawe.
Jika Airlangga Presiden, maka Gubernur Sulsel Taufan. Umbul-umbul dan benedera partai kini bisa ditemukan di pelosok Sulsel.
Nampaknya, mesin Golkar sedang siap-siap sedari awal, sebeb seperti kata Steffi Graf, petenis handal Jerman, preparation is key to the winning.
Partai mana yang sudah mengutakan ini di Sulsel? Nasdem bisa jadi implisit tetapi ini hanya ditemukan di WAG atau di socilal media, baligo dan umbul-umbul belum bicara.
Lalu berikutnya adalah hasil polling.
Tidak bisa ditampik bahwa hasil polling apalagi dari lembaga kredibel adalah salah satu peluru dari sekian peluru yang paling efektif melumpuhkan semangat lawan menuju kontestasi.
Polling yang benar, faktual dan diusung oleh lembaga survei teruji berpotensi menjadi kontributor kemenangan. Mengapa? Sebab figur yang sedari awal sudah jajak pendapat, gelar polling, akan mudah beradaptasi dan mencari strategi terbaik bahkan hingga injury time.
Terakhir, kekuatan organisasi pendukung di kabupaten atau kota.
Saya kira ini bisa dimaknai sebagai kesadaran kolektif untuk mengamankan atau menggolkan jagoan. Kalau mereka masif dan taktis, usungan bisa menang, apalagi ini Sulsel yang heterogen.
Kabupaten-kota dengan konsentrasi penduduk di atas 300-an ribu seperti Bone, Gowa dan Makassar adalah ladang suara.
Begitulah nama-nama yang sudah meramaikan bursa kepemimpinan Sulsel dua atau tiga tahun lagi.
Meski demikian, untuk Sulsel, dua atau tiga tahun lalu, penulis sangat ingin tokoh-tokoh muda tampil.
Seperti Adnan Purichta Yasin, bibit unggul terbaik keluarga Yasin Limpo di kekinian. Atau, Indah Putri Indriani, alumni Unhas yang bisa mewakili kekuatan perempuan dari jazirah Luwu ini bisa jadi tandem, siapapun yang lolos seleksi ‘alam’ seperti nama-nama yang telah disebutkan sebelumnya.
Let us see!
Penulis: K. Azis