Kanda Opu Andi Yayath Pangerang

  • Whatsapp
Kenangan bersama Opu Andi Yayath Pangerang (dok: istimewa)

DPRD Makassar

Saya bernama Andi Moch. Yayath Pangerang, terlahir di Kolaka pada 12 Juni 1958, dari ayahanda Andi Hamzah Pangerang dan ibunda Andi Nurmy. Saya pernah mengenyam pendidikan Sosiologi di Universitas Hasanuddin dan kursus singkat di beberapa perguruan tinggi di sejumlah negara lain. Saya menikah dengan Ratu Dewi Lukman Wahab, dan dikaruniai 2 anak, seorang putri – Deraya Meuthia Toja, dan seorang putra – Panduaji Warani Paoladeceng. Sekarang, saya menetap di Malili, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. – laman Kompasiana.

 

Read More

PELAKITA.ID – Pertemuan terakhir saya dengan tokoh Andi Yayath Pangerang pada 4 November 2019 pada salah satu acara bagi pengalaman dan konsultasi terkait pembangunan pesisir dan laut Teluk Bone di Makassar.

Acara itu didahului pada 19 September 2019 di Pondok Indah Mall Jakarta Selatan bersama bos CRC Herman Heizer seperti pada foto di atas.

Beliaulah yang mengajak untuk bertemu dengan sosok Herman yang tenar sebagai polling expert. Kak Yayath ingin mengajak kami berkolaborasi untuk menyukseskan perhelatan terkait Teluk Bone itu.

Tentang Kak Yayath, meski sekampus di Unhas dan sama-sama berlatar LSM, saya tidak punya rekam jejak berinteraksi selama di kampus maupun dalam proyek atau program yang sama. Beliu senior tapi namanya langgeng di aktivis tahun 90-an.

Namanya harum sebagai aktivis lingkungan, penggiat LSM dan tokoh kebudayaan Sulawesi Selatan.

Saat saya bekerja untuk LP3M Makassar antara tahun 1996-2000, saya beberapa kali mendengar namanya. Dia aktif pada organisasi masyarakat sipil berbasis kehutanan.

Empat tahun lalu, namanya muncul di layar hape dan meminta saya untuk membantu mengkampanyekan perlindungan dan pengelolaan sumber daya pesisir dan laut di Teluk Bone, kawasan yang disebutnya sebagai salah satu episentrum kebudayaan maritim Sulawesi Selatan.

Sahabat saya Ilham ‘Ilo’ Anwar yang kasih kenal. Ilo tahu kalau saya saat itu kerap ke Luwu Timur, mampir di Malili.

“Temuilah Kak Yayath,” pesan Ilo saat menelpon saya dalam perjalanan pulang dari Sorowako.

Ilo juga bilang kalau Kak Yayath adalah salah satu tokoh di balik konsorsium untuk pengelolaan Kawasan Teluk Bone meski menurut kak Yayath, “perlu dihidupkan’ lagi.

Waktu berlalu, kami kemudian terhubung di beberapa grup WA dan sempat beberapa kali berbalas kabar.

Simpulan saya, kak Yayath punya penguasaan yang dalam tentang LSM, tentang perlunya menghidupkan partisipasi masyakat dalam mengelola sumber daya di sekitarnya.

Tak hanya berwawasan luas dan menyenangkan saat jadi teman bicara, Kak Yayath adalah pekerja keras.

Di pandangan saya, sosok yang kerap dipanggil koleganya sebagai Kanda Opu ni amat ulet saat menyiapkan agenda-agenda perubahan sosial.

Dia pun punya jaringan yang luas, bukan hanya dengan aktivis LSM tetapi dengan birokrat, organisasi kemahasiswaan, pengusaha, peneliti hingga elite militer dan kepolisian.

“Bantu nanti bikinkan proposal ekspedisi pinisi. Kita gelar dengan mengunjungi pesisir kabupaten di sekitar Teluk Bone,” sebutnya pada suatu ketika sebelum dikabarkan sakit.

Dia sempat mengirimkan sketsa dan jalur-jalur ekspedisi yang diidamkannya. Sebelum rencana-rencana kanda Opu Yayath terwujud, Allah SWT memanggilnya pulang di usia 62 tahun, semalam, 9 Desember 2020.

“Innaalillahi wa innaa ilaihi rojiun, semoga almarhum Kak Yayat Pangerang Husnul khatimah. Banyak pengalaman bersama beliau saat penyusunan RPJMD Lutim priode awal Opu Hatta,” kata Jumardi Lanta, kawan saya di Yayasan COMMIT Makassar.

Innalillahi wa innailaii rajiun. Selamat jalan, Kanda Opu Kanda Andi Yayath Pangerang, salam dari Gowa.

 

K Azis

Tamarunang, 10 Desember 2020

 

Related posts